1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Ribuan Menderita Trauma Akibat Bencana

22 Juni 2008

Dampak bencana angin topan masih nyata di Myanmar. Dan bukan hanya dari segi materi. Sejumlah besar warga yang selamat menderita trauma. Sementara pertolongan psikologis kurang.

Foto: AP

Di dalam sebuah gubuk bambu di desa nelayan Da Da Ye di delta Irrawaddy duduk beberapa orang yang sudah lanjut usia. Mereka selamat dari bencana angin topan awal Mei lalu, tetapi kehilangan sejumlah besar anggota keluarga. Sebagian dari mereka kini tidak punya keluarga sama sekali. Sekarang tim penolong sukarela dari Yangun memberikan bantuan bagi mereka. Tim penolong terdiri dari mahasiswa jurusan kedokteran, yang datang ke daerah bencana untuk menolong warga.

Bantuan Psikologis Penting

Bagi Own Myaing sangat penting untuk berbicara dengan seseorang. Padahal menunjukkan perasaan kepada orang yang tidak dikenal, tidak lazim bagi orang Myanmar. Perempuan berusia 68 tahun itu tidak dapat melupakan malam, saat angin topan melanda desanya dan menewaskan seluruh keluarganya. Own Myaing mengatakan, kejadian seperti itu belum pernah dialaminya. Sebelum bencana terjadi, ia dapat makan seperti biasa. Sekarang tidak bisa lagi. Di malam hari ia tidak dapat tidur. Ia selalu teringat pada keluarganya, dan memanggil nama mereka. Tetapi mereka sudah tidak ada lagi, dan Own Myaing merasa sangat sedih.

Sekarang, saat organisasi kemanusiaan semakin banyak membagikan air minum, makanan serta bantuan lain di daerah bencana, bantuan psikologis untuk warga yang selamat semakin penting. Demikian dikatakan Iro Evlampidou dari organisasi Dokter Tanpa Batas. Ia menambahkan, sebagian besar organisasi kemanusiaan membagikan makanan dan bantuan untuk tempat tinggal. Hanya sedikit yang memberikan pelayanan medis. Dan yang memberikan bantuan psikologis bagi warga yang selamat lebih sedikit lagi.

Bantuan Psikologis dari Biara

Biara-biara di sekitar daerah bencana menjadi tempat pertolongan penting. Di biara makanan dan bahan bantuan lain dibagi-bagikan. Selain itu warga juga mendapat nasehat psikologis. Ribuan korban bencana menderita trauma. Sebagian masih memiliki anggota keluarga yang bisa diajak berbicara, sementara sejumlah lainnya tidak punya siapapun.

Praktek spiritual adalah dukungan yang sangat membantu bagi para penganut agama Budha yang taat. Pemimpin biara Dat-Khi-Taryamar di Yangun menampung sejumlah besar orang dari daerah Labutta di delta Irrawaddy. Ia juga membantu warga yang selamat agar dapat mengatasi depresi. Ia mengatakan kepada mereka, bahwa dalam hidup tidak ada yang abadi. Semuanya bisa berubah. Itulah dasar kepercayaan agama Budha. Demikian dikatakan pemimpin biara.

Pemberantasan Penyakit

Sementara itu, semakin banyak bantuan datang ke daerah-daerah bencana yang terpencil. PBB sudah menempatkan 10 helikopter, yang membawa air minum serta bahan makanan untuk 50 daerah di delta Irrawaddy. Sedikitnya 18 daerah belum mendapat bantuan sama sekali, sejak angin topan menghancurkan rumah penduduk awal Mei lalu. Tim penolong dari Program Pangan Dunia - WFP membawa alat pengolah air ke desa Set San. Di desa itu, dari 3.000 penduduk lebih dari 1.300 tewas akibat angin topan.

Pekan ini PBB memulai aksi untuk memberantas penyakit demam berdarah di daerah bencana. Lebih dari 1.700 sukarelawan akan menyemprotkan obat serangga yang dapat mematikan jentik-jentik nyamuk. Berkaitan dengan bencana alam dan penanganannya yang lambat Organisasi Kesehatan Dunia - WHO khawatir, bahwa tahun ini kasus demam berdarah akan jauh lebih banyak dari sebelumnya. (ml)