Kehilangan Pekerjaan, Ribuan Orang Tinggalkan Bangkok
31 Maret 2020
Sejak pemerintah Thailand memberlakukan situasi darurat Covid-19 minggu lalu, kota metropolitan Bangkok kelihatan kosong ditinggalkan penduduknya, yang kehilangan pekerjaan.
Iklan
Ribuan orang yang kehilangan pekerjaan kini berbondong-bondong kembali ke kampung halamannya, sekalipun pemerintah berulangkali memperingatkan agar penduduk hanya melakukan perjalanan, jika benar-benar terpaksa. Kecenderungan serupa terjadi juga di India dan Indonesia. Selain pekerja domestik, Filipina dan Indonesia juga dibanjiri pekerja yang kembali dari luar negeri karena kehilangan pekerjaan.
“Sebelum krisis corona, setiap 10 sampai 20 menit ada penumpang”, kata Narong, sopir Taxi berusia 50 tahun yang masih bertahan di Bangkok. “Sekarang saya sudah menunggu di sini sejak dua jam, dan tidak ada yang naik.”
Sektor informal di bawah tekanan wabah corona
"Perusahaan memang menurunkan tarif setoran mobil, dari 900 ke 500 baht“, kata Narong. „Tapi bagaimana bisa membayar 500 baht? Sehari paling banyak saya dapat 300 baht”.
Narong adalah salah satu dari sekitar 24 juta warga Thailand yang mencari nafkah di sektor informal, sebagai sopir taksi dan ojek, buruh harian, pekerja serabutan dan pedagang kecil.
“Saya tidak punya asuransi jaminan social. Kalau situasinya terus begini, saya harus pulang kampung, daripada meminjam uang di kota,“ tambahnya.
Pemerintah Thailand sudah menjanjikan bantuan langsung kepada pekerja informal yang terkena dampak wabah corona. Mereka akan mendapat tunjangan 5000 baht per bulan dan bisa mendaftar secara online di situs khusus dengan motto: “Tidak Ada Yang Ditinggalkan”. Namun hanya beberapa saat setelah pengumuman, server situs internet itu macet karena kewalahan menampung serbuan orang yang ingin mendaftar.
Ancaman Covid-19 di pedesaan
Pulangnya para pekerja migran dari kota-kota besar dan dari luar negeri menjadi ancaman baru bagi Kawasan pedesaan. Hal ini tidak hana terjadi di Thailand, melainkan juga di negara-negara tetangganya, Kamboja, Laos dan Myanmar. Karena banyak penduduk dari negara itu yang bekerja sebagai buruh kasar di Thailand.
Menurut badan PBB untuk migrasi IOM, di Thailand ada 4 sampai 5 juta pekerja migran dari negara tetangga sebelum pandemi corona. Padahal pelayanan kesehatan di negara-negara tetangga jauh lebih buruk dari Thailand.
“Di Kawasan ini memang ada jaringan klinik malaria“, kata pakar kesehatan Inggris Al Edwards, yang pernah terlibat dalam program pembasmian demam berdarah di Asia Tenggara. “Tapi banyak negara di Asia Tenggara yang belum mampu menanggulangi penyebaran wabah corona, dan mungkin akan mengalami situasi seperti yang dialami Italia dan Spanyol”.
Thailand saat ini mencatat sekitar 1500 kasus infeksi Covid-19 dengan Sembilan orang meninggal. Hari Senin (30/3) pemerintah Thailand mengumumkan paket stimulus ekonomi yang baru senilai 500 miliar baht atau setara 15,3 miliar dollar AS. Sebelumnya pemerintah sudah meluncurkan program bantuan senilai 400 miliar baht, termasuk bantuan langsung dalam bentuk uang tunai bagi warga yang terkena dampak ekonomi ciris corona.
hp/yf
Bagaimana Kondisi Lockdown di Eropa?
Negara-negara di Eropa secara signifikan telah membatasi aktivitas berkumpul di ruang publik untuk mengerem penyebaran wabah COVID-19. Lalu, bagaimana negara-negara tersebut menerapkan regulasi itu kepada warganya?
Foto: AFP/H. Neubauer
Paris memberlakukan lockdown
Aktivitas di jalan-jalan utama di Paris terhenti total setelah Perancis mengumumkan lockdown secara nasional Selasa lalu. Warga tidak diperbolehkan meninggalkan rumah mereka, kecuali karena alasan penting seperti membeli makanan, mengunjungi dokter atau pergi bekerja. Walikota Paris, menyerukan social distancing yang lebih ketat karena jumlah kasus infeksi yang terus meningkat di seluruh dunia.
Foto: picture-alliance/AP Photo/T. Camus
Berlin menjadi sepi
Kanselir Jerman Angela Merkel pada hari Minggu (22/03) mengumumkan pembatasan ketat pada pergerakan orang di Jerman. Regulasi tersebut mencakup pelarangan pertemuan publik lebih dari dua orang, menjaga jarak 1,5 meter dan penutupan restoran, pub serta bar.
Foto: picture-alliance/AP Photo/M. Schreiber
Perbatasan ditutup, orang asing dilarang masuk
Selain membatasi pergerakan warga di dalam negeri, Jerman telah memperketat pembatasan pada orang asing yang memasuki negara. Akibatnya, lalu lintas di bandara tersibuk di Jerman, yaitu di Frankfurt, mengalami penurunan yang signifikan.
Foto: picture-alliance/AP Photo/M. Probst
Bayern perintahkan warga untuk tinggal di rumah
Negara bagian Bayern di selatan Jerman memberlakukan lockdown di seluruh negara bagian mulai akhir pekan lalu untuk mencegah penyebaran COVID-19. Selama dua minggu, warga tidak diperbolehkan berkumpul dalam kelompok di luar rumah dan restoran, bar serta pub juga ditutup.
Foto: Imago Images/Zuma/S. Babbar
Inggris berlakukan social distancing
Inggris telah menutup semua bar, pub, dan restoran untuk mencegah penyebaran wabah COVID-19. Perdana Menteri Boris Johnson telah mendesak seluruh warga negara untuk menghindari semua perjalanan yang tidak penting dan kontak dengan orang lain.
Foto: AFP/T. Akmen
Milan: Di jantung pandemi
Dalam beberapa minggu terakhir, pusat pandemi COVID-19 global telah bergeser dari Cina ke Italia. Negara ini mengalami peningkatan infeksi dan kematian secara eksponensial. Italia telah memberlakukan lockdown secara nasional sejak 10 Maret.
Foto: picture-alliance/AP Photo/L. Bruno
Vatikan ditutup untuk umum
Roma dan Kota Vatikan juga dipaksa untuk sangat membatasi pertemuan publik, setelah wilayah Lombardy utara Italia melaporkan merebaknya kasus COVID-19. Situs wisata religi populer seperti Lapangan St. Peter Di Vatikan pun telah ditutup.
Foto: Imago Images/Zuma/E. Inetti
Spanyol: Salah satu negara paling terpukul di Eropa
Pemerintah Spanyol pada hari Minggu berupaya untuk memperpanjang keadaan darurat negara itu menjadi hampir sebulan sampai 11 April, setelah pertama kali diberlakukan pada 14 Maret. Spanyol saat ini memiliki jumlah kasus infeksi virus corona terbanyak kedua di Eropa.
Foto: picture-alliance/dpa/X. Bonilla
Austria laporkan laju infeksi melambat
Austria melaporkan kenaikan 15% kasus infeksi baru virus corona selama akhir pekan, jauh lebih rendah daripada puncaknya yang sebesar 40%. Penurunan ini terjadi setelah pemerintah memberlakukan social distancing yang ketat. Namun, pihak berwenang di Wina menargetkan untuk menurunkan jumlah infeksi baru SARS-CoV-2 menjadi satu digit selama tiga minggu ke depan. (fs/as)