Kericuhan berujung maut terjadi di Distrik Dekai, Kabupaten Yahukimo, Papua. Sedikitnya enam orang tewas dan 41 orang terluka akibat penyerangan suku Kimlay terhadap suku Yali.
Iklan
Kericuhan maut di Yahukimo, Papua, menyebabkan enam orang tewas dan 41 orang terluka. Selain itu, ada ribuan warga yang menyelamatkan diri ke kantor polisi terdekat.
"Masyarakat yang mengamankan diri di Polres Yahukimo diperkirakan kurang lebih 1.000 (seribu) orang yang terdiri dari orang dewasa dan anak-anak," kata Kabid Humas Polda Papua, Kombes Ahmad Musthofa Kamal, kepada wartawan, Minggu (03/10).
Kericuhan diduga terjadi antara dua kelompok suku di Yahukimo. Kericuhan diduga terjadi di Distrik Dekai, Kabupaten Yahukimo, Minggu (3/10) sekitar pukul 12.45 WIT.
Saat itu suku Kimyal yang dipimpin kepala suku umum Kimyal, Morome Keya Busup, diduga mendatangi kelompok suku Yali. Kedatangan itu diduga dilakukan untuk melakukan penyerangan.
"Massa suku Kimyal yang dipimpin kepala suku umum Kimyal Morome Keya Busup, dengan menggunakan dua unit mobil minibus membawa alat tajam berupa busur panah dan parang mendatangi masyarakat suku Yali dan melakukan penyerangan," ucapnya.
Polemik Emas Ilegal dari Limbah Freeport
Ribuan penduduk mengais emas dari limbah tambang Freeport di Timika. Pemerintah ingin menutup kegiatan ilegal itu karena memicu kerusakan lingkungan. Tapi banyak oknum yang terlanjur menikmati bisnis gelap tersebut
Foto: Getty Images/U. Ifansasti
Tambang Ilegal di Aikwa
Penambang emas mendulang emas di sungai Aikwa di Timika, Papua. Meski banyak penduduk suku Kamoro yang masih berusaha mencari uang sebagai nelayan, kegiatan penambangan emas merusak dasar sungai yang kemudian memangkas populasi ikan di sungai Aikwa.
Foto: Getty Images/U. Ifansasti
Emas Punya Siapa?
Sejumlah penduduk bahkan datang dari jauh untuk menambang emas di sungai Aikwa. Indonesia memproduksi emas yang mendatangkan keuntungan senilai 70 miliar Dollar AS setahun, atau sekitar 900 triliun Rupiah. Tapi hanya sebagian kecil yang bisa dinikmati penduduk lokal.
Foto: Getty Images/U. Ifansasti
Buruh Papua Mencari Kerja
Kebanyakan penduduk asli setempat telah terusir oleh kegiatan perluasan tambang. Saat ini Freeport mengaku memiliki hampir 30.000 pegawai, sekitar 30% berasal dari Papua, sementara 68% dari wilayah lain di Indonesia dan kurang dari 2% adalah warga asing. Berkat tekanan dari Jakarta, Freeport berniat menambah komposisi pekerja Papua menjadi 50%.
Foto: Getty Images/AFP/O. Rondonuwu
Sumber Kemakmuran
Tambang Grasberg adalah sumber emas terbesar di dunia dan cadangan tembaganya tercatat yang terbesar ketiga di dunia. Dari sekitar 238.000 ton mineral yang diolah setiap hari, Freeport memproduksi 1,3% emas, 3,4% perak dan 0,98 persen tembaga. Artinya tambang Grasberg menghasilkan sekitar 300 kilogram emas per hari.
Foto: Getty Images/AFP
Berjuta Limbah
Grasberg berada di dekat Puncak Jaya, gunung tertinggi di Indonesia. Setiap hari, tambang tersebut membuang sekitar 200.000 ton limbah ke sungai Aikwa. Pembuangan limbah tambah oleh Freeport ujung-ujungnya membuat alur sungai Aikwa menyempit dan dangkal.
Foto: Getty Images/U. Ifansasti
Nilai Tak Seberapa
Setiap tahun sebagian kecil dari jutaan gram emas yang ditambang di Grasberg terbuang ke sungai Aikwa dan akhirnya didulang oleh penduduk. Semakin ke hulu, maka semakin besar kemungkinan mendapatkan emas. Rata-rata penambang kecil di Aikwa bisa mendulang satu gram emas per hari, dengan nilai hingga Rp. 500.000.
Foto: Getty Images/U. Ifansasti
Simalakama Penambangan Ilegal
Pertambangan rakyat di sungai Aikwa selama ini dihalangi oleh pemerintah. Tahun 2015 silam TNI dan Polri berniat memulangkan 12.000 penambang ilegal. Pemerintah Provinsi Papua bahkan berniat mengosongkan kawasan sungai dengan dalih bahaya longsor. Namun kebijakan tersebut dikritik karena menyebabkan pengangguran dan memicu ketegangan sosial.
Foto: Getty Images/U. Ifansasti
Kerusakan Lingkungan
Asosiasi Pertambangan Rakyat Papua sempat mendesak pemerintah untuk melegalisasi dan menyediakan lahan bagi penambangan rakyat di sungai Aikwa. Freeport juga diminta melakukan hal serupa. Ketidakjelasan status hukum berulangkali memicu konflik antara kelompok penambang. Mereka juga ditengarai menggunakan air raksa dan menyebabkan kerusakan lingkungan yang dampaknya ditanggung penduduk setempat
Foto: Getty Images/U. Ifansasti
Persaingan Timpang
Konflik antara penambang antara lain disebabkan persaingan yang timpang. Ketika penduduk lokal masih mengais emas dengan kuali atau wajan, banyak pendatang yang bekerja dengan mesin dan alat berat. Berbeda dengan penambang kecil, penambang berkocek tebal bisa meraup keuntungan hingga 10 juta Rupiah per hari.
Foto: Getty Images/U. Ifansasti
Bisnis Gelap di Timika
Pertambangan rakyat di sungai Ajkwa turut menciptakan struktur ekonomi sendiri. Karena banyak pihak yang diuntungkan, termasuk bandar yang menampung hasil dulangan emas penduduk di Timika dan oknum pemerintah lokal yang menyewakan lahan penambangan secara ilegal. Situasi tersebut mempersulit upaya penertiban pertambangan rakyat di Papua. Penulis: Rizki Nugraha/ap (dari berbagai sumber)
Foto: Getty Images/U. Ifansasti
10 foto1 | 10
Kematian eks Bupati Yahukimo diduga jadi pemicu kericuhan
Kericuhan antara dua kelompok diduga dipicu dari kematian mantan Bupati Yahukimo Abock Basup. Namun, belum diketahui apa yang membuat warga tersulut emosi terkait kematian mantan bupati hingga melakukan penyerangan.
"Aksi penyerangan tersebut terjadi terkait berita duka yang diterima oleh masyarakat suku Kimyal atas meninggalnya mantan Bupati Yahukimo Abock Busup," ujar Kamal.
Mendapat laporan adanya bentrokan dua suku itu, polisi langsung menuju ke lokasi. Sebanyak 52 terduga pelaku kericuhan pun telah diamankan polisi.
"Polres Yahukimo berhasil mengamankan 52 orang yang diduga sebagai pelaku. Saat ini ke 52 orang tersebut dalam pemeriksaan intensif penyidik Polres Yahukimo," pungkasnya. (pkp)