Lima organisasi profesi menolak RUU Kesehatan masuk prolegnas prioritas 2023. Sementara Menkes pastikan perubahan kebijakan dan aturan dalam RUU Kesehatan demi transformasi besar sistem kesehatan nasional.
Iklan
Lima organisasi profesi yakni Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Ikatan Bidan Indonesia (IBI), Ikatan Apoteker Indonesia (IAI), ditambah Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YKLI), menggelar demo 'Aksi Damai' di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Senin (28/11/2022).
Aksi tersebut merupakan buntut dari penolakan mereka atas Rancangan Undang-Undang (RUU) Omnibus Law yang direncanakan masuk ke dalam Program Legislasi Nasional (Prolegnas) 2023. Pada aksi tersebut, kelima organisasi profesi beserta mahasiswa kesehatan mengajukan tiga tuntutan yang terdiri dari:
1. Menolak RUU Kesehatan (Omnibus Law) dan mendesak pimpinan DPR RI agar RUU ini dikeluarkan dari prolegnas prioritas.
2. Menolak liberalisasi dan kapitalisasi kesehatan
3. Menolak pelemahan profesi kesehatan dan penghilangan peran-peran organisasi profesi.
Kelima organisasi profesi menyebut pihaknya sudah berbakti bagi negara dalam menjaga mutu dan profesionalisme anggota profesi yang semata-mata demi keselamatan dan kepentingan pasien.
Iklan
Apa kata Menkes?
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memastikan, perubahan kebijakan dan aturan yang dimuat dalam RUU Kesehatan demi transformasi besar sistem kesehatan nasional.
Menkes membantah tudingan terkait wewenang yang sepenuhnya di bawah kendali Kemenkes RI, tanpa melibatkan sejumlah pihak lain termasuk organisasi profesi. Semata-mata, keinginan transformasi melalui RUU Kesehatan untuk perbaikan layanan kesehatan masyarakat.
"Posisi pemerintah landasannya dua, apa yang kita lakukan harus meningkatkan kualitas dan layanan ke masyarakat, bukan baik untuk menteri-nya, organisasi profesi-nya, kolegium-nya, individu, industri, konglomerat, RS, bukan, tapi apa yang kita tulis nanti harus benar-benar baik ke masyarakat," terang Menkes dalam diskusi Forum Komunikasi Ikatan Dokter Indonesia yang disiarkan @idiwilriau, Minggu (27/11/2022).
"Jadi kalau nanti dalam diskusi, ternyata idenya yang baik untuk masyarakat dari DPR, diambil dari DPR, jika dari IDI diambil dari IDI, atau dari kolegium, KKI, ya kita ambil, yang penting kita diskusi, mana yang paling baik untuk masyarakat," sambungnya.
Mitos Terapi "Cuci Otak" Dr. Terawan
Angiografi ramai dibahas di Indonesia berkat terapi non konvensional Dr. Terawan. Apa rahasia di balik teknologi medis yang masih diperdebatkan itu dan kapan penggunaannya bisa dikategorikan sebagai malpraktik?
Foto: Siemens Healthineers
Citra Pembuluh Darah
Serupa seperti pemeriksaan radiografi lain, Digital Subtraction Angiography (DSA) menggunakan sinar Röntgen untuk membuat citra pembuluh darah. Pada praktiknya dokter menyuntikkan agen kontras berupa cairan ke dalam pembuluh darah yang penyebarannya terlihat melalui citra Röntgen. DSA digunakan lantaran hanya menampilkan jaringan pembuluh darah, tanpa elemen lain seperti struktur tulang manusia.
Foto: Imago
Menjepret Kontras
Agen kontras yang digunakan kebanyakan mengandung Iodium lantaran sifatnya yang mudah memantulkan radiasi. Buat pasien yang mengalami gangguan ginjal, dokter harus menggunakan "agen kontras negatif" yang bermassa ringan seperti gas CO2 atau larutan isotonik. Tanpanya, diagnosa radiologi akan kehilangan akurasi lantaran minimnya kemampuan sinar Röntgen menangkap perbedaan antara organ tubuh
Foto: picture-alliance/dpa/M. Schutt
Diagnosa Tambahan
Angiografi biasanya digunakan untuk melacak penyempitan atau kelainan lain pada pembuluh darah manusia. Tidak heran jika DSA digunakan sebagai metode diagnosa tambahan dalam kasus Tumor atau stroke. Dokter juga menggunakan teknik Angiografi untuk memeriksa keberhasilan operasi pada pembuluh darah pasien.
Foto: Siemens Healthineers
Ketinggalan Zaman
Menyusul ditemukannya metode diagnosia Tomografi Terkomputasi (CT) atau Pencitraan Resonansi Magnetik (MRT) yang mampu menghasilkan citra berkualitas tinggi, penggunaan Angiografi sebagai alat diagnosa semakin jarang ditemukan. Sebaliknya dokter sering menggunakan metode ini untuk menyalurkan obat-obatan dalam terapi invasif minimal.
Foto: Siemens Healthineers
Pembekuan di Jalur Darah
Salah satunya adalah pengobatan Tromobosis. Dengan pencitraan Angiografie dokter bisa mengatasi pembekuan darah dengan menyuntikkan obat-obatan langsung ke dalam pembuluh darah pasien. Namun begitu penggunaan metode Trombolysis pada pasien jantung dan stroke dibatasi waktu. Pada pasien stroke misalnya, menggunakan metode ini setelah lebih dari empat jam setelah serangan tidak akan banyak membantu.
Foto: HR
Keraguan pada Angiografi
Namun menyuntikkan obat-obatan ke dalam pembuluh buat mengatasi pembekuan darah pada pasien stroke isemik semakin jarang digunakan. Pasalnya selain masa terapi yang sempit, Tromolysis juga hanya berguna pada kasus pembekuan darah yang panjangnya kurang dari 1 sentimeter. Lebih dari itu dokter biasanya menggunakan metode lain, yakni dengan memasukkan kateter ke dalam pembuluh darah.
Minim Rekomendasi
Federasi Neurologi Eropa menyarankan penggunaan Trombolisis hanya pada pasien akut. Hingga kini ilmuwan belum mampu merekomendasikan satu jenis obat yang paling efektif buat mengatasi pembekuan darah. Asosiasi Dokter Neurologi Amerika Serikat bahkan mengklaim masih membutuhkan penelitian sebelum bisa menganjurkan penggunaan Trombolisis. (rzn/yf: dari berbagai sumber)
Foto: Siemens Healthineers
7 foto1 | 7
Reformasi jumlah dokter
Salah satu yang ingin direformasi adalah jumlah SDM dokter di Indonesia. Budi menyebut, dari 92 fakultas kedokteran, hanya 20 di antaranya yang memiliki prodi spesialis.
Membuka Fakultas Kedokteran melalui ketentuan UU saat ini menurut Menkes cukup rumit, melewati beberapa tahapan, bukan berada di Kemenkes maupun Kemendikbud RI.
"Oh nggak bisa pak, itu UU sudah ditarik wewenangnya, bukan ke Menteri Pendidikan, ke Konsil Kedokteran Indonesia, kejar ke Konsil, Pak Putu keluarin dong itu izinnya, nggak bisa Pak mesti ke kolegium, kalau kolegiumnya nggak keluarin, nggak keluar tuh," cerita dia.
"Harusnya nggak gitu, that is the right fo the government to govern. Contoh yang lain ada radiolog, aku ditanyain kenapa STR nggak keluar, aku tanda tangan deh biar cepat, tapi aku baru tahu menterinya nggak bisa tanda tangan STR, wewenang-nya nggak dari bapak, adanya di konsil, konsil keluarin dong, konsil mesti dapat dari organisasi profesi, organisasi profesi ada dua, gimana akhirnya dikumpulkan, tapi begitu dikumpulin juga rame kan," sambungnya.
Pentingnya perubahan atau transformasi kesehatan untuk memaksimalkan jumlah dokter dan dokter spesialis juga digambarkan Menkes melalui data kematian jantung pada anak. Setiap tahun, 50 ribu anak lahir dengan kematian jantung bawaan.
Dari total tersebut, 40 persen di antaranya memerlukan operasi yakni sekitar 20 ribu kasus. Sementara kapasitas penanganan kondisi tersebut yakni berada di 6.000, 14 ribu anak lain faktanya tidak bisa selamat.
"77 tahun merdeka tapi 14 ribu bayi meninggal setiap tahun karena nggak punya tenaga dokter spesialis yang cukup," kata Menkes.
"Kapasitas kita 6.000, loh terus sisanya gmn 14 ribu kan harus operasi, nih jawaban seorang profesor senior jantung, katanya itu seleksi alam," tutur dia.
Bagaimana Caranya untuk Kuliah Kedokteran di Jerman?
Dilihat dari segi biaya, kuliah kedokteran di Jerman ternyata tidak lebih mahal dari kuliah di Indonesia. Ditambah dengan pengalaman dan kualitas pendidikan yang lebih baik, kuliah di Jerman bisa menjadi pilihan.
Foto: DW/N. Ahmad
Biaya, pengalaman dan kualitas pendidikan
Ketiga hal di atas adalah faktor yang mendorong Adiyaksa Pratama untuk mengambil keputusan bulat kuliah kedokteran di Jerman. Tidak ada perbedaan biaya kuliah yang besar antara satu jurusan dengan jurusan lainnya di universitas negeri di Jerman. Ditambah lagi, pengalaman dan kualitas pendidikan tentu adalah hal yang tidak bisa dinilai dengan uang.
Foto: DW/N. Ahmad
Harus bisa bahasa Jerman
Kuliah kedokteran di Jerman ditawarkan hanya dalam bahasa Jerman. Oleh karena itu, Adi menyarankan bahwa calon mahasiswa harus sudah belajar bahasa Jerman sebelumnya, kalau bisa hingga level C1. Ini juga akan memudahkan calon mahasiswa dari Indonesia untuk lulus dengan nilai terbaik dari Studienkolleg.
Foto: DW/N. Ahmad
Wajib ikut Studienkolleg
Lulusan SMA dari Indonesia yang ingin kuliah S1 di Jerman wajib mengikuti program penyetaraan yang disebut Studienkolleg. Untuk kuliah kedokteran, jurusan Studienkolleg yang harus diikuti adalah M-Kurs.
Foto: DW/N. Ahmad
Lulus dengan ujian negara
Seorang mahasiswa kedokteran hanya bisa lulus kuliah jika berhasil lulus ujian negara (Staatsexamen) yang diselenggarakan dalam tiga tahap. Sistem kelulusan dengan ujian negara ini tidak mewajibkan seorang mahasiswa untuk menulis skripsi. Kelulusan dari tiga tahapan ujian negara menandakan seorang mahasiswa juga lulus dari kuliah kedokteran.
Foto: DW/N. Ahmad
Kuliah sambil bekerja
Selain sibuk kuliah, Adi mengisi harinya dengan bekerja menjadi 'Pflegeassistent' atau asisten perawat di RS Uniklinikum, Bonn. Kuliah sambil bekerja untuk menambah pemasukan sangat mungkin untuk dilakukan mahasiswa di Jerman. Untuk mahasiswa kedokteran terdapat kans yang besar untuk bekerja sampingan di RS saat sudah menjalani semester klinik (setelah lulus ujian negara tahap 1).
Foto: Privat
Mahasiswa internasional
Di foto, Adi berpose bersama teman kampusnya dari Nepal, Bijay Regmi. Menurut data dari badan statistik Jerman, DESTATIS, di tahun ajaran 2017/2018 tercatat ada lebih dari 10 ribu mahasiswa asing yang terdaftar di jurusan kedokteran di Jerman. Negara bagian Nordrhein-Westfalen (NRW) memiliki mahasiswa asing paling banyak dibandingkan negara bagian lain. (na/ts)
Foto: DW/N. Ahmad
6 foto1 | 6
Strategi lain yang diusung Menkes untuk meningkatkan jumlah dokter dan dokter spesialis yakni kemudahan adaptasi dokter lulusan luar negeri berpraktik di Indonesia. Ia mengaku sempat mendapatkan usulan untuk mengkaji kembali kebijakan tersebut, khususnya pada dokter lulusan Filipina dan India lantaran standarnya dinilai rendah.
"Ini juga ramai, jadi karena kurang, aku nyari dari luar ngeri ini, aku pengen bawa tuh dokter diaspora dari luar negeri, karena banyak dari sana, terus dibilang katanya mutunya jelek pak Filipina sama India," terang dia.
"Tapi setelah saya lihat ada juga dari Jerman, ada juga dari Jepang, ada yang lulusan Harvard sudah kerja di Mayo Clinic, Cleveland Clinic, kalau yang Mayo Clinic, Cleveland Clinic, ya ngapain sih diplonco mesti ditaruh dulu tahunan, ya harusnya mereka langsung saja, kaya gitu-gitu yang ingin saya rapihkan," bebernya. (gtp)