1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Rice Bela Cara AS Tangani Tersangka Teroris

6 Desember 2005

Sebelum bertolak Rice telah mengemukakan, terserah kepada negara-negara yang bersangkutan sendiri dan warganya, apakah mau bekerja sama dengan AS atau tidak, demi mencegah terjadinya serangan teror.

Menlu AS Condoleezza Rice di Berlin
Menlu AS Condoleezza Rice di BerlinFoto: AP

Harian Nouvelle République du Centre-Ouest yang terbit di kota Tours, Perancis dapat memahami trauma yang diderita Amerika Serikat sejak terjadinya serangan teror 11 September 2001, tapi bagaimanapun ini bukan alasan untuk tidakan yang tidak sesuai dengan hukum.

"Memang selama ini tidak dapat dibuktikan, bahwa kaum fundamentalis Islam ditahan dan disiksa di berbagai penjara rahasia AS. Tetapi daftar penerbangan dan persinggahan yang mencurigakan sedemikian panjang, sehingga negara-negara Eropa kini menuntut penjelasan mengenai sikap seenaknya yang dilakukan AS, tanpa mengindahkan kedaulatan negara lain. Trauma akibat peristiwa 11 September 2001, membuat AS kini seolah merasa berhak untuk melakukan apa saja, guna melindungi diri. Tetapi Eropa yang juga mengalami berbagai serangan, tidak dapat menerimanya."

Menanggapi lawatan Menteri Luar Negeri AS Condoleezza Rice, harian konservatif Inggris Daily Telegraph yang terbit di London menulis judul: "Eropa Menggigit Tangan yang Membebaskannya".

"Kiranya cukup informatif untuk melihat di bidang apa saja terdapat kontradiksi antara AS dan Eropa. Yaitu Kuba, Iran, Irak, Israel, Cina dan apa yang dapat dinilai sebagai sikap "supra-nasionalisme" AS. Misalnya dalam soal wewenang PBB, soal Protokol Kyoto, Mahkamah Internasional dan seterusnya. Perselisihan itu tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena terkait dengan benang ideologi. Yang jelas AS pro demokrasi, sedangkan UE pro stabilitas. Rice hendaknya berhati-hati. 40 tahun dukungan mantap Washington bagi UE, tidak mendatangkan sikap pro Amerika di Brussel. Seperti yang telah dan kembali akan dihadapinya, negara-negara Eropa sering punya hasrat psikopat, yaitu menggigit tangan yang telah membebaskannya."

Menurut laporan pers Amerika, Menlu Condoleezza Rice akan mengemukakan secara terselubung bahwa operasi yang dijalankan dilakukan dengan sepengetahuan pemerintahan yang punya arti penting atau wakil-wakil dinas rahasianya. Dalam menanggapi hal itu harian Frankfurter Rundschau memberi judul "Berdiam Diri Berarti Ikut Bersalah".

"Ucapan tentang 'pemerintahan yang punya arti penting', yang konon memperoleh informasi, kiranya sangat 'cerdik'. Karena dengan demikian mereka sudah terlibat. Maka pertanyaan kemudian ditujukan bukan pada pencetus skandal, melainkan kepada pemerintahan sendiri. Sejauh mana mereka mengetahui permasalahannya?
Untuk menghadapinya harus dilakukan penyingkapan. Pemerintahan yang demokratis punya kewajiban untuk melindungi warga yang hidup di wilayahnya. Kalau mereka melalaikan tugas itu, ada tanda bahaya bagi status negara hukum. Saat ini terdapat kecenderungan besar untuk melakukan penyelubungan."

Harian Badische Zeitung yang terbit di Freiburg menulis komentar:

"Penculikan, penahanan tanpa alasan, pelanggaran hukum bangsa-bangsa, mengelabui negara-negara transit, semakin banyak laporan bahwa dinas rahasia AS itu mempraktekkannya, juga di Jerman. Pengecohan artinya, Jerman dan dinas rahasianya tidak diberitahu. Tetapi dapat pula berdampak memalukan bagi mantan Menteri Dalam Negeri Otto Schily dan rekannya Steinmeier, yang dulu menjadi menteri pada kantor kekanseliran dan sekarang menjadi menteri luar negeri. Mungkin mereka membiarkan diri dikelabui, atau menutup-nutupinya. Kedua hal itu tidak dapat dibiarkan oleh pemerintahan yang mengacu pada hukum bangsa-bangsa dan HAM."