Riset: Instagram, Platform Utama Pelecehan Seksual Anak
9 Juni 2023
Sebuah laporan menyebut Instagram menjadi "media terpenting" dalam jaringan kekerasan seksual anak. Fiturnya memudahkan penjual dan pembeli untuk bertemu.
Iklan
Instagram disebut sebagai platform utama yang dimanfaatkan jaringan pedofil untuk mempromosikan dan menjual konten soal pelecehan seksual terhadap anak, menurut laporan Universitas Stanford dan Wall Street Journal.
"Jaringan besar yang kemungkinan akunnya dioperasikan oleh anak di bawah umur ini secara terang-terangan mengiklankan materi pelecehan seksual anak yang dibuat sendiri untuk dijual," kata peneliti dari Pusat Kebijakan Siber di Universitas Amerika Serikat.
"Dengan fitur rekomendasi algoritma dan pesan langsung, Instagram kini menjadi platform penting bagi jaringan ini yang membantu menghubungkan antara penjual dan pembeli."
Solusi Inovatif untuk Mengatasi Kasus Pelecehan Seksual
Hampir satu dari tiga perempuan pernah mengalami kekerasan fisik atau seksual setidaknya sekali seumur hidup, demikian laporan WHO 2021 lalu. Berikut ragam solusi digital sebagai upaya atasi pelecehan seksual.
Foto: Montira Narkvichien/UN Women | CC BY-NC-ND 2.0
Cincin alarm
Katya Romanovskaya awalnya pernah diserang. Pengalaman ini mendorongnya mendirikan perusahaan Nimb, yang menciptakan tombol darurat berbentuk cincin. Perhiasan buatan Rusia ini dirancang untuk memberi rasa aman pada perempuan. Jika tidak sengaja mengaktifkan peringatan, pengguna dapat membatalkannya dalam hitungan 20 detik. Namun, ada kata sandinya, jadi tidak semua orang bisa menghapusnya.
Foto: Mark Lennihan/AP/picture alliance
Cara kerja Nimb
Pengguna mengirimkan peringatan dan lokasi ke daftar nomor telepon yang telah dipilih sebelumnya. Pesan disampaikan dalam bentuk pemberitahuan baik berupa getaran, panggilan telepon, atau email. Orang yang memakai Nimb akan melihat cincin mereka bergetar dan tahu bahwa ada teman dan kerabat dalam bahaya. Informasi peringatan itu juga diteruskan ke layanan darurat dan kantor polisi.
Foto: Stephen Chung/ZUMA/imago
Berbicaralah kepada Spot
Insinyur dari Jerman dan Swiss menciptakan Spot, sebuah chatbot khusus yang memungkinkan karyawan melaporkan tuduhan pelecehan seksual secara anonim. Bot diprogram untuk mengajukan pertanyaan dan memberikan informasi serta saran untuk membantu mereka menyelidiki insiden ini. Jawaban akan dirangkum ke dalam PDF, dengan lembar sampul yang tampak formal, yang dapat dikirim melalui email ke HRD.
Foto: Andriy Popov/PantherMedia/imago images
Sis bot buatan Thailand
Letkol Peabrom Mekhiyanont membuat chatbot yang memberikan informasi 24/7 bagi para penyintas kekerasan seksual. Bot ini dapat diakses melalui perangkat seluler atau komputer. Penyintas dapat mengirim pesan lewat Facebook Messenger, dan nanti akan otomatis dipandu terkait bagaimana cara melapor ke polisi, cara menyimpan barang bukti, dan layanan dukungan yang didapat para penyintas secara hukum.
Foto: Montira Narkvichien/UN Women | CC BY-NC-ND 2.0
Terkoneksi di malam hari dengan bthere
Aplikasi ini ditujukan untuk pengguna yang berusia 18-22 tahun demi mengurangi kasus kekerasan seksual yang terjadi di kampus-kampus di AS. Teknologi ini berupaya untuk membantu penggunanya menghindari situasi berbahaya dengan mendorong mereka terkoneksi di malam hari. Alat ini dilengkapi dengan fitur berkirim pesan, berbagi lokasi, bahkan hadiah yang mendorong pengguna habiskan waktu bersama.
Foto: bthere
Bagaimana cara kerja bthere?
Pengguna mendaftar dan membuat "lingkaran" dengan teman kampus, keluarga, atau teman serumah, yang dapat bersifat permanen atau sementara, misalnya hanya untuk keluar malam di hari tertentu. Aplikasi ini memiliki dua tujuan yakni menjaga anak muda tetap aman, tetapi juga memberi peluang agar mereka menghabiskan lebih banyak waktu bersama dalam kehidupan nyata, dengan memanfaatkan kekuatan digital.
Foto: bthere
Callisto di kampus di Amerika Serikat
Kasus kekerasan seksual di berbagai kampus di AS mendasari terbentuknya Callisto. Platform ini dapat mendeteksi pelaku kekerasan seksual dengan teknologi AI yang menjalankan fungsi pencocokan. Penyintas akan melaporkan rincian pelaku ke dalam sistem, lalu penyintas lain juga memberi rincian serupa. Dengan cara ini, pelaku berantai dapat diidentifikasi terlepas dari afiliasi universitas.
Foto: Spencer Grant/imago images
Safecity di India
Dibentuk setelah kasus pemerkosaan Nirbhaya Gang 2012 di India, platform Safecity menjadi tempat berbagi cerita tentang pelecehan seksual atau pemerkosaan yang terjadi. Dengan menggunakan teknologi AI, secara visual akan terlihat lokasi berbahaya, dan rute aman. Lewat laporan berbasis crowdsoursing ini, otoritas keamanan dan pembuat kebijakan diharapkan dapat menciptakan ruang aman. (ts/ha)
Foto: safecity
8 foto1 | 8
Kepada kantor berita AFP, juru bicara Meta pada Kamis (08/06) menyebut bahwa perusahaan itu bekerja secara "agresif" untuk melawan eksploitasi anak dan mendukung kerja keras polisi untuk menangkap para pihak yang terlibat.
"Eksploitasi atas anak merupakan kejahatan yang mengerikan," kata juru bicara Meta merespons pertanyaan AFP.
"Kita terus aktif mencari cara untuk melawan kegiatan ini dan kami juga telah membuat sebuah tim internal untuk menyelidiki pernyataan ini dan segera menanganinya."
Tim dari Meta membongkar setidaknya 27 jaringan pelecehan dalam kurun 2020 dan 2022. Pada Januari 2023, mereka telah menonaktifkan lebih dari 490 ribu akun yang dianggap melanggar kebijakan keamanan terhadap anak milik perusahaan teknologi itu, tambah juru bicara Meta.
"Kami berkomitmen untuk meneruskan upaya kami dalam melindungi remaja, penghalangan terhadap penjahat, dan mendukung para penegak hukum untuk membawanya ke pengadilan," tegasnya.
Menurut data Journal, pencarian sederhana menggunakan kata kunci eksplisit secara seksual terhadap anak mengarah pada sejumlah akun yang menggunakan istilah ini untuk mengiklankan konten yang memperlihatkan kekerasan seksual terhadap anak di bawah umur.
Jakarta Gempur Eksploitasi Anak
02:20
Sejumlah profil sering "mengklaim hal itu didasari atas keinginan anak tersebut dan menggunakan nama samaran yang bersifat seksual secara terang-terangan," jelas artikel itu.
Meskipun tidak secara jelas mengatakan bahwa mereka menjual gambar-bambar itu, beberapa akun menyediakan sejumlah fitur menu dengan berbagai pilihan, termasuk kegiatan seksual di beberapa kasus.
Peneliti Stanford juga menemukan adanya penawaran berupa video berunsur perilaku hewan dan menyakiti diri sendiri.
"Bahkan dengan harga tertentu, anak-anak ini juga dapat ditemui secara langsung," sambung artikel itu.
Pada Maret 2023, dana pensiun dan investasi telah mengajukan komplain terhadap Meta lantaran dianggap "menutup mata" terhadap foto-foto perdagangan manusia dan kekerasan terhadap anak dalam platformnya.
Pada akhir tahun 2022, sebuah teknologi yang diterapkan Meta telah menghapus lebih dari 34 juta konten di Instagram dan Facebook yang berkaitan dengan eksploitasi anak, semuanya secara otomatis, menurut laporan dari perusahaan teknologi Silicon Valley tersebut.