Kekacauan politik di Jazirah Arab di masa lalu yang buka jalan bagi kelahiran Islam ternyata dipicu kemarau panjang. Kelangkaan air akhirnya merubuhkan kerajaan terkuat pada masa itu dan menciptakan kevakuman kekuasaan.
Iklan
Temuan yang dipublikasikan di jurnal ilmiah, Science, Kamis (16/6), menjadi indikasi pertama, tentang bagaimana perubahan cuaca secara ekstrem memaksakan "perubahan arah sejarah peradaban manusia", tulis para ilmuwan di Universitas Basel, Swiss.
Penelitian itu berfokus pada sejarah Kerajaan Himyar di Teluk Aden yang didirikan pada tahun 110 SM dan ambruk pada tahun 525. Selama masa jayanya, kerajaan ini merupakan pusat politik dan perdagangan di Jazirah Arab. Keruntuhannya diyakini memicu disintegrasi kekuatan-kekuatan politik Arab pada saat itu.
Hingga kini, peninggalan sejarah Kerajaan Himyar berupa kanalisasi dan sistem irigasi masih bisa dijumpai di wilayah yang sekarang menjadi Yaman.
Keistimewaan Musim Haji Dalam Angka
800.000 kursi bus, 100.000 tenda dan 2,1 juta gelas plastik setiap hari: Inilah alasan kenapa musim haji merupakan peristiwa massal paling akbar sejagad.
Foto: picture alliance/abaca/Orhan Akkanat
100.000 Tenda
Saban tahun padang Mina menjelma menjadi kota tenda. Hampir dua juta jemaah haji harus menginap di kawasan seluas 20 kilometer persegi buat menunaikan ibadah Wukuf. Setiap tenda yang rata-rata memiliki luas 25x10 meter itu dilengkapi dengan sistem pendingin ruangan dan mampu menampung hingga 250 orang.
Foto: AFP/Getty Images/F. Nureldine
18.000 Bus
Sebanyak 23 perusahaan transportasi lokal bergabung buat menyediakan lebih dari 800.000 kursi di 18.000 bus untuk mengangkut jemaah haji. Pemerintah juga membangun 18 pusat perawatan terpadu di antara Mekkah dan Madinah untuk menjamin kelancaran transportasi jika bus mengalami kerusakan di tengah jalan.
Foto: Reuters/A. Jadallah
17.000 Petugas Kesehatan
Tidak hanya petugas kesehatan, pemerintah Arab Saudi juga menyediakan 158 posko kesehatan serta 25 rumah sakit dengan 5.000 tempat tidur. Selain itu sejumlah helikopter, 100 ambulans dan 51 bus medis disiapkan untuk situasi darurat serupa tragedi di Mina 2015 silam.
Foto: Getty Images/AFP/A. Gharabli
2,5 Juta Hewan Kurban
Sedikitnya 2,5 juta hewan kurban terjual selama musim haji 2014. Tahun ini jumlahnya diperkirakan bakal meningkat. Beberapa dekade silam siswa daging kurban yang tidak dikonsumsi harus dimusnahkan. Kini pemerintah Arab Saudi mendonasikan daging tersebut. Suriah adalah penerima sumbangan daging kurban terbesar tahun ini.
Foto: Reuters
221.000 Jemaah Indonesia
Hampir dua juta jemaah dari 188 negara akan menyambangi Arab Saudi tahun ini. Indonesia mengirimkan kontingen terbesar dengan 221.000 orang. Sementara Pakistan berada di urutan kedua dengan 128.000 jemaah. Sisanya berasal dari India, Bangladesh, Nigeria, Mesir, Iran, Turki, Aljazair dan Maroko.
Foto: Reuters/A. Jadallah
5,3 Milyar Dollar AS
Berbelanja hadiah atau oleh-oleh sudah menjadi tradisi jemaah haji Indonesia. Ternyata budaya serupa juga dimiliki warga negara lain yang beribadah ke tanah suci. Tercatat tahun 2015 jemaah haji membelanjakan uang senilai 20 milyar Riyal atau sekitar 5,3 milyar Dollar AS. Saking ramainya, pemimpin spiritual Iran Ayatollah Khamanei memperingatkan agar jemaah mengurangi aktivitas belanja tahun ini
Foto: Getty Images/AFP/O. Salem
5.000 Kamera Pengawas
Sebanyak 17.000 personil keamanan beserta 3.000 kendaraan dikerahkan buat mengamankan musim haji tahun ini. Dari sekitar 5.000 kamera pengawasa yang dipasang buat memonitor arus jemaah, 1.000 diantaranya berada di Masjid al-Haram di Mekkah. Tahun ini aparat keamanan sudah memulangkan 120,000 jemaah yang kedapatan tidak memiliki visa haji.
Foto: picture-alliance/dpa/Qabalan
23.000 Petugas Kebersihan
Setiap tahun jemaah haji rata-rata meninggalkan 6 juta ton sampah. Untuk itu sebanyak 23.000 petugas bersiaga membersihkan Mekkah dan Madinah. Tidak heran, karena jemaah haji membuang 2.1 juta gelas plastik air zamzam setiap hari. Tahun 2014 saja kota Mekkah mencatat sampah makanan sebanyak 5.000 ton yang dibuang selama musim haji. (rzn/ap - dari berbagai sumber)
Foto: AFP/Getty Images/M. Al Shaikh
8 foto1 | 8
Dengan menganalisa laju pertumbuhan dan komposisi stalagmit sebagai indikasi rata-rata curah hujan di kawasan, ilmuwan mampu mengidentifikasi periode kemarau di awal abad keenam. "Bahkan dengan mata telanjang, Anda bisa melihat di stalagmite, bahwa pasti ada masa yang sangat kering dan berlangsung selama beberapa dekade," kata Dominik Fleitman yang mengepalai penelitian.
Sumber historis seperti catatan tingkat ketinggian air di Laut Merah membenarkan teori runtuhnya Kerajaan Himyar akibat kekeringan ekstrem. Pada masa itu, kerajaan juga menghadapi kerusuhan politik di tengah perang yang berkecamuk di utara melawan tentara Bizantium dan Sasani. Tapi menurut Fleitman, ketersediaan air adalah faktor vital bagi kemampuan Bangsa Himyar menghadapi gejolak dan krisis.
Iklan
Iklim paksakan perubahan sosial
"Air adalah sumber daya paling penting. Sangat jelas bahwa menurunnya curah hujan dan kekeringan selama bertahun-tahun akan mampu menggoyahkan sebuah kerajaan yang berdiri di atas lahan semi-gurun."
Paruh kedua abad keenam terutama diwarnai kekacauan politik di kawasan Teluk. Ikatan etnis dan kekeluargaan melonggar seiring menguatnya identitas keagamaan. Periode ini ditandai oleh dominasi Yahudi di wilayah Yaman, sementara agama Kristen menguasai Teluk Persia.
Gelombang Protes "Musim Semi Arab" 10 Tahun Lalu
Gerakan protes yang kemudian dikenal sebagai "musim semi Arab" 10 tahun lalu mencapai Mesir. Pada 25 Januari 2011, massa berkumpul di lapangan Tahrir di Kairo dan menuntut penguasa Hosni Mubarak mundur.
Foto: picture-alliance/dpa/F. Trueba
Menuntut penguasa mundur
Para perempuan Irak tua dan muda melibatkan diri dalam aksi protes massal di Lapangan Tahrir, Januari 2011, menuntut kebebasan politik dan mundurnya Hosni Mubarak.
Foto: AP
Akhirnya mundur dan diadili
Akhirnya, Hosni Mubarak yang sudah berkuasa lebih 30 tahun mengundurkan diri 11 Februari 2011. Beberapa bulan kemudian dia mulai diadili. Tahun 2012 dia dijatuhi hukuman penjara seumur hidup, dengan tuduhan tidak menghentikan aksi kekerasan brutal aparat keamanan di Lapangan Tahrir. Hosni Mubarak meninggal Februari 2020 setelah menjalani perawatan di rumah sakit militer Mesir.
Foto: picture-alliance/AP
Berawal dari Tunisia
Aksi protes massal di kawasan itu berawal dari aksi massa di Tunisia menentang kenaikan harga dan menenentang Presiden Zine El Abidine Ben Ali, yang berkuasa sejak 1987. Massa memenuhi pusat ibukota Tunis pada Januari 2011 menuntut Ben Ali meletakkan jabatan.
Foto: AP
Tumbang setelah berkuasa 23 tahun di Tunisia
Setelah protes makin meluas di Tunisia, Presiden Zine El Abidine Ben Ali dan keluarga akhirnya melarikan diri ke Arab Saudi. Dia disebut-sebut membawa lari uang ratusan juta dolar AS. June 2011, Ben Ali dan istrinya diadili secara in absentia dan diajtuhi hukuman 35 tahun penjara atas tuduhan mencuri harta negara. Ben Ali meninggal di Arab Saudi September 2019 pada usia 83 tahun.
Foto: AP
Pemberontakan di Libya
Aksi protes massal juga menjalar ke Libya yang berada di bawah pemerintahan rezim militer dengan pemimpin kontroversialnya Muammar Gaddafi. Aksi protes berubah menjadi perlawanan bersenjata dan terutama berpusat di kota Benghazi, yang dikuasai pemberontak. Gaddafi mengerahkan militer untuk menggempur, tapi kubu pemberontak mendapat dukungan dari NATO.
Lari, bersembunyi dan dibunuh
Penguasa Libya yang menjuluki dirinya sendiri sebagai “Raja Arab” ini tidak semujur para pemimpin lain. Muammar Gaddafi yang berkuasa 40 tahun di Libya terpaksa kabur dari istananya di Tripoli. Namun dia tertangkap milisi pemberontak dan dibunuh dekat kota kelahirannya, Sirte. Jasadnya bahkan sempat dipertontonkan kepada umum di kota Misrata.
Foto: picture alliance/dpa
Ali Abdullah Saleh bergabung dengan pemberontak Yaman
Berkuasa lebih 40 tahun di Yaman, Ali Abdullah Saleh Saleh tumbang dihempas gelombang protes Musim Semi Arab, 2011. Dia kemudian bergabung dengan pemberontak Syiah Huthi pada 2014. Desember 2017 dia diberitakan tewas dibunuh pemberontak Huthi karena dianggap berkhianat.
Foto: picture alliance/AP Photo/Muhammed Muheisen
Bashar Al Assad masih berkuasa di Suriah
Penguasa yang mampu bertahan dari gelombang "Musim Semi Arab" adalah Bashar Al Assad di Suriah. Sekalipun daerah kekuasaannya makin kecil dan banyak kota yang hancur oleh perang berkepanjangan. Rezim di Damaskus mendapat dukungan dari Iran dan Rusia dan berhasil memukul mundur kubu pemberontak dari semua kota yang sempat mereka kuasai. hp/yp (dari berbagai sumber)
Foto: picture alliance/dpa
8 foto1 | 8
Ketika Kerajaan Aksum dari Etiopia menginvasi Teluk Aden, Kerajaan Himyar yang dulu berkuasa akhirnya "kehilangan pengaruhnya," tulis ilmuwan. "Jika kami berpikir tentang cuaca eksrem, kami seringkali berasumsi periodenya berlangsung singkat, hanya beberapa tahun," kata Fleitmann. Tapi kelangkaan air menyisakan dampak fatal.
"Populasi di sana mengalami kesulitan besar karena kelaparan dan perang. Artinya Islam mendapati lahan yang subur untuk berkembang," imbuhnya. "Ketika orang mencari harapan baru, sesuatu yang bisa menyatukan masyarakat menjadi sebuah bangsa, agama baru ini menawarkan kemungkinan tersebut", ujar ilmuwan itu lebi lanjut.
Kendati begitu, para saintis tidak menyimpulkan secara ekplisit bahwa kekeringan ekstrem di Jazirah Arab bertanggungjawab secara langsung atas kelahiran Islam. Fenomena itu hanya melandasi perubahan sosial yang terjadi pada masa itu. "Tapi memang hal ini merupakan faktor penting dalam konteks kebangkitan dunia Arab di abad keenam."