Riset berdasar prinsip evolusi protein untuk ciptakan bahan bakar biologis dan obat-obatan baru dianugerahi hadiah Nobel Kimia 2018. Tiga ilmuwan, Frances Arnold, George Smith dan Gregory Winter berbagi hadiah itu
Foto: Reuters/TT News Agency/J. Ekstromer
Iklan
Akademi Ilmu Pengetahuan Kerajaan Swedia di Stockholm mengumumkan, Frances Arnold dari California Institute of Technology, George Smith dari University of Missouri dan Gregory Winter dari MRC Laboratory of Molecular Biology di Inggris dianugerahi hadiah Nobel Kimia untuk hasil risetnya yang menjadi pionir sains di bidang enzym and antibodi.
Frances Arnold (62) adalah peneliti pertama yang merekayasa evolusi enzym. Konmite Nobel menyebutkan, pemanfaatannya mencakup produksi unsur kimia yang lebih ramah lingkungan untuk obat-obatan serta produksi bahan bakar terbarukan. Untuk karya ilmiahnya, Arnold dianugerahi separuh dari hadiah uang tunai total 1 juta US Dolar. Arnold menjadi perempuan kelima yang dianugerahi Nobel Kimia sepanjang sejarah penghargaan itu yang dimulai dari tahun 1901.
"Ketiga peneliti menerapkan prinsip evolusi Darwin dalam tabung reaksi", ujar Glaes Gustafson, ketua komite Nobel bidang kimia. "Para peneliti menerapkan pemahamam di tingkat molekuler yang kita peroleh dari proses evolusi di laboratorium. Dengan itu mereka berhasil memacu evolusi ribuan kali lebih cepat untuk memproduksi protein baru", papar ketua komite Nobel bidang kimia itu.
George Smith (77) mengembangkan metode baru untuk mengembangkan protein baru. Sementara Gregory Winter (67) memanfaatkan metodenya untuk menciptakan antibodi, berupa protein pembasmi penyakit di dalam darah. Kedua peneliti ini akan berbagi separuh hadiah uang tunai Nobel Kimia.
Obat peretama berbasis karya Winter diizinkan beredar tahun 2002. Obatnya digunakan untuk terapi rheumatoid arthritis, psoriasis dan penyakit peradangan bowel, demikian keterangan Akademi Ilmu Pengetahuan Swedia.
as/yf /(rtr,afp,dpa,ap)
Metode Baru Pengobatan Kanker
Para peneliti pengobatan kanker di Jerman dan Swiss mengembangkan obat yang memicu aktifitas sistem kekebalan tubuh. Tapi pengobatan yang mengubah sistem kekebalan tubuh juga bisa memicu dampak fatal.
Foto: Fotolia/S. Bähren
Tambahkan Oksigen
Memutus suplai oksigen ke sel tumor adalah salah satu cara untuk mencegah pertumbuhan sel. Tapi para dokter di rumah sakit universitas Zürich mengujicoba hal sebaliknya. Pembuluh darah yang diserang kanker dinormalisasi kemudian dibanjiri oksigen. Para ilmuwan mengharapkan, dengan cara itu bisa meningkatkan keampuhan kemotherapi dan radiasi.
Percikan Jeruk Limau
Metode baru lainnya menggunakan jeruk limau untuk meredam penyebaran kanker hati. Peneliti dari Universitas Ruhr di Bochum memanfaatkan komponen aromatik atsiri dari buah limau sebgai semacam kunci untuk membuka sel kanker. Akibatnya kadar kalsium dalam sel kanker meningkat dan mencegah penyebarannya.
Foto: picture alliance/David Ebener
Terapi Kekebalan Tubuh
Yang paling menarik adalah riset di bidang terapi kekebalan tubuh. Sistem kekebalan tubuh harus belajar memerangi sendiri pertumbuhan sel kanker. Masalahnya: sistem kekebalan tubuh lazimnya mengkategorikan 99,9 persen protein kanker sebagai aman. Para ilmuwan harus mengajari sistem kekebalan rubuh untuk menyerang protein yang disasar tanpa berlebihan untuk menghindari reaksi auto-immune.
Foto: bzga
Mutasi Protein.
Salah satu metodenya dengan vaksinasi. Targetnya: mengaktifkan sistem kekebalan tubuh agar mengenali protein yang mengalami mutasi. Professor Michael Platten dari Universitas Heidelberg sukses mengujicoba metode ini pada tikus yang memiliki sistem imunitas mirip manusia. Tumor mengecil atau hilang samasekali. Tahun ini dimulai fase ujicoba pada 39 pasien kanker.
Foto: Forschungszentrum Jülich
Terapi Antibody
Dalam metode terapi kekebalan tubuh, antibody memainkan peranan penting. Profesor Helmut Salih dan timnya dari Universitas Tübingen mengujicoba terapi antibody kepada tujuh pasien kanker. Antibody mencegah sel sehat terinfeksi sel kanker. Hasilnya, mula-mula sel kanker menghilang tapi tidak lama kemudian muncul kembali.
Foto: Universität Tübingen
Kisah Sukses Terapi Imunitas
Georgios (27) adalah contoh sukses terapi kekebalan tubuh. Ia pergi ke dokter karena pembengkakan kelenjar getah bening dan menduga terserang flu. Diagnosa dokter: kanker paru-paru stadium empat yang sudah menyebar. Dengan terapi kekebalan tubuh ia sembuh. Tapi terapinya dirahasiakan, karena dibiayai sebuah industri farmasi. Georgios mengatakan terapinya jauh lebih nyaman ketimbang kemoterapi.
Foto: NCT Heidelberg
Harapan Terakhir Pasien Kanker
Terapi eksperimental sistem kekebalan tubuh sering jadi harapan terakhir pasien kanker yang dinyatakan tak bisa disembuhkan. Prosedur pengobatan diberikan jika semua metode terapi standar gagal. Dokter dan pasien di Jerman bisa menghubungi Pusat Informasi Kanker untuk dapat menjalin kontak dengan ilmuwan yang sedang mengujicoba metode baru atau obat kanker eksperimental.