Gurun Dhofar di Oman dekat Yaman dan Arab Saudi miliki morfologi dan karakteristik mirip planet Mars. Karena itu lebih 200 ilmuwan dari 25 negara membangun kompleks penelitian di sini.
Iklan
Ada Planet Mars di Gurun Oman
01:31
Perlombaan penerbangan manusia ke Mars sudah dimulai beberapa tahun silam. Semua negara adidaya ruang angkasa telah menyatakan ambisinya untuk mengirim misi berawak ke planet merah itu.
Juga persiapan teknis dan non teknis untuk misi ilmiah di Mars telah dijalankan. Salah satunya dilakukan di gurun Dhofar, Oman yang lokasinya berbatasan dengan Yaman dan Arab Saudi. Sekitar 200 ilmuwan dari 25 negara terlibat dalam penelitian di kompleks futuristik iglu modern seberat 2,4 ton yang diisi udara dan gampang dipindah.
Proyek yang diberi nama AMADEE 18 melakukan simulasi dan latihan medan dengan beragam aktivitas seolah di planet Mars. Lokasi riset Ruba' al-Khali, atau kawasan kosong dalam bahasa Arab, adalah gurun pasir kecoklatan yang membentang di semenanjung Arab.
Kondisinya dinilai mirip di permukaan Mars, karena fluktuasi suhunya cukup ekstrim dan hanya sedikit flora dan fauna yang bisa hidup di sini. Selain itu morfologi, mineralogi dan karakteristik serta sifat pasirnya dinilai mirip dengan di permukaan planet merah.
Rusia dan Eropa Lacak Kehidupan di Mars
Rusia dan Eropa luncurkan misi ExoMars dengan terget melacak adanya jejak kehidupan di planet Mars. Fase pertama misi: mencari lokasi terbaik di planet merah itu.
Foto: ESA
Siap Diluncurkan
Roket Proton-M buatan Rusia mengangkut Trace Gas Orbiter (TGO) dan pendarat Schiaparelli EDM. Membangun dua perangkat itu perlu waktu 10 tahun. Roket siap diluncurkan dari Baikonur Cosmodrome di Kazakhstan setelah diisi penuh bahan bakar.
Foto: ESA
Separasi
Beberapa jam setelah diluncurkan, orbiter (hitam) dan pendarat (emas) akan melepaskan diri dari roket. Dimulai penerbangan selama 7 bulan menuju planet Mars. Kondisi orbital Mars dan Bumi Yang seharis menjadi keuntungan bagi misi ExoMars. Dengan itu waktu perjalanan jadi relativ lebih pendek.
Foto: ESA
Orbiter dan Pendarat Berpisah
Setelah 200 hari terbang di angkasa luar, wahana orbiter dan pendarat akan memisahkan diri tiga hari menjelang memasuki Orbit planet Mars. Diperhitungkan pemisahan dilakukan akhir Oktober. Kedua wahana robotik itu akan melakukan misi terpisah secara mandiri.
Foto: ESA
Misi Pendaratan
Wahana pendarat akan mendekati planet Mars dengan kecepatan 20.000 Kilometer per jam. Lokasi pendaratan : Meridiani Planum sebuah lokasi datar yang dipenuhi mineral hematit. Di bumi biasanya ditemukan di sumber air panas. Jadi siap mendarat di permukaan panas.
Foto: ESA
Pendaratan Empuk
Teorinya atmosfir Mars akan memperlambat laju wahana pendarat. Sebuah parasut akan bertindak sebagi rem yang menurunkan kecepatan hingga tinggal 200 kilometer per jam (gambar model). Pada ketinggian 1.2 Kilometer, roket booster untuk mengerem laju wahana akan dihidupkan, agar pendaratan berlangsung Mulus dan empuk.
Foto: ESA
Memindai Udara
Setelah mendarat di Mars, sejumlah instrumen di dalam wahana pendarat akan mengumpulkan data atmosferik selama 4 hari. Data ini akan menjadi informasi kritis bagi ilmuwan Rusia dan Eropa terkait pendaratan rover pada misi berikutnya. Baterai pada Schiaparelli hanya tahan 4 hari, setelah itu semua peralatan akan mati.
Foto: ESA
Orbiter Juga Bekerja
Orbiter di atas planet Mars juga akan melakukan tugasnya. Untuk itu posisi Orbiter akan dikoreksi terlebih dulu menggunakan Booster roket.
Foto: ESA
Melacak Jejak Gas
Tugas Orbiter adalah "mencium" atau "melacak" jejak gas yang ada di atmosfir Mars. Terutama dilacak keberadaan gas Metana. Karena gas ini bisa menjadi petunjuk adanya sisa atau bahkan aktifitas kehidupan yang masih eksis di planet merah. Tugas Orbiter mencium jejak gas akan berlangsung beberapa tahun, hingga misi berikutnya diluncurkan.
Foto: ESA
Rover ExoMars
Tahun 2018 akan diluncurkan misi ExoMars berikutnyam, untuk mendaratkan wahana penjelajah atau rover di lokasi yang saat ini sedang diteliti. Misalnya di Oxia Planum yang kaya unsur besi dan Magnesium dan berada 3000 meter di bawah permukaan dataran Mars. Diduga masih ada jejak air di sana.
Foto: ESA
Mengebor Sampel
Rover juga akan mengebor tanah di planet Mars untuk mengumpulkan sampel dari bawah permukaan. Harapan para ilmuwan Eusia dan Eropa, di kedalaman Mars akan ditemukan molekul organik. Ini bisa menunjukan jejak aktifitas biologis di Mars. Jika ditemukan ini menjadi sukses pertama bukti adanya jejak kehidupan di planet merah itu.
Para ilmuwan dan astronot analog melakukan kegiatan menguji coba peralatan dan berlatih mengatasi masalah teknis maupun non teknis. Masalah non teknis misalnya, bagaimana menangani masalah darurat medis atau masalah psikologi akibat terisolasi jauh dari habitat alami.
Komandan misi AMADEE18, Gernot Groemer mengatakan; "Misi penerbangan berawak ke planet Mars mungkin baru diluncurkan dalam 20 hingga 30 tahun lagi. Para astronot dan ilmuwan yang nanti akan terlibat, barangkali saat ini masih duduk di bangku sekolah dasar. Tapi kami harus menyiapkan segalanya dari sekarang, agar pada saatnya nanti semua bisa diimplementasikan secara handal dalam misi".
Ekspedisi ke Mars Siap Diluncurkan
Ekspedisi ke Mars sejak lama jadi impian para ilmuwan. Bagaimana kondisi di planet merah itu disimulasikan di Bumi. Semua kemungkinan paling ekstrim harus diuji seoptimal mungkin.
Foto: R. Dückerhoff
Lanskap Serupa
Di kaldera gunung Mauna Loa di Hawaii, dibuat simulasi bagaimnana hidup di permukaan planet Mars. Ekseprimen dimulai 28 Augustus 2015 selama setahun penuh. Enam relawan akan bermukim di dalam tenda berbentuk kubah. Lanskap di area pegunungan ini amat mirip Mars, tak ada tumbuhan kecuali batuan berwarna merah.
Foto: R. Dückerhoff
Akomodasi Lengkap
Enam ilmuwan Amerika dan Eropa akn tinggal dalam tenda berdiameter 11 meter ini selama setahun. Dua kali seminggu para ilmuwan akan melakukan simulasi ekspedisi ilmiah, seperti mengumpulkan sampel batuan dengan mengenakan pakaian astronot lengkap. Selebihnya para ilmuwan hanya berdiam di dalam tenda, dan melakukan komunikasi ke dunia luar lewat email atau rekaman suara.
Foto: R. Dückerhoff
Planet Merah yang Mati
Gunung Mauna Loa menjadi lokasi paling ideal untuk membuat simulasi ekspedisi di Mars. Ilmuwan dari University of Hawaii menyebutkan, kondisi di sana nyaris serupa, baik secara geologis maupun dari habitat flora dan fauna yang terbatas. Dari Mauna Loa Kita juga bisa melihat samudera seperti di Mars.
Foto: NASA/JPL-Caltech/MSSS
Ekspedisi Berbahaya
Penerbangan ke Mars perlu waktu 8 bulan sekali jalan. Karena itu para ilmuwan ingin mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk misi ke planet merah di kemudian hari. Diteliti apa dampak penerbangan jangka panjang pada tubuh astronot, juga bagaimana cara terbaik menghadapi isolasi. Ilmuwan memperkirakan, selama penerbangan para astronot akan mengalami depresi dan kelesuan.
Foto: imago/United Archives
Mars 500
Ujicoba Mars 500 yang dilakukan di Moscow pada 2010-2011 mensimulasikan secara komplit misi penebangan ulang-alik ke Mars.Ujicoba berlangsung 520 hari, yang memecahkan rekor riset isolasi terlama. Beberapa orang astronot menunjukan gejala depresi tingkat sedang, akibat siklus siang malam artifisial.
Foto: picture-alliance/dpa/ESA
Di Ketinggian Gletsyer
Dalam riset Amadee-15 para ilmuwan melakukan simulasi perjalanan di habitat Mars, di kawasan gletsyer Alpina Austria saat musim panas. Kondisinya disebut mirip permukaan Mars yang dipenuhi pecahan es dan batuan yang amat sulit dilewati. Dalam ujicoba selama dua minggu itu juga dites penggunaan kendaraan "rover" untuk permukaan planet merah itu.
Foto: picture-alliance/dpa/M. Röder
Di Gurun Pasir
Mars Society, sebuah lembaga riset antariksa nirlaba mendirikan tiga stasiun eksplorasi yang kondisinya memiliki analogi dengan kondisi di Mars. Salah satunya adalah Mars Desert Research Station di gurun pasir negara bagian Utah, Amerika Serikat.
Foto: picture-alliance/dpa/G. Frey
Di Kawasan Paling Terisolasi
Planet Mars mati, dingin dan benar-benar terisolasi, mirip Kutub Selatan. Itu sebabnya simulasi bermukim di Mars dilakukan di Concordia Research Station milik gabungan Peracis-Italia di dataran es Antartika. Hidup di sini amat berat, khususnya saat musim dingin yang selamanya gelap. Para ilmuwan hendak meneliti dampaknya pada tubuh manusia.
Foto: picture-alliance/dpa/ESA/IPEV/PNRA-A. Salam
Di Dasar Laut
Tanpa teknologi tinggi manusia tak akan bisa hidup di Mars. Para peneliti membuat simulasi kondisi ekstrim di planet merah itu dengan ujicoba di dasar laut. Proyek NASA "Extreme Environment Mission Operations" dilakukan di stasiun riset bawah laut Aquarius di lepas pantai Key Largo, Florida. Para peneliti bermukim selama tiga minggu di kedalam 19 meter.
Foto: picture-alliance/dpa/NASA
Ujicoba Menyeluruh
Selain melakukan simulasi penerbangan ke Mars, para peneliti juga menyelidiki semua kemungkinan komplikasi dan kesulitan yang akan muncul setelah mendarat di planet itu. Envihab yang merupakan fasilitas riset medis di Pusat Antariksa Jerman kini meneliti dampak kondisi hidup di planet asing terhadap tubuh manusia.
Foto: DW/F. Schmidt
Membudidayakan Tanaman Pangan
Tak ada tanaman yang bisa tumbuh di permukaan Mars. Bagaimana astronot bisa makan? Para peneliti di Envihab melakukan experimen dengan sejumlah tanaman, untuk meneliti kemampuannya tumbuh dalam lingkungan artifisial. Tomat misalnya, terbukti ketangguhannya, dan bisa tumbuh dalam kondisi ekstrim itu.
Foto: DW/F.Schmidt
11 foto1 | 11
Sebuah optimisme yang patut dipuji. Pasalnya milyarder Elon Musk awal Februari 2018 dengan perusahaanya SpaceX Ujicoba Peluncuran Roket Falcon Heavy Untuk Misi ke Planet Mars Suksenya jadi tonggak bagi penerbangan lanjutan ke planet merah itu. Tidak tanggung-tanggung, ujicoba juga mengangkut sebuah mobil Tesla tipe roadster yang diawaki boneka sebesar manusiab "Starman" yang mengorbit bumi bulat bundar di geo stasioner rendah. Artinya lomba misi berawak ke Mars sudah dibuka. Apakah nanti misi penerbangannya ulang alik atau cuma "one way", belum ada yang dapat memastikan.
as/ml (ap)
Melacak Jejak Kehidupan di Planet Mars
Curiosity mendarat di Mars 5 tahun lalu. Lab sains ini terus melacak jejak kehidupan di planet merah itu. Beragam instrumen mengirim data dalam jumlah besar. Apakah ditemukan bukti kehidupan di Mars?
Foto: picture-alliance/dpa/NASA/JPL-Caltech/MSSS
Teknik Teranyar Lacak Kehidupan
Curiosity dilengkapi Spektrometer khusus didukung teknik Laser. Dengan itu, sampel bisa dianalis dari jarak jauh. Stasiun meteorologi terintegrasi mengukur temperatur, tekanan atmosfir, radiasi, kelembaban dan kecepatan angin. Robot penjelajah Mars juga dilengkapi alat analisa ikatan organik, untuk melacak jejak kehidupan di luar Bumi.
Foto: NASA/JPL-Caltech/MSSS
Analisa di Laboratorium
Teknik paling modern yang dibawa Curiosity memungkinkan analisa sampel oleh beragam instrumen. Sampel tanah Mars mula-mula difilter, dipilah berdasarkan ukurannya dan dikirim ke berbagai alat analisa canggih.
Foto: picture alliance/AP Photo/NASA
Robot Penjelajah Terbesar dan Termodern
Curiosity menjadi robot penjelajah Mars terbesar dan termodern. Rover ini mendarat di permukaan planet merah 6 Agustus 2012 dan terus bekerja mengumpulkan data. Motornya digerakan baterai isotop radioaktif yang parktis tidak akan habis. Curiosity hingga kini sudah menjelajah 17 km permukaan Mars dan tetap fit serta penuh energi.
Foto: picture-alliance/dpa/Nasa/Jpl-Caltech/Msss
Mengebor Tanah Mars
Untuk membuktikan bahwa kehidupan di Mars secara teoritis dimungkinkan, lengan robot juga mengebor tanah di planet merah itu. Pada tahun 2013 Curiosity mengambil sampel tanah pada kedalaman tertentu di sekitar kawah Gale. Tapi sejauh ini laboratorium peneliti belum menemukan bukti eksistensi kehidupan.
Foto: NASA/JPL-Caltech
Misi Sebelumnya Pembuka Jalan
Ini Rover Sojourner yang didaratkan di Mars 1997. Data yang dikumpulkan rover perdana itu mendukung sukses tiga misi berikutnya. NASA mendaratkan dua robot kembar pada 2004, Spirit dan Opportunity. Rover menjelajah gunung, mengambil sampel tanah dan didera musim dingin serta badai pasir Mars. Spirit beroperasi di Mars selama 6 tahun, sementara Opportunity masih aktif hingga sekarang.
Foto: picture alliance/dpa
Robot Tangguh
Opportunity pada 2015 sudah menjelajah permukaan planet merah itu sejarak 42 km. Sebuah rekor fantastis. Robot dilengkapi 3 unit Spektrometer serta beberapa kamera 3D. Saat ini Opportunity beroperasi di Perseverance Valley. Setelah melakukan tugas lebih dari 13 tahun, Opportunity terbukti masih tangguh dan fit.
Foto: picture-alliance/dpa
Inilah Lanskap Planet Mars
Citra Mount Sharp ini direkam kamera yang dipasang di Curiosity. Lanskap di planet merah itu mengingatkan pada pemandangan gurun pasir di Bumi. Rover Mars tersebut dirancang untuk terus melakukan misinya, minimal 5 tahun mendatang atau lebih lama lagi. Ambisi jangkan panjangnya, mengirim misi berawak ke planet tetangga Bumi ini. Penulis.Fabian Schmidt (as/yf)