Tingkat pemanasan bumi mencapai titik tertinggi sepanjang masa pada tahun 2023. Sekitar 92% dari suhu panas yang memecahkan rekor tahun lalu, terjadi karena ulah manusia. Demikian hasil riset teranyar para ilmuwan.
Iklan
Lebih 50 ilmuwan dari seluruh dunia menggunakan metode yang disetujui PBB, menyelidiki apa penyebab lonjakan cuaca panas mematikan tahun lalu? Hasilnya: Bahkan dengan laju pemanasan yang lebih cepat, mereka tidak melihat adanya bukti adanya akselerasi yang signifikan dalam perubahan iklim yang disebabkan oleh aktivitas manusia, yang melampaui laju peningkatan pembakaran bahan bakar fosil.
Studi tahunan ini merupakan bagian dari serangkaian penilaian iklim berkala, yang dirancang untuk mengisi kesenjangan antara laporan Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) PBB yang dirilis rata-rata setiap enam tahun sekali sejak tahun 1988. Laporan bisa dibaca di jurnal Earth System Science Data.
Rekor suhu tahun lalu telah membuat para ilmuwan sibuk memperdebatkan, apa yang menyebabkan lonjakan besar ini dan apakah perubahan iklim semakin cepat atau ada faktor lain yang mempengaruhinya?
Ilmuwan iklim dari Universitas Leeds, yang merupakan penulis utama studi tersebut Piers Forster mengatakan: "Suhu meningkat dan menjadi lebih buruk persis seperti yang kami prediksi.”
Hal ini sebagian besar disebabkan oleh akumulasi karbon dioksida, akibat meningkatnya penggunaan bahan bakar fosil, kata dia dan rekan penulisnya.
Tahun lalu laju pemanasan tercatat mencapai 0,26 derajat Celsius per dekade – naik dari 0,25 derajat Celsius per dekade pada tahun sebelumnya. Peningkatannya tidak terlalu signifikan, meski hal ini membuat angka tahun 2023 menjadi yang tertinggi yang pernah ada, kata Forster.
Apa yang Bisa Dilakukan untuk Menahan Laju Pemanasan Global?
Sementara jejak karbon banyak dianggap remeh oleh perusahaan bahan bakar fosil, ada banyak hal yang dapat kita lakukan secara individu untuk membantu membatasi emisi gas rumah kaca yang meningkatkan pemanasan global.
Foto: picture-alliance/U. Baumgarten
Pilih alat transportasi yang rendah emisi
Gunakan bus, kereta, atau sepeda. Kereta untuk perjalanan antarkota di Eropa menghasilkan hingga 90 persen lebih sedikit emisi karbon dibanding menggunakan pesawat.
Foto: Binh Truong/Photoshot/picture alliance
Pilih makan tumbuhan ketimbang daging
Peternakan daging dan susu menyumbang sekitar 15% dari emisi gas rumah kaca (GRK) global. Industri ini juga bertanggung jawab atas hilangnya keanekaragaman hayati, mengontaminasi tanah, dan polusi.
Foto: picture-alliance/dpa/Photoshot/R. Levine
Kritisi kebijakan pemerintah yang tidak ramah lingkungan
Aksi protes, kampanye di media sosial, atau menyampaikan aspirasi kepada perwakilan lokal yang akan berdampak pada politisi.
Foto: Justin Ng/Avalon/picture alliance
Pilih energi terbarukan
Menggunakan listrik yang berasal dari tenaga angin atau matahari adalah cara yang baik untuk memangkas sumber utama karbon perusak iklim.
Foto: Amit Dave/REUTERS
Hemat Energi
Cabut colokan elektronik yang tidak digunakan dan matikan komputer di malam hari.
Foto: Jens Niering/picture alliance
Setop buang makanan
Kamu dapat meminta supermarket untuk berhenti membuang makanan ekstra. Selain itu, sebaiknya bawa wadah penyimpanan untuk sisa makanan yang tidak kamu habiskan saat berada di restoran. (ap)
Foto: picture-alliance/dpa/C. Soeder
6 foto1 | 6
Situasinya makin mencemaskan
Para ilmuwan lain yang tidak terlibat dalam penelitian ini mengatakan, laporan tersebut menunjukkan situasi yang semakin mengkhawatirkan. "Memilih untuk bertindak terhadap perubahan iklim telah menjadi pokok pembicaraan politik, namun laporan ini harus menjadi pengingat bagi masyarakat bahwa pada dasarnya tindakan yang diambil adalah pilihan untuk menyelamatkan nyawa manusia,” ucap ilmuwan iklim Universitas Wisconsin, Andrea Dutton, yang tidak menjadi bagian dari tim studi PBB. "Bagi saya, situasi ini adalah sesuatu yang patut diperangi”
Iklan
Tim penulis yang dibentuk untuk memberikan pembaruan ilmiah tahunan, di antara penilaian ilmiah utama PBB yang dirilis enam tahunan menetapkan, tahun lalu suhunya 1,43 derajat Celsius lebih hangat daripada rata-rata suhu pada tahun 1850 hingga 1900, dengan 1,31 derajat Celsius di antaranya berasal dari aktivitas manusia. 8% pemanasan lainnya sebagian besar disebabkan oleh El Nino, yakni fenomena pemanasan alami temporer di kawasan Pasifik tengah, yang mengubah cuaca di seluruh dunia dan juga pemanasan yang tidak wajar di sepanjang Samudera Atlantik serta anomali cuaca lainnya.
Dalam jangka waktu 10 tahun, suhu dunia telah memanas sekitar 1,19 derajat Celsius sejak masa praindustri, demikian temuan yang dipaparkan dalam jurnal Earth System Science Data.
Laporan tersebut juga mengatakan, karena dunia terus menggunakan batu bara, minyak dan gas alam, Bumi kemungkinan tidak dapat lagi menghindari dan akan mencapai titik ambang batas pemanasan yang ditetapkan secara internasional: 1,5 derajat Celsius, dalam 4,5 tahun mendatang.
Jika kenaikan suhu global melampaui batas 1,5 Celsius, ini bukan berarti akhir bagi dunia dan umat manusia, namun situasi ini akan berdampak sangat buruk, tandas para ilmuwan. Sejumlah penelitian PBB sebelumnya menunjukkan, perubahan besar-besaran pada ekosistem Bumi kemungkinan besar akan memuncak pada pemanasan global antara 1,5 hingga 2 derajat Celsius, termasuk hilangnya terumbu karang, es laut Arktik, spesies tanaman dan hewan – serta peristiwa cuaca ekstrem yang lebih buruk yang dapat memicu perubahan iklim dan menyebabkan kematian.
Derita Beruang Kutub Akibat Perubahan Iklim
Beruang kutub merupakan ikon gerakan lingkungan yang paling terkenal. Namun, pemanasan global mengakibatkan populasi beruang kutub di dunia semakin menurun.
Foto: picture-alliance/dpa/Keystone
Kulit asli beruang kutub
Meski rupa asli beruang kutub sebenarnya berkulit hitam, beruang kutub terlihat berkulit putih karena bulu mereka yang sangat reflektif dan transparan yang tebalnya sekitar 2,5 hingga 5 cm. Bulu beserta lapisan lemak, menjaga mereka agar tetap hangat dalam kondisi dingin di Arktika. Agar tidak tergelincir di es, kaki beruang kutub tertutupi gundukan kecil dan lembut yang menciptakan gesekan.
Beruang kutub mengandalkan lemak untuk bertahan hidup. Sumber makanan utama mereka: anjing laut, yang mereka buru saat musim dingin untuk menyimpan energi selama musim panas dan gugur, ketika buruan menjadi langka. Mereka makan sebanyak 45 kg dalam satu kali santapan. Karena sekarang es mencair lebih awal dan baru mulai terbentuk di akhir tahun, beruang habiskan waktu lebih lama tanpa makanan.
Foto: picture-alliance/Arco Images/H. Schouten
Melahirkan di Salju
Langkanya makanan dapat menyebabkan kelahiran beruang kutub yang tidak sehat dan bayi beruang kutub dapat mati karena kekurangan lemak dari ibu yang menyusui. Beruang betina melahirkan setiap tiga tahun sekali, menggali sarang mereka di awal musim dingin dan menunggu salju untuk menutup pintu masuk sebelum melahirkan. Ibu dan anaknya meninggalkan sarang dan menuju es pada bulan Maret atau April.
Foto: picture alliance/blickwinkel/F. Poelking
Hidup sendiri
Seekor anak beruang kutub akan menghabiskan dua hingga tiga tahun pertama hidupnya bersama ibunya. Selama masa ini, sang ibu akan sangat protektif. Namun akhirnya, sang ibu akan mengusir mereka atau menelantarkan mereka, meninggalkan mereka untuk hidup sendiri. Selain pertemuan singkat selama musim kawin, beruang kutub kemudian akan menghabiskan sebagian besar hidup mereka sendiri.
Foto: Polar Bears International/BJ. Kirschhoffer
Senang tidur siang
Tidak seperti spesies beruang lainnya, beruang kutub tidak berhibernasi. Kecuali beruang kutub yang sedang hamil. Beruang kutub tetap aktif sepanjang musim dingin dengan makanan yang berlimpah. Mereka senang tidur siang setiap kali badai salju melanda. Mereka bahkan dapat berdiam di satu tempat selama berjam-jam walaupun salju menumpuk di sekitar mereka.
Beruang kutub adalah hewan asli Kutub Utara dan dapat ditemukan di Rusia, AS, Norwegia, Greenland, dan Kanada, yang merupakan rumah bagi sekitar dua pertiga populasi dunia. Mereka menghabiskan banyak waktu mereka di laut es dengan berburu dan berkembang biak. Tetapi karena perubahan iklim yang mencairkan es di Kutub Utara, dapat mengancam habitat mereka.
Foto: Polar Bears International/Kt. Miller
Beruang vs. manusia
Dengan hilangnya habitat mereka, beruang kutub semakin banyak berkontak dengan manusia. Orang-orang di sekitar Teluk Hudson, Kanada, dapat bertemu beruang kutub -pemburu yang tidak berpengalaman - dan ibu-ibu dengan anak-anak di tempat penampungan, di mana mereka mencari makanan. Di Churchill, Manitoba, pihak berwenang telah membangun tempat penampungan beruang kutub sebelum akhirnya dipindahkan.
Saat ini ada sekitar 22.000 - 31.000 beruang kutub yang tersisa di alam liar, dan populasinya semakin terancam. Selain hilangnya habitat, mereka juga terancam oleh perburuan yang tidak berkelanjutan dan pengembangan industri, yang meliputi eksplorasi minyak dan gas alam lepas pantai. Diperkirakan jumlah beruang kutub akan menurun lebih dari 30% dalam 30 tahun ke depan.(Ed: fs/rap)
Foto: Polar Bears International/Kt. Miller
8 foto1 | 8
Lebih dari sekadar lonjakan
Kenaikan suhu tahun lalu, lebih dari sekadar lonjakan kecil. "Hal ini sangat tidak lazim terjadi pada bulan September," papar mitra penulis studi Sonia Seneviratne, yang merupakan kepala dinamika iklim lahan di ETH Zurich, Swiss.
"Percepatan jika hal ini terjadi akan menjadi lebih buruk, seperti mencapai titik kritis global, ini mungkin akan menjadi skenario terburuk,” kata Seneviratne. "Tetapi apa yang terjadi saat ini sudah sangat buruk dan sudah berdampak besar. Kita berada di tengah krisis.”
Dekan lingkungan hidup Universitas Michigan Jonathan Overpeck dan ilmuwan iklim Berkeley Earth Zeke Hausfather, yang keduanya tidak menjadi bagian dari penelitian ini mengatakan, mereka masih melihat adanya percepatan pemanasan global.
Hausfather menunjukkan bahwa laju pemanasan jauh lebih tinggi dari 0,18 derajat Celsius per dekade pemanasan antara tahun 1970 dan 2010.
Para ilmuwan telah membuat teori untuk sedikit menjelaskan lompatan besar suhu pada bulan September, yang oleh Hausfather disebut sebagai "menakjubkan.” Laporan hari Rabu (05/06) tidak menemukan cukup banyak pemanasan, yang dipicu oleh penyebab potensial lainnya.
Laporan tersebut juga mengatakan, pengurangan polusi belerang dari pelayaran – yang memberikan efek pendinginan pada atmosfer – tahun lalu dinihilkan akibat emisi partikel karbon yang terbawa ke udara dari kebakaran hutan di Kanada.