1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Riset: Seni AI Belum Bisa Imbangi Kreativitas Manusia

13 Juni 2025

Model AI generatif kurang mampu merepresentasikan informasi yang didapat lewat indera manusia, seperti bau dan sentuhan. Kreativitas AI sebabnya dinilai para ahli sebagai seni yang ‘kosong dan dangkal.’

Ilustrasi kecerdasan buatan
Ilustrasi kecerdasan buatanFoto: Imaginechina-Tuchong/imago images

Siapa pun kini bisa menggunakan program kecerdasan buatan (AI), seperti ChatGPT, untuk menulis puisi, cerita anak-anak, atau naskah film. Tapi meski sekilas tampak cukup "manusiawi," karya buatan AI tidak memiliki kedalaman atau kekayaan sensorik, demikian penjelasan para peneliti dalam sebuah studi terbaru.

Peneliti menemukan, Model Bahasa Besar (Large Language Models/LLM), yang saat ini menggerakkan AI generatif, tidak mampu merepresentasikan konsep "bunga” sebagaimana manusia memahaminya.

Faktanya, LLM terbukti kurang mampu merepresentasikan apa pun yang memiliki komponen sensorik atau motorik. Penyebabnya adalah karena AI tidak berjasad dan sebabnya tidak memahami pengalaman manusia yang organik.

"Model bahasa besar tidak bisa mencium aroma mawar, menyentuh kelopak bunga aster, atau berjalan melalui ladang bunga liar. Tanpa pengalaman sensorik dan motorik tersebut, model ini tidak bisa menggambarkan bunga dalam kekayaan maknanya. Hal yang sama berlaku untuk konsep manusia lain,” kata Qihui Xu, penulis utama studi dari Ohio State University, Amerika Serikat.

Studi ini menunjukkan kemampuan AI yang buruk dalam merepresentasikan konsep sensorik seperti bunga, untuk menjelaskan kenapa kreativitas AI berbeda dari manusia.

"AI tidak memiliki pengalaman sensorik yang kaya, sehingga AI sering menghasilkan karya yang memenuhi definisi minimal kreativitas, tapi kosong dan dangkal,” ujar Mark Runco, ilmuwan kognitif dari Southern Oregon University, AS, yang tidak terlibat dalam studi tersebut.

Studi ini dipublikasikan di jurnal ilmiah Nature Human Behaviour pada 4 Juni 2025.

Aplikasi Deteksi Teks yang Dihasilkan AI

03:34

This browser does not support the video element.

Minim konsep sensorik

Semakin dalam ilmuwan menguji cara kerja AI, kian terlihat betapa berbeda "pemikiran” AI dibandingkan manusia. Beberapa bahkan menyebut AI sebagai bentuk kecerdasan asing.

Namun, sulit menguji pemahaman konseptual AI secara objektif. Seandainya para ilmuwan komputer membongkar LLM untuk mempelajari isi algoritmanya, mereka belum tentu bisa memahami arti jutaan angka yang berubah setiap detiknya.

Xu dan timnya menguji seberapa baik LLM "memahami” sebuah hal berdasarkan karakteristik sensorik, dengan mengukur kemampuan AI merepresentasikan kata-kata bermakna sensorik kompleks.

Misalnya, mereka menganalisis bagaimana manusia mengeksplorasi bunga lewat penciuman, atau melalui tindakan menggunakan tubuh, seperti meraih dan menyentuh kelopak bunga. Ini mudah dipahami manusia karena manusia mengenal tubuh dan indera dengan intim, tetapi sulit bagi LLM yang tidak memiliki tubuh.

Secara umum, LLM mampu merepresentasikan kata-kata dengan baik. Tetapi kata-kata itu tidak terhubung dengan pengalaman sensorik atau gerakan yang dialami manusia. Karena ketika AI harus memahami sesuatu yang bisa dilihat, dirasa, atau melalui interaksi fisik, di ia gagal menangkap konsep manusia secara meyakinkan.

Gunakan AI Demi Mencapai Keabadian Digital

03:14

This browser does not support the video element.

Mengapa karya AI terasa "kosong”

AI menciptakan representasi konsep dan kata dengan menganalisis pola dari data pelatihan. Hal ini berlaku untuk menjawab semua perintah, mulai dari menulis puisi hingga mengenali wajah dalam gambar.

Sebagian besar LLM dilatih menggunakan data teks yang diambil dari internet, tetapi beberapa LLM juga dilatih dengan pembelajaran visual dari gambar diam dan video.

Xu dan rekan menemukan bahwa LLM yang menggunakan pembelajaran visual menunjukkan kemiripan dengan representasi visual manusia dibanding LLM yang hanya menggunakan teks. Namun, tes ini hanya terbatas pada pembelajaran visual—tidak mencakup indera lain seperti sentuhan atau pendengaran.

Hal ini menunjukkan semakin banyak data sensorik yang diterima AI, semakin baik representasi sensoriknya.

AI terus belajar dan berkembang

Para penulis mencatat LLM terus berkembang, dan bahwa ada kemungkinan AI akan semakin baik dalam menangkap konsep manusia di masa depan. Xu mengatakan LLM masa depan yang dilengkapi data sensorik dan robotik mungkin bisa membuat inferensi aktif dan berinteraksi dengan dunia fisik.

Namun, para ahli independen yang diwawancarai DW menyatakan masa depan AI sensorik masih belum jelas.

"AI yang dilatih dengan informasi multisensorik mungkin dapat menangani aspek sensorik multimodal tanpa masalah,” kata Mirco Musolesi, ilmuwan komputer dari University College London, Inggris, yang tidak terlibat dalam studi.

Namun, Runco berpendapat bahwa meski kemampuan sensorik AI semakin maju, AI akan tetap memahami hal seperti bunga dengan cara yang berbeda dari manusia.

Pengalaman dan ingatan manusia sangat terkait erat dengan indera, sebuah interaksi antara otak dan tubuh yang berbekas..

Misalnya, aroma mawar atau tekstur yang halus pada kelopaknya dapat membangkitkan kenangan bahagia masa kecil atau gairah dewasa.

Program AI tidak memiliki tubuh, ingatan, atau "diri.” Mereka tidak mampu mengalami dunia atau berinteraksi dengan dunia seperti manusia atau hewan. Menurut Runco, artinya "hasil kreatif AI akan tetap terasa kosong dan dangkal.”

 

Artikel ini pertama kali terbit dalam Bahasa Inggris

Diadaptasi oleh Rizki Nugraha

Editor: Yuniman Farid

 

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait