Riset: Xenofobia dan Rasisme Meningkat di Jerman
14 November 2024Di negara-negara bagian Jerman Barat, sikap anti orang asing alias xenofobia meningkat secara signifikan dan kini mendekati level di wilayah timur. Sebaliknya, kepuasan terhadap demokrasi sama rendahnya seperti yang tercatat pada tahun 2006. Kesimpulan tersebut merupakan hasil dari Studi Otoritarianisme tahun 2024 yang dirilis pada hari Rabu (13/11) di Berlin.
Riset berjudul "Bersatu dalam kebencian, itu disusun Pusat Kompetensi Penelitian Ekstremisme dan Demokrasi Sayap Kanan di Universitas Leipzig, yang merangkum jawaban dari 2.500 responden. Studi ini dilakukan bekerja sama dengan Heinrich Böll Foundation, yang secara politik dekat dengan Partai Hijau. Yayasan Otto Brenner dari serikat industri logam juga terlibat.
Xenophobia sedang meningkat di Barat
Jika ditilik ke belakang, terlihat bahwa sejak Studi Otoritarianisme dimulai pada tahun 2002, tingkat persetujuan warga terhadap pernyataan bernada xenofobik dan chauvinistik telah menurun di negara-negara Barat, sementara tingkat penerimaan di negara-negara Timur berfluktuasi.
Kini perbedaan yang sangat besar antara barat dan timur mulai berkurang. Proporsi penduduk dengan pandangan yang tergolong sangat xenofobia di negara-negara bagian barat telah meningkat secara signifikan dari 12,6 persen menjadi 19,3 persen sejak tahun 2022. Di wilayah timur, nilai ini turun tipis dari 33,1 menjadi 31,5 persen.
"Xenofobia telah berkembang menjadi kebencian yang dirasakan di seluruh negeri,” kata sosiolog dan psikolog Elmar Brähler. Untuk riset, dia menggandeng peneliti ekstremisme sayap kanan Oliver Decke. Bersama sebuah tim ilmuwan, mereka mengunjungi responden secara pribadi dan memberikan kuesioner tentang sikap mereka.
Tertinggi xenofobia di kantung suara AfD
Sekitar 31 persen dari mereka yang disurvei di negara-negara Barat setuju dengan pernyataan bahwa Jerman "dihuni secara berlebihan oleh banyak orang asing". Pada tahun 2022 sebesar 22,7 persen. Di wilayah timur, persetujuan meningkat dari 38,4 menjadi 44,3 persen. Pandangan xenofobia paling menonjol, yaitu 61 persen di kalangan pemilih Alternatif untuk Jerman, AfD. Partai sayap kanan itu diklasifikasikan oleh Badan Perlindungan Konstitusi sebagai organisasi ekstremis di beberapa negara bagian Jerman Timur.
Dari sudut pandang Decker: "Studi ini mendeteksi adanya pergeseran atmosfer yang jelas tahun ini, terutama di wilayah barat Jerman." Hal ini juga terlihat pada sikap antisemitisme yang meningkat dari tiga persen menjadi 4,6 persen, sedangkan di wilayah timur Jerman turun dari tingkat yang sama menjadi 1,8 persen.
Negara-negara bagian di timur semakin menolak demokrasi
Peneliti mencatat, kepuasan terhadap demokrasi semakin berkurang di seluruh Jerman, meskipun dengan tingkat yang masih berkisar tinggi yakni 90,4 persen. Namun hanya 42,3 persen yang puas dengan praktik pemerintahan saat ini. Turunnya kepuasan warga secara cepat terutama terjadi di wilayah Timur. Meski 53,5 persen merasa puas dengan demokrasi pada tahun 2022, dua tahun kemudian angkanya hanya 29,7 persen. Di wilayah Barat, nilai ini turun dari 57,7 menjadi 46 persen. Pada saat yang sama, sikap nasionalistik semakin meningkat.
Untuk pertama kalinya, responden mampu mengungkapkan pemikirannya tentang demokrasi dalam bentuk teks. Keluhan yang paling umum adalah ketidakpuasan terhadap partai, politisi, dan kurangnya kesempatan untuk berpartisipasi. Studi ini memperjelas bahwa banyak orang memandang masa depan sebagai sesuatu yang tidak pasti.
"Perpisahan dengan kenyataan"
Apa dampak temuan ini terhadap politik dan masyarakat masih menjadi pertanyaan terbuka bagi para peneliti. "Meskipun demokrasi dipandang dengan skeptis, tidak jelas apakah keinginan untuk solusi otoriter atau sayap kanan ekstrim akan bertahan lebih lama. Namun, ada kecenderungan untuk menjauh dari kenyataan,” kesimpulan pemimpin studi Decker.
Diadaptasi dari artikel DW berbahasa Jerman