Gereja Katolik memiliki pemimpin baru. Robert Francis Prevost terpilih sebagai Paus Leo XIV. Ia adalah paus pertama dari Amerika Serikat, yang juga memiliki kewarganegaraan Peru.
Paus Leo XIV yang baru terpilih menyapa umat yang bersorak-soraiFoto: Alessandra Tarantino/AP Photo/picture alliance
Iklan
Pemilihan kali ini cukup sensasional, meskipun nama Robert Prevost telah disebutkan berkali-kali sebagai calon pengganti mendiang Paus Fransiskus. Untuk pertama kalinya, seorang kandidat dari Amerika Serikat (AS) terpilih sebagai Kepala Gereja Katolik.
Di era Presiden AS Donald Trump dengan agendanya "America First", seorang paus yang sepenuhnya berasal dari Amerika, dengan kewarganegaraan AS dan Peru, kini mengambil alih kepemimpinan Gereja Katolik.
Prevost (69) yang memilih nama Leo XIV lebih dari 100 tahun setelah paus terakhir menggunakan nama ini, berasal dari Chicago, tempat ia dilahirkan pada tanggal 14 September 1955.
Setelah menempuh pendidikan, gelar pertama, dan ditahbiskan sebagai imam pada tahun 1982, ia meninggalkan AS dan tidak pernah kembali untuk jangka waktu yang lama. Prevost belajar dan menyelesaikan gelar doktornya di Roma.
Asap putih muncul dari cerobong Kapel Sistina, menandakan terpilihnya paus baru
Sosok Robert Prevost
Prevost sudah menjadi anggota Ordo Santo Agustinus sejak 1977. Ordo ini didirikan pada abad ke-13 dan kini berfokus pada pelayanan pastoral dan pendidikan. Selama lebih dari 10 tahun sejak 1985, ia aktif menjalankan berbagai peran untuk ordo tersebut di Peru, termasuk sebagai profesor teologi.
Iklan
Pada tahun 2001, Paus Leo XIV pindah ke Roma dan menjadi pemimpin tertinggi Ordo Agustinus. Ia tinggal di kompleks megah tepat di luar tiang-tiang Lapangan Santo Petrus. Menariknya, berbagai stasiun televisi menggunakan atap kompleks itu untuk penyiaran langsung prosesi konklaf, yang tentu saja menguntungkan secara finansial bagi ordo.
Namun, jalan Prevost kembali membawanya ke Peru, ke salah satu wilayah termiskin di negara itu. Paus Fransiskus mengirimnya ke Chiclayo pada November 2014, awalnya sebagai Administrator Apostolik, lalu menjadi uskup gereja setempat. (ed: Pemimpin gereja yang ditunjuk untuk memimpin sebuah keuskupan sementara, biasanya ketika posisi uskup tetap kosong.)
Selama beberapa dekade terakhir, Gereja Katolik di Peru menghadapi berbagai masalah, sebagian karena letaknya yang jauh dari Roma dan terkadang berada di bawah pengaruh kekuatan konservatif AS. Paus Fransiskus tentu tidak mengirim seseorang ke Peru jika ia hanya ingin menyingkirkannya dari Roma.
Kehidupan dan Perjuangan Paus Fransiskus
12 tahun menjadi pemimpin Gereja Katolik Dunia, Paus Fransiskus dalam perjalanan hidupnya giat menyerukan pesan-pesan perdamaian, inklusi, perlindungan linkungan, dan keadilan ekonomi.
Foto: Evandro Inetti/dpa/ZUMA/picture alliance
Pemimpin 'gereja untuk kaum miskin'
Menyusul pengunduran diri Paus Benedict XVI, Kardinal Argentina, Jorge Mario Bergoglio, terpilih sebagai paus ke-266 pada bulan Maret 2013. Dia mengambil nama Fransiskus untuk meneladani Santo Fransiskus dari Asisi, yang begitu peduli terhadap orang miskin, rendah hati, dan merawat ciptaan. Sejalan dengan hal tersebut, Paus Fransiskus giat menyerukan “gereja untuk kaum miskin.”
Foto: Natacha Pisarenko/AP Photo/picture alliance
"Kami berharap dunia melihat tragedi kemanusiaan ini"
Dalam menjalankan tugas kepausannya Paus Fransiskus begitu memperhatikan nasib para pengungsi. Di tengah krisis migran yang terjadi pada tahun 2016, Paus mengunjungi kamp pengungsian Moria yang begitu padat di Pulau Lesbos, Yunani. Disana dia menyerukan agar dunia 'merespons secara manusiawi', ia lalu membawa serta 12 pengungsi muslim ke Roma dalam pesawat kenegaraannya.
Foto: Andreas Solaro/AFP/Getty Images
Menjaga Lingkungan
Dalam Ensiklik Paus Fransiskus di tahun 2015 yang berjudul “Laudato Si” (“Terpujilah Tuhan”), ia mengecam sistem kapitalisme global yang telah mengeksploitasi kaum miskin dan menghancurkan lingkungan. Selama masa kepausannya, Paus Fransiskus memperjuangkan pemeliharaan lingkungan mencegah krisis iklim. Dia membawa pesan ini ke seluruh penjuru, seperti pada foto di Papua Nugini tahun 2024 ini.
Foto: Gregorio Borgia/AP/dpa/picture alliance
Menjebatani Perbedaan
Tahun 2021, Fransiskus menjadi Paus pertama mengunjungi Irak, menghadapi banyak kekhawatiran perihal keamanan di negara tersebut. Di tengah reruntuhan gereja-gereja yang hancur, ia berdoa untuk para korban perang di Mosul, yang pernah menjadi ibu kota de facto dari apa yang disebut “Negara Islam”. Kunjungan ini adalah upaya Paus Fransiskus menjembatani kesenjangan umat Kristen, dan non-Kristen.
Foto: Andrew Medichini/AP/picture alliance
Permohonan maaf atas kebijakan sekolah katolik yang mengintimidasi
Pada tahun 2022, Paus Fransiskus menemui delegasi masyarakat adat Kanada Selatan, suku bangsa Inuit, dan Metis lalu meminta maaf atas pelecehan, kekerasan, dan penghilangan budaya secara sistematis yang dilakukan oleh para misionaris gereja katolik di sekolah-sekolah asrama Kanada.
Foto: Nathan Denette/The Canadian Press/AP/dpa/picture alliance
Pemuka agama di sampul majalah musik rok
Fransiskus menunjuk sejumlah kardinal dalam misi reformasi gereja. Ia bahkan sempat terlihat di sampul majalah rok “Rolling Stone” sebagai pelopor perubahan. Namun, dalam misi ambisiusnya, ia belum sepenuhnya berhasil terutama dalam hal melindungi korban dan penyintas pelecehan seksual anak di Gereja, atau merintis jalan bagi para pastor perempuan.
Foto: picture alliance/dpa/ROLLING STONE
Langkah-langkah kecil untuk diterima
Sosok Paus Fransiskus yang seperti musisi rok tentu menarik perhatian, sama halnya saat ia mengunjungi negara dengan mayoritas Muslim terbesar di dunia, Indonesia, pada tahun 2024. Sebagai salah satu upaya menjembatani Gereja yang lebih inklusif, Paus menyoroti komunitas LGBTQ+ dan menyerukan perlakuan yang setara sebagai manusia, namun ia belum mendukung pemberkatan untuk pernikahan sesama jenis.
Foto: Indonesia Papal Visit Committee
Pemberkatan kepada Kota dan Dunia yang terakhir
Di usia 88 tahun, kurang dari sebulan setelah berjuang melawan pneumonia ganda, Paus Fransiskus meninggal dunia pada 21 April 2025 karena strok. Satu hari sebelum wafat, ia menyampaikan pemberkatan terakhir Urbi et Orbi (“Kepada kota dan dunia”) di akhir Misa Paskah hari Minggu. Konklaf kepausan akan berkumpul di Kapel Sistina untuk menentukan penggantinya dalam 15 hingga 20 hari kedepan.
Pada 2019 dan 2020, Paus Fransiskus menunjuk Prevost sebagai anggota dua kongregasi penting di Roma. Ini membuatnya terus menjalin kontak erat dengan Vatikan.
Momen krusial berikutnya terjadi pada akhir Januari 2023, saat Prevost diangkat sebagai Prefek Dikasteri atau Kepala Bagian di Vatikan urusan Uskup, di mana posisi ini begitu penting dalam karier di gereja. Ia juga menjadi Presiden Komisi Kepausan untuk Amerika Latin.
Akhirnya, Paus Fransiskus mengangkat Prevost sebagai kardinal saat konsistori atau sidang para kardinal pada Desember 2024. Hanya dalam lima bulan, Prevost secara mengejutkan berhasil mencapai puncak kariernya, setelah terpilih sebagai Paus Leo XIV.
Sebelumnya, surat kabar Italia telah mencantumkan namanya sebagai kandidat terkuat dan menyebut Prevost sebagai "mediator asal AS", yang menurut La Stampa, bisa menjadi "kejutan dalam konklaf."
Prevost disebut sebagai sosok yang menggabungkan "keteguhan ajaran, perhatian kepada umat, dan semangat membawa ajaran Tuhan.”
Kunjungan Bersejarah Paus Fransiskus di Indonesia
Paus Fransiskus berada di Indonesia dalam rangka perjalanan apostolik di Asia Pasifik. Ini adalah kali ketiga Pemimpin Tertinggi Gereja Katolik sedunia sekaligus Kepala Negara Vatikan mengunjungi tanah air.
Foto: Willy Kurniawan/REUTERS
Dari Roma menuju Jakarta
Selasa, 3 September 2024, Paus Fransiskus mendarat menggunakan pesawat komersil ITA Airways di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, dari Roma, Italia. Melansir AFP, kepada 80 orang wartawan yang ikut dalam kunjungan ini, ia mengaku perjalanan selama 13 jam ke Indonesia merupakan penerbangan paling panjang sejak ia menjadi Paus di Vatikan.
Foto: VATICAN MEDIA/AFP
Penantian setelah 35 tahun
Kedatangan Paus yang memiliki nama asli Jorge Mario Bergoglio pada hari Selasa (03/09) ini disambut oleh Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas hingga Ketua Panitia Kunjungan Apostolik Paus Fransiskus ke Indonesia, Ignatius Jonan. Lawatan kali ini merupakan penantian 35 tahun setelah Paus Yohanes Paulus II berkunjung pada tahun 1989.
Foto: Willy Kurniawan/REUTERS
Tolak hotel berbintang dan naik mobil mewah
Paus Fransiskus memilih untuk menginap di Kedutaan Besar Vatikan daripada di hotel bintang lima. Selain menolak menginap di hotel, Paus juga memilih untuk tidak menggunakan mobil mewah selama berada di Indonesia. Sebagai gantinya, ia memilih Toyota Innova, kendaraan yang biasa digunakan masyarakat Indonesia.
Foto: Indonesia Papal Visit Committee
Bertemu Presiden Joko Widodo
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyambut kedatangan Paus Fransiskus yang tiba di halaman Istana Merdeka pada hari Rabu (04/09) pukul 09.35 WIB. Upacara kenegaraan digelar untuk menyambut kedatangan Paus Fransiskus. Setelah penyambutan selesai, dilanjutkan dengan perkenalan para menteri. Jokowi kemudian mengarahkan Paus menuju Ruang Kredensial untuk berdialog.
Foto: INDONESIA PAPAL VISIT COMMITTEE
Kerukunan, kemajemukan, hingga perdamaian
Dalam pidatonya di Istana Negara, Paus Fransiskus berbicara soal kerukunan, kemajemukan, hingga perdamaian. "Kerukunan di dalam perbedaan dicapai ketika perspektif-perspektif tertentu mempertimbangkan kebutuhan-kebutuhan bersama dari semua orang dan ketika seluruh kelompok suku dan agama bertindak dalam semangat persaudaraan," ujarnya dalam bahasa Italia.
Foto: Muchlis Jr/Indonesia Presidency
Menanti Paus Fransiskus
Ratusan umat Katolik memadati area depan Gereja Katedral Jakarta (depan Masjid Istiqlal). Mereka tampak berkerumun untuk menunggu kedatangan Paus Fransiskus pada Rabu (04/09) sore.
Foto: INDONESIA PAPAL VISIT COMMITTEE/Fakhri Fadlurrohman
Pesan Paus di depan para rohaniwan
Paus Fransiskus melakukan pertemuan dengan uskup, imam, diakon, seminaris, dan katekis di Gereja Katedral Jakarta, Rabu (04/09). Dalam kesempatan itu, Paus menyinggung soal bela rasa. "Yang membuat dunia bergerak maju bukanlah perhitungan kepentingan pribadi, yang umumnya berujung pada kerusakan ciptaan dan pemecah belahan komunitas, tapi mempersembahkan kasih kepada sesama," ucapnya.
Foto: INDONESIA PAPAL VISIT COMMITTEE
Gerakan Scholas Occurrentes
Paus Fransiskus bertemu dengan remaja dari Scholas Occurrentes di Graha Pemuda Komplek Gereja Katedral Jakarta, Rabu (04/09). Gerakan pendidikan global ini diinisiasi oleh Paus pada tahun 2013 saat ia masih menjabat sebagai Uskup Agung Buenos Aires di Argentina. Scholas Occurrentes hadir di Indonesia sejak diundang dalam agenda G20 Summit di Bali pada tahun 2022.
Foto: INDONESIA PAPAL VISIT COMMITTEE
Deklarasi Bersama Istiqlal 2024
Paus Fransiskus tiba di Masjid Istiqlal pada pukul 09.15 WIB. Bersama Imam Besar Nasaruddin Umar, Paus mengunjungi Terowongan Silaturahim yang menghubungkan halaman Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral. Kemudian keduanya menandatangani Deklarasi Bersama Istiqlal 2024: “Meneguhkan Kerukunan Umat Beragama untuk Kemanusiaan”.
Ada momen menarik saat Paus Fransiskus mengunjungi Masjid Istiqlal, Kamis (05/09). Paus tampak terlihat sangat akrab dan dekat dengan Nasaruddin Umar. Keduanya saling bersalaman saat hendak berpisah. Nasaruddin tampak mengecup dahi Paus Fransiskus sebanyak dua kali.
Foto: Indonesia Papal Visit Committee
Dibalas cium tangan
Nasaruddin lebih dulu mencium kepala Paus Fransiskus, lantas dibalas cium tangan oleh Kepala Negara Vatikan tersebut. Momen akrab dua pemuka agama ini terjadi di halaman Masjid Istiqlal.
Foto: Indonesia Papal Visit Committee
Paus temui penyandang disabilitas
Setelah mengunjungi Masjid Istiqlal, Paus Fransiskus menemui sekelompok orang sakit, penyandang disabilitas, dan orang miskin di Konferensi Waligereja Indonesia (KWI). Mereka juga diberi kesempatan untuk menyampaikan ungkapan hatinya kepada Paus.
Foto: Iwan Jayadi/Indonesia Papal Visit Committee
Lautan manusia di Stadion GBK
Misa Agung di Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, pada hari Kamis (05/09) menjadi puncak kegiatan dari rangkaian perjalanan apostolik sekaligus kunjungan kenegaraan Paus Fransiskus di Indonesia. Lebih dari 86 ribu umat Katolik menyambut kedatangan Paus yang berkeliling menaiki mobil Maung MV3 buatan PT Pindad.
Foto: Indonesia Papal Visit Committee
Paus ingatkan umat untuk berbuat baik
Saat memimpin misa, Paus Fransiskus kembali berpesan soal pentingnya menjaga perdamaian. "Dengan dibimbing oleh sabda Tuhan, saya mendorong Anda semua untuk menaburkan kasih, dengan penuh keyakinan menempuh jalan dialog," ucapnya. Paus juga menyebut berbuat baik memang tidak selalu berbalas kebaikan. Namun, upaya untuk menjadi aktor perdamaian harus terus dilakukan.
Foto: Indonesia Papal Visit Committee
Paus bertolak ke Papua Nugini
Paus Fransiskus tiba di Bandara Soetta pada hari Jumat (06/09) pukul 10.00 WIB diiringi oleh pengawalan. Paus menaiki pesawat komersial Garuda Indonesia untuk menuju Papua Nugini. Ia akan berada di Papua Nugini pada 6 hingga 9 September 2024 dan melanjutkan perjalanan ke Timor Leste pada 9 hingga 11 September. (ha/yf)
Foto: Tatan Syuflana/AP Photo/picture alliance
15 foto1 | 15
Akankah ia melanjutkan kebijakan Paus Fransiskus?
Pemilihan Prevost ini jelas bukan langkah menjauhi arah yang ditempuh Paus Fransiskus. Ia justru diperkirakan akan melanjutkan banyak hal, terutama dalam isu-isu sosial.
Namun dalam beberapa hal, Prevost mengambil sikap yang lebih tegas dibandingkan Paus Fransiskus. Terkait isu kontroversial seperti pentahbisan perempuan menjadi pastor, ia mengingatkan bahwa Gereja Katolik harus berbeda dari masyarakat.
"Menjadikan perempuan sebagai pastor tidak serta merta menyelesaikan masalah,” ungkap Prevost. "Bisa jadi justru menciptakan masalah baru.”
Pendahulunya, Bergoglio (Paus Fransiskus), kerap dianggap sosok asing dalam sistem Vatikan, yang membuatnya justru dihargai oleh banyak kalangan luar. Sebaliknya, Prevost adalah sosok yang menyelami sistem dan berpegang teguh pada tatanan itu.
Dengan perbedaan latar belakang ini, menarik untuk melihat sejauh mana ia akan mengikuti atau membuat arah yang berbeda dari jejak pendahulunya.
Umat Katolik mendokumentasikan dan merayakan pemilihan Paus Leo XIVFoto: Eloisa Lopez/REUTERS
Agenda penting menantinya
Sebagai pemimpin Gereja Katolik baru, Paus Leo XIV sudah menghadapi sejumlah agenda penting yang diwarisi pendahulunya. Sebagai pemimpin absolut, ia bisa saja membatalkan semua agenda itu, tapi inilah yang membuat Prevost berbeda.
Salah satu agenda itu adalah peringatan 1.700 tahun Konsili Nicaea yang akan berlangsung pada akhir Mei. Ini adalah peristiwa penting bagi umat Katolik. Konsili ini menandai formulasi kredo Kristen utama pada tahun 325, jauh sebelum perpecahan dalam kekristenan terjadi.
Mendiang Paus Fransiskus dan Patriark Ekumenis Ortodoks Timur Bartholomew dari Konstantinopel telah lama merencanakan untuk mengunjungi Nicaea bersama-sama. Kota yang kini bernama Iznik itu terletak di tenggara Istanbul, Turki.
Selain itu, ada juga kanonisasi tidak biasa untuk Carlo Acutis (1991–2006), remaja yang meninggal dunia karena leukemia dan dijuluki "influencer Tuhan.” Upacara ini ditunda karena wafatnya Paus Fransiskus, yang awalnya dijadwalkan pada 27 April. Paus Leo XIV hampir pasti akan menjadwalkan ulang agenda ini.
Namun, ada yang lebih penting, yakni bagaimana Paus Leo XIV menangani proyek inti teologis Paus Fransiskus: "Sinode tentang Sinodalitas” atau proses membuat Gereja Katolik menjadi lebih baik. Bahkan sebulan sebelum wafat, dengan persetujuan Paus Fransiskus, Vatikan mengumumkan perpanjangan proyek reformasi ini hingga Oktober 2028.
Paus Leo XIV melambaikan tangan dari balkon basilika Santo Petrus di VatikanFoto: Francesco Sforza/REUTERS
Bayang-bayang yang menyelimuti kepausan
Masih perlu dilihat bagaimana Paus Leo XIV akan menafsirkan pedoman-pedoman tersebut, akan menjadi lebih fleksibel atau justru lebih ketat. Prevost adalah salah satu dari 55 kardinal dalam konklaf yang juga ikut serta dalam Sinode tahun 2023 dan 2024.
Namun pada saat itu, namanya ramai diperbincangkan karena alasan lain. Sebuah laporan resmi diajukan terhadapnya atas dugaan menutupi kasus pelecehan seksual di dalam gereja. Pada hari Rabu (07/05), tidak lama sebelum para kardinal berkumpul di Kapel Sistina, organisasi internasional korban pelecahan oleh pastor (SNAP) yang berbasis di AS kembali menegaskan tuduhannya terhadap enam kardinal, termasuk Prevost.
Tanpa penjelasan detail, Prevost membantah keras tuduhan tersebut. Kini, ia terpilih menjadi paus.
Direktur Program SNAP Peter Isely memperingatkan agar tidak memilih salah satu dari mereka yang dituduhkan oleh jaringan ini sebagai penerus Paus Fransiskus. Ia berpendapat, paus baru seharusnya tidak memiliki catatan di masa lalu dan benar-benar menerapkan pendekatan "nol toleransi” yang sebelumnya dijanjikan oleh Paus Fransiskus.
Setelah pengumuman terpilihnya Prevost sebagai Paus Leo XIV, SNAP mengeluarkan pernyataan publik dengan mengatakan, "Gereja tidak memiliki kredibilitas untuk bicara tentang hak anak selama masih melindungi pelaku dan membiarkan para uskup tersebut dari pertanggungjawabannya.”
Kepada paus baru, SNAP juga menyampaikan langsung dengan mengatakan, "Anda bisa mengakhiri kasus pelecehan ini, pertanyaannya hanyalah: Maukah Anda mengakhirinya?”
Artikel ini terbit pertama kali dalam bahasa Jerman