Setiap kali terjadi bencana, anjing pelacak selalu dikerahkan membantu. Kini juga dikerahkan robot berteknologi tinggi, sebagai penolong. Mana yang lebih handal?
Iklan
Bencana alam atau kecelakaan hebat, selalu menyisakan harapan menemukan korban manusia yang masih selamat. Gempa bumi hebat di Turki dan Suriah membuktikan, pascagempa masih ada sejumlah korban yang ditemukan dan dievakuasi dalam keadaan hidup.
Sejauh ini, metode umum yang digunakan adalah mengerahkan anjing pelacak, untuk mengendus apakah masih ada yang selamat di bawah puing bangunan atau runtuhan pesawat. Namun kini, juga diperkenalkan robot-robot canggih, yang membantu evakuasi pascabencana.
Sebuah proyek Uni Eropa yang diberi nama CURSOR (Coordinated Use of miniaturized robotic equipment and advanced sensors for search and rescue operations), memperkenalkan robot dan drone pintar, yang dipuji akan membantu evakuasi dan penyelamatan korban bencana alam seperti gempa bumi.
Ujicoba Robot Penanggulangan Bencana
Kemampuan mesin mulai Senin (23/09/13) ditampilkan di lomba robotik sipil Eurathlon 2013. Robor-robot ini berfungsi membantu penanggulangan bencana. Berikut kami tampilkan beberapa model robot.
Foto: DW/F. Schmidt
Saat darurat, robotpun datang
Robot pemadam kebakaran ini dengan selangnya bisa membidik langsung tempat yang terbakar. Lebih dari itu, padanya terdapat kamera perekam suhu yang bisa mengenali lokasi api dan tata ruang gedung, serta mengukur kualitas udara dengan sensor-sensornya. Kemampuan robot-robot ini dipertontonkan dalam pameran robot sipil Eurathlon 2013 di Berchtesgaden.
Foto: DW/F. Schmidt
Pada kecelakaan truk pengangkut bahan berbahaya
Pada kecelakaan transportasi bahan kimia, harus segera dihindari mengalir keluarnya cairan berbahaya, misalnya dengan menutup katup keran. Robot ini tengah menutup keran pada truk, yang kebetulan relatif mudah karena pemutar keran berada di luar dan mudah dicapai.
Foto: DW/F. Schmidt
Menutup keranl!
Tampilan dekat penutupan keran yang dilakukan tangan robot. Dalam hal ini robot bukannya memutar pegangan keran, melainkan memutar mur pada katup. Ini lebih mudah dilakukan pada saat uji coba daripada dalam kondisi riil kecelakaan. Keran selalu digunakan, sehingga biasanya mudah dicapai oleh tangan robot. Apabila kecelakaan terjadi di sebuah instalasi tua, situasinya akan jauh berbeda.
Foto: DW/F. Schmidt
Kendali jarak jauh
Banyak robot yang dikendalikan dari jauh, yaitu dengan menekan knop, mengubah arah tongkat kontrol yang mengatur gerakan robot. Bagi penggunanya, hal ini membutuhkan konsentrasi besar. Robot meringankan pekerjaan manusia, dengan sejumlah fungsi otomatis yang sudah diprogram sebelumnya.
Foto: DW/F. Schmidt
Robot pemulung jerigen
Tugas yang mudah bagi manusia, bisa menjadi tantangan besar bagi robot, misalnya mengangkat dan menaruh kembali jerigen kimia seberat lima kilo, yang jatuh dari truk. Robot ini berhasil mengail jerigen dan menempatkannya ke dalam tabung kimia biru untuk dibawa pergi.
Foto: DW/F. Schmidt
Tutup tabungnya! Tapi bagaimana?
Agar-agar tabung bisa ditransportasikan, maka harus diberi penutup tabung. Dari jauh atau saat gelap, manusia sering kesulitan untuk memastikan bagian atas dan batas suatu benda. Pada gambar ini, tutup tabung masih terbalik.
Foto: DW/F. Schmidt
Gerakan alamiah
Sarung tangan ini mengendalikan tangan sebuah robot dari jauh. Bagian atasnya dilengkapi sejumlah sensor, yang merekam gerakan tangan. Informasi yang telah direkam itu diteruskan sebagai perintah bagi tangan robot. Dalam hal ini, tangan robot hanya memiliki dua jari dan karenanya pada sarung tangan itu hanya dua jari saja yang dilengkapi sensor.
Foto: DW/F. Schmidt
Banyak tugas sekaligus
Meskipun terlihat mudah, mengendalikan sebuah robot butuh perhatian. Bukan hanya tangan robot yang harus dikendalikan, tapi juga kendaraannya harus dikemudikan dari jauh. Kesalahan kecil bisa menggagalkan sebuah upaya besar.
Foto: DW/F. Schmidt
Menjaga agar hubungan tidak terputus
Sebuah robot bisa masuk ke dalam gedung yang runtuh akibat gempa bumi dan mendata kondisi lokasi. Namun pada gedung-gedung modern, yang terbuat dari besi dan baja, pancaran sinyal yang menghubungkan robot dengan basis seringkali putus. Solusinya: robot mini yang dilengkapi penguat pancaran ini. Menguntit di belakang robot utama, robot pemancar mini ini menjaga agar hubungan tidak terputus.
Foto: DW/F. Schmidt
Penguat pancaran sinyal
Bisa juga dari helikopter diterjunkan sebuah tas berisi penguat pancaran sinyal, sehingga hubungan dengan robot yang bisa dijamin, meskipun lokasi robot sangat jauh. Pemancar ini memiliki baterai yang tahan untuk lebih dari sehari penuh.
Foto: DW/F. Schmidt
Belajar kenal robotik
Meskipun robot penanggulangan bencana bukan mainan. Kita bisa mempelajarinya dengan bermain-main. Robot LEGO ini menyelamatkan bola biru ini dari kobaran api. Dibalik mainan ini tidak seberapa jauh dari realitasnya.
Foto: DW/F. Schmidt
11 foto1 | 11
Cara kerja robot penyelamat
Robot cerdas berukuran kecil ini dilengkapi roda dan pemindai inframerah serta kamera pelacak panas. Dengan menggunakan pipa kecil, robot menyedot udara dari reruntuhan bangunan, untuk memeriksa apakah ada emisi karbondioksida CO2 atau protein yang khas manusia.
Dengan cara itu, orang yang masih hidup dan terjebak di bawah puing bisa dilokalisir. Dengan bantuan mikrofon dan loud speaker, bisa dilakukan kontak dengan korban. Drone membantu petugas penolong membuat citra 3 dimensi lokasi bencana dari udara.
Di kawasan gempa bumi seperti di Turki, terbukti gempa-gempa susulan mempersulit evakuasi orang yang masih selamat di bawah reruntuhan bangunan. "Sangat berbahaya bagi tim penolong, karena bangunan yang sudah tidak stabil, bisa tiba-tiba runtuh,” kata Karsten Berns, Pakar Informatika dan Dekan Jurusan Sistem Robotika di Universitas Teknik Kaiserslautern-Landau di Jerman. "Karena itu kita memerlukan sistem robotik otonom yang lebih handal,” ujarnya.
Iklan
Robot belum siap dioperasikan di lokasi bencana
Masalahnya, robot-robot dari proyek CURSOR atau yang dikembangkan di Universitas Teknik Kaiserslautern-Landau, baru berupa prototype yang dikembangkan dalam riset.
Konkritnya, tidak ada satupun robot ini yang sudah siap dikerahkan untuk membantu evakuasi atau pelacakan korban gempa baru-baru ini di Turki dan Suriah.
Selain itu, masalah lainnya adalah biaya yang masih sangat tinggi. Sejauh ini belum ada yang menyatakan bersedia menjadi investor untuk produksi robot penolong itu secara massal. Juga hingga kini belum jelas, bagaimana dan siapa yang menanggung ongkos transport operasinya di kawasan bencana.
"Ular Penyelamat" di Lokasi Bencana Alam
03:37
Anjing pelacak masih paling handal saat evakuasi
Sejauh ini, pengerahan anjing pelacak di kawasan gempa masih tetap yang paling murah dan dapat diandalkan. Anjing pelacak ini juga terbukti sangat efektif melacak dan menemukan korban selamat yang tertimbun puing di kawasan bencana di Turki dan Suriah. Tanpa banyak biaya, tim penolong bisa langsung terbang dengan anjingnya sesaat setelah gempa mengguncang.
Anjing pelacak mampu mengendus keringat, hormon, darah, tinja bahkan nafas manusia yang tertimbun di bawah puing bangunan. Hewan ini akan menggongong atau mencakar-cakar lokasi, jika menemukan atau mengendus jejak orang yang selamat di bawah reruntuhan,
Nilai tambah lainnya dari anjing pelacak, hewan tidak memerlukan listrik atau internet. Cukup dengan makanan anjing dan air, hewan bisa langsung dikerahkan. Sementara robot-robot modern pelacak bencana perlu baterai dan jejaring internet untuk bisa beroperasi. Dua hal yang sulit ditemukan di lokasi bencana.
Gempa Paling Mematikan di Abad-21
Gempa berkekuatan 7,8 yang mengguncang Turki dan Suriah dan menewaskan lebih dari 15.000 jiwa adalah salah satu dari gempa paling mematikan. Inilah daftar gempa paling mematikan di abad-21 versi USGS.
Foto: AP
Turki dan Suriah
Lebih dari 50.000 orang tewas dan ratusan gedung roboh akibat gempa bumi yang mengguncang Turki dan Suriah pada hari Senin, 6 Februari 2023. Layanan Geologi Amerika Serikat mengatakan, gempa berkekuatan 7,8 SR ini berpusat di utara kota Gaziantep, pusat industri utama di dekat perbatasan dengan Suriah. Gempa dilaporkan terasa hingga ke Kairo, Mesir.
Foto: DHA/AFP
Port au Prince, Haiti
Sedikitnya 320.000 tewas, 300.000 lainya cedera akibat gempa berkekuatan 7,3 pada skala Richter yang mengguncang Haiti 12 Januari 2010, dengan episentrum sekitar 25 km di barat ibu kota Port au Prince. Bencana kemanusiaan di Haiti berlarut akibat sangat buruknya manajemen krisis dari pemerintah serta penjarahan brutal oleh warga yang selamat dan kelaparan.
Foto: AP
Aceh, Indonesia
Sekitar 230.000 orang di 14 negara tewas akibat tsunami dahsyat yang melanda Samudra Hindia, 26 Desember 2004. Tsunami dipicu gempa berkekuatan 9,1 pada skala Richter, yang episentrumnya berada Samudra Hindia, sekitar 85 km di barat laut Banda Aceh. Jakarta mengklaim, korban terbanyak sekitar 165.000 orang berasal dari Indonesia mayoritasnya dari Banda Aceh.
Foto: AFP/Getty Images/Choo Youn Kong
Sichuan, Cina
Hampir 90.000 orang tewas akibat gempa berkekuatan 7,9 pada skala Richter yang mengguncang Sichuan di Cina, pada 12 Mei 2008. Lebih dari lima juta bangunan runtuh. Korban kebanyakan tewas tertimpa bangunan yang runtuh, karena pembangunannya tidak mematuhi standar keamanan. Lebih dari lima juta warga Sichuan jadi tunawisma karena rumahnya hancur.
Foto: AFP/Getty Images
Kashmir, Pakistan
Lebih 84.000 orang tewas akibat gempa berkekuatan 7,6 pada skala Richter yang melanda kawasan Kashmir Pakistan di pegunungan Himalaya, 8 Oktober 2005. Episentrum gempa terletak di sekitar kota Muzaffarabad. Juga dilaporkan 1.300 korban tewas di kawasan Kashmir India, dan puluhan tewas di Afganistan.
Foto: AFP/Getty Images/E. Feferberg
Bam, Iran
Lebih 40.000 orang tewas dan 30.000 cedera akibat gempa berkekuatan 6,6 pada skala Richter yang melanda Provinsi Bam di Iran, pada 26 Desember 2003. Sekitar 70 persen kawasan kota termasuk bangunan bersejarah terbuat dari lempung juga hancur total. Kebanyakan korban tewas akibat tertimbun bangunan yang runtuh.
Foto: AP
Fukushima, Jepang
21.000 tewas dan lebih 4.000 dinyatakan hilang, akibat tsunami yang melanda Fukushima 11 Maret 2011. Pemicunya adalah gempa dahsyat berkekuatan 9.0 pada skala Richter dengan episentrum di kawasan laut di timur Kepulauan Honshu. Bencana gempa dan tsunami juga diikuti bencana atom, akibat meledaknya pembangkit listrik tenaga nuklir Daiichi di Fukushima.
Foto: picture alliance/dpa
Gujarat, India
Lebih dari 20.000 tewas akibat gempa berkekuatan 7,9 pada skala Richter, yang mengguncang negara bagian Gujarat di India, 26 Januari 2001, bertepatan dengan peringatan Republic Day ke-52. Ini gempa dahsyat pertama di abad ke-21 dengan korban tewas cukup banyak.
Foto: SEBASTIAN D'SOUZA/AFP/Getty Images
Kathmandu, Nepal
Dikhawatirkan hingga 10.000 orang tewas akibat gempa berkekuatan 7.9 pada skala Richter dengan episentrum 80 km di barat ibu kota Kathmandu, yang mengguncang Nepal 25 April 2015. Gempa juga memicu longsor salju (avalanche) yang menewaskan 250 warga dan puluhan pendaki gunung di Himalaya. Sejauh ini dikonfirmasi lebih 7.300 tewas, namun banyak warga yang masih dinyatakan hilang.
Foto: Reuters/N. Chitrakar
Yogyakarta, Indonesia
Sekitar 5.800 tewas dan 36.000 cedera akibat gempa berkekuatan 6,3 pada skala Richter yang melanda Yogyakarta, 26 Mei 2006. Episentrum gempa dangkal ini berada di Samudra Hindia, sekitar 22 kilometer di tenggara Yogyakarta. Lebih 1.350 ribu bangunan hancur dan 1,5 juta orang jadi tunawisma.
Foto: AP
10 foto1 | 10
Manusia penentu keputusan akhir
Namun situasi di kawasan bencana, baik itu bencana alam seperti gempa bumi, banjir, erupsi gunung berapi dan lainnya sangat sulit diprediksi. Bahaya mengancam setiap saat dan kondisi bisa berubah dengan cepat dalam hitungan menit. Kadang petugas penolong harus memutuskan tidak akan menyelamatkan orang yang tertimbun puing bangunan, karena bahayanya sangat besar dan mengancam nyawa mereka sendiri.
Dalam situasi seperti ini, keputusan sulit harus diambil oleh pimpinan tim evakuasi. Tidak ada pengerahan robot maupun anjing pelacak yang dapat menentukan aksi penyelamatan. Keputusan akhir tetap berada di tangan manusia, yang lebih memahami dan berpengalaman menangani masalah semacam ini.
Walau begitu, tim penolong dan penyelamat menyepakati, hingga saat ini, pengerahan anjing pelacak masih jauh lebih efektif, handal dan murah, ketimbang robot teknologi tinggi, yang masih berupa prototipe yang mahal dan perlu banyak teknik pendukung.