1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Robot Seks Bisa Rampas Makna Kehidupan

11 April 2018

Seorang ilmuwan memperingatkan akan dampak dari robot seks. Noel Sharkey menyatakan bahwa adanya robot-robot ini memudahkan orang untuk berhubungan seks, dan ini bisa berdampak pada kemanusiaan.

Sexroboter
Foto: picture-alliance/ARTE/BR

Robot seks telah lama menjadi bagian dari fiksi ilmiah. Namun, dengan perkembangan boneka seks yang lebih realistis, kini robot seks telah menjadi bagian dari kehidupan nyata.

Noel Sharkey,ilmuwan komputer yang bekerja untuk Foundation of Responsible Robotics, menyatakan bahwa robot seks membuat akses terhadap seks mudah didapatkan dan ini bisa mengubah manusia selamanya. Dalam film dokumenter "Sex Robots and Us", Noel Sharkey memperingatkan kerusakan pada masyarakat yang dapat ditimbulkan oleh robot yang kini semakin populer ini.

Menurutnya, mesin-mesin ini menjadikan seks menjadi "sangat mudah" dan "mengubah manusia sepenuhnya".  Ilmuwan ini menjelaskan kekhawatirannya, "Kita melakukan semua hal ini dengan mesin hanya karena kita bisa dan tidak benar-benar berpikir bagaimana ini dapat mengubah kemanusiaan sepenuhnya. Robot-robot Ini dapat merampas makna hidup kita dan mengubah kita menjadi zombie."

Dikatakan Noel Sharkey, hubungan badan berdasarkan cinta antara pasangan akan berkurang digantikan dengan hubungan seks tanpa perasaan dengan robot. Selain itu, Noel Sharkey juga melihat sumber bahaya lain dari perkembangan robot seks. Ia mewanti-wanti bahwa robot seks anak adalah konsekuensi tak terelakkan dari revolusi seksual ini. Ia pun menyerukan pelarangan penjualan boneka seks yang menyerupai anak-anak.

Terlepas dari dampak berbahaya yang dapat ditimbulkan, saat ini robot seks merupakan tren masa depan dan menjadi industri yang menguntungkan. Sebuah penelitian di Perancis baru-baru ini menyebutkan bahwa 27 persen warga berusia antara 18 dan 34 berhasrat melakukan hubungan seksual dengan robot. Penelitian ini juga menunjukkan, jumlah pria yamg tertarik menjalin hubungan seperti ini jumlahnya tiga kali lebih besar dibanding perempuan.

Selain itu, studi dari tahun 2017 yang dilakukan Universitas Manitoba Kanada menyoroti meningkatnya jumlah orang yang "mengkonsumsi seks digital” di dunia maya, dan juga warga yang lebih menyukai hubungan dengan robot daripada dengan manusia. Dr Neil McArthur, salah seorang peneliti, menjelaskan bahwa semakin banyak yang akan mengidentifikasi diri sebagai "pelaku seksual digital" sejalan dengan perkembangan teknologi robot yang diimplementasikan ke dalam konteks romantis.

Namun begitu, walaupun robot-robot seperti ini akan makin lebih terlihat bagai manusia, para ilmuwan mengatakan, perlu waktu 50 tahun hingga hubungan seks dengan robot atau manusia tidak dapat lagi dibedakan.

yf/vlz (dailymail, thesun)