Lengan robot generasi baru bisa dikendalikan dengan lebih mudah. Selain itu, berbeda dengan robot industri, Cobot lebih aman. Tapi robot itu juga perlu latihan.
Iklan
Di pabrik pembuat model Werk5 di Berlin, para pengrajin bekerja denganrobot industri biasa, yang membuat bentuk-bentuk rumit, misalnya untuk model arsitektur. Pemrograman robot sangat rumit. Bentuk yang diinginkan dimasukkan ke komputer dalam bentuk "template" tiga dimensional.
Mesin biasanya diprogram agar melaksanakan sebuah pekerjaan saja, dengan presisi tinggi. Misalnya membuat bentuk tertentu. Tapi lengan robot ini punya kemampuan baru.
"Berbeda dengan robot industri lainnya, saya bisa mengendalikan ini dengan tangan." Demikian dikatakan Gunnar Bloss, pengrajin dan salah seorang pendiri Werk5.
Pada robot ada tombol khusus, demikian ditambahkan Gunnar Bloss. "Jadi saya bisa mengatakan, ini tempat kerja kamu. Kamu harus bekerja di sini dan tidak perlu presisi. Berbeda dengan robot industrial yang harus presisi tinggi."
Menggunakan robot yang berkolaborasi
Robot-robot baru ini namanya Cobots, singkatan dari "robot-robot yang berkolaborasi". Robot tidak hanya bisa digunakan dengan lebih mudah, melainkan juga lebih aman bagi manusia.
"Di tiap poros ada sensor. Jika ada momen tahanan terlalu besar, saya hanya perlu melakukan ini, robot berhenti," demikian dijelakan Gunnar Bloss. Jadi orang bisa bekerja dengan robot dalam jarak dekat.
Itu teorinya. Tapi bagaimana dalam prakteknya? Apakah Cobots benar-benar bisa mengambilalih pekerjaan? Perusahaan pengrajin Hussl di Tirol punya spesialisasi membuat kursi karya desainer. Perusahaan keluarga itu mempekerjakan 15 orang. Dari setiap seri, mereka membuat kursi dalam jumlah banyak. Itu artinya pekerjaan berat yang sama harus diulang berkali-kali.
Dalam menggergaji kaki-kaki kursi, para tukang kayu sekarang mendapat dukungan sebuah Cobot, yang ibaratnya kolega baru. Hansjörg Moser yang mengurus robot itu.
Dia mengungkap, bekerja dengan robot menyenangkan dan sangat bagus. Tentu juga lebih rileks, kalau pekerjaan berjalan sendiri, dan orang tidak selalu harus ada di tempat.
Iklan
Robot juga harus latihan
Pengrajin sendiri dibutuhkan untuk membuat robot bekerja tanpa gangguan apapun. Robot juga harus latihan gerakan baru, dan harus diawasi, sampai segalanya berjalan benar dan lancar.
Tapi untuk menggunakan robot, orang juga harus berpikir di luar hal yang normal. Peter Hussl, juga seorang pengrajin kayu, menjelaskan, "Robot tidak punya mata. Dia tidak bisa melihat kalau ada kotoran. Atau jika ada keretakan pada sepotong kayu, atau lubang, atau lainnya." Jadi masih ada yang harus dipelajari.
Karena Cobot sendiri tidak bisa melihat apa yang dilakukannya, pengrajinlah yang harus memperhitungkan kemungkinan gangguan pada pekerjaannya. Itu pekerjaan besar.
Para pembuat model dari Werk5 sudah berpikir lebih jauh. Dengan dukungan teknis dari Universitas Teknik Berlin, mereka melengkapi Cobot dengan kameratiga dimensional. Dengan demikian, robot bisa memindai bongkah yang sedang dikerjakan. Thilo Rörig, pembuat program pada proyek itu, menjelaskan keuntungannya.
5 Abad Robot: Makin Mirip Manusia
Lima abad sejak pertama kali diciptakan, kecanggihan robot makin ‘menggila’. Tak hanya tampilannya yang makin mirip dengan manusia, perannya juga mulai menggantikan tugas penciptanya.
Foto: Plastiques Photography, courtesy of the Science Museum
Bisa baca berita
Profesi pembaca berita atau news anchor mulai tergantikan tugasnya sejak Jepang menciptakan kodomoroid. Android yang diciptakan tahun 2014 itu bisa lancar melaporkan berita dalam berbagai bahasa, tanpa tersandung-sandung. Dia bahkan diprogram dengan rasa humor. Memang, dia masih sedikit kaku - untuk jenisnya yang sekarang ini.
Foto: Plastiques Photography, courtesy of the Science Museum
AI dari Beijing
Baru tahun 2018, Cina sukses mengembangkan robot pembaca berita yang mampu bekerja hingga 24 jam. Robot yang dilingkapi kecerdasan buatan (AI) itu dikembangkan Xinhua dan perusahaan mesin pencari Cina Sohou. Pembaca berita ini dirancang meniru suara manusia, ekspresi wajah hingga gerak tubuh.
Foto: Getty Images/AFP/STR
Tangan baja
Namun jauh sebelum tokoh humanoid diciptakan, perangkat palsu sebenarnya sudah dikembangkan untuk menggantikan anggota badan yang hilang. Model awal ditemukan pada mumi Mesir antara 950-710 SM. Bagi penggemar sains fantasi, protesa baja dan kuningan era Victoria ini mungkin keren. Namun, bagi orang lain, tangan-tangan palsu ini agak menyeramkan.
Foto: Plastiques Photography, courtesy of the Science Museum
Biksu pendeta 'Frankenstein'
Robot terbaru tahun 2019, adalah robot pendeta di Kuil Kodaiji di Kyoto, Jepang. Sebagaimana biksu manusia, ia juga memberikan wejangan pada pengunjung kuil. Meski menuai kritik dari luar karena dibandingkan dengan Frankenstein, warga lokal justru beri respon positif. Robot ini diharapkan bisa merangkul generasi muda yang kurang familier dengan agama Buddha yang dianut sekitar 30% warga Jepang.
Foto: Getty Images/AFP/C. Triballeau
Asal mula robot biksu
Istilah "robot" sebenarnya sudah tidak digunakan sampai tahun 1920, karakter mekanik telah diciptakan selama berabad-abad. Di antaranya untuk menghidupkan kembali cerita-cerita Alkitab. Karakter biksu ini misalnya, berasal dari Spanyol dan diperkirakan sudah dibuat sejak tahun 1560.
Foto: Smithsonian Institution/Jennie Hills
Bayi animatronik
Dalam pameran robot di Museum Sains London, pengunjung menyaksikan robot mirip bayi manusia. Sama seperti bayi baru lahir, gerakan robot bayi ini terbatas pada lengan dan kaki; tampak seperti bernapas dan bisa bersin. Robot seperti ini digunakan untuk produksi film. Mereka amat mirip bayi, sehingga orang merasakan emosinya ketika menyaksikan robot bayi ini.
Foto: Plastiques Photography, courtesy of the Science Museum
Gantikan tugas manusia
Semakin lama robot makin digunakan untuk menggantikan tugas manusia dalam pekerjaan industri. Mengapa orang harus melakukan tugas-tugas yang dianggap kotor atau berbahaya - ketika robot dapat melakukannya? Hanya butuh waktu beberapa menit untuk pekerja reguler untuk "mengajarkan" robot Baxter tugas baru. Robot ini dijual seharga $25.000.
Foto: Plastiques Photography, courtesy of the Science Museum
Ilmiah di balik fiksi
Pameran robot di London 2017 memutar film yang berfokus pada kecerdasan buatan, seperti film Steven Spielberg "A.I. Artificial Intelligence" (2001) dan film Alex Garland "Ex Machina" (2015). Bintang film Alicia Vikander berperan sebagai robot yang sangat canggih (gambar). Semakin menjadi bagian dari realitas kita, tema-tema film tersebut tidak lagi sekadar fiksi ilmiah yang surealis
Foto: picture-alliance/AP Photo/A24 Films
Makin canggih
Android open source Rob Knight (ROSA) adalah robot "anthropomimetic" pertama. Ia mereproduksi struktur tubuh manusia. Robot yang ditampilkan di pameran di Museum Sains di London tidak hampir sama dengan android dari serial TV "Westworld," tapi mereka terus memprovokasi refleksi tentang apa artinya menjadi manusia.
Foto: Plastiques Photography, courtesy of the Science Museum
I'll be back
Persepsi kita atas robot telah sangat dipengaruhi oleh seni. Dalam film R.U.R, robot bangkit untuk hancurkan penciptanya. Sejak itu, film juga berkontribusi dengan konsep cerita serupa. Salah satu robot yang paling ikonik dalam sejarah film diciptakan oleh James Cameron pada tahun 1984 dengan film thriller-nya, "The Terminator," dimana kata-kata “I’ll be back!” di film ini jadi legendaris.
Foto: picture-alliance/dpa/M. S. Gordon/2015 Paramount Pictures
Robot pertama di bioskop jenis kelaminnya perempuan
Fritz Lang perintis fiksi ilmiah karya "Metropolis" (1927) menampilkan salah satu robot pertama sejarah film: "Maschinenmensch" (manusia mesin). Latar belakang kisahnya tahun 2026. Dikisahkan di film ini, ilmuwan ciptakan robot untuk mereproduksi perempuan yang dicintainya, Maria.
Foto: Plastiques Photography, courtesy of the Science Museum
Mari kita sebut mereka robot
Pada tahun 1920, penulis Ceko, Karel Capek menemukan kata "robot" untuk drama fiksi ilmiahnya: "R.U.R." (Rossum's Universal Robots). Istilah robot berasal dari bahasa Ceko "robota," yang berarti buruh kerja paksa. Drama “R.U.R” diterjemahkan ke dalam 30 bahasa. Dalam gambar ini, "Eric" (kanan) adalah reproduksi dari salah satu robot pertama di dunia, berasal dari tahun 1928. (Ed: ap/vlz/vv)
Foto: Plastiques Photography, courtesy of the Science Museum
12 foto1 | 12
"Kami memperluas kemampuan Cobot dengan sebuah kamera, karena dia sendiri lewat sendi-sendinya tentu tahu posisinya di dalam ruangan, tapi tidak bisa menangkap apa yang terjadi di sekelilingnya." Itu sekarang bisa dia lakukan dengan kamera. Jadi orang sekarang juga bisa menempatkan gambar tiga dimensional ke dalam komputer. Begitu dijelaskan Thilo Rörig, yang ahli matematika dan komputer.
Kamera bantu robot berorientasi
Sekarang Cobot bisa berorientasi sendiri pada bongkah kayu. Ia bisa melihat permukaannya yang cembung, dan menyesuaikan gerakannya pada permukaan, tanpa bantuan manusia. Percobaan yang tampak seperti permainan ini nantinya bisa digunakan, misalnya untuk mengenali cacat pada sebuah permukaan, dan mengampelasnya. Pekerjaan mengampelas perlu kepekaan, tapi juga sangat melelahkan.
Menurut Thilo Rörig, mengampelas menyebabkan banyak debu, dan bising. Tapi sangat lazim digunakan di berbagai cabang kerajinan tangan. "Jadi kami berusaha agar robot yang melakukan pekerjaan ini. Supaya pengrajin bisa berkonsentrasi pada pekerjaan yang menyangkut estetika."
Apakah Cobot akan benar-benar bisa digunakan dalam dunia kerajinan tangan? Itu belum bisa dijawab. Tapi peluangnya besar! (ml/yp)