Hasil penelitian baru di Australia menunjukkan efek rokok yang ternyata lebih mematikan dari yang diduga sebelumnya.
Iklan
Para periset asal Australia mengatakan perokok memiliki risiko kematian dini yang lebih tinggi dibanding hasil penelitian sebelumnya. Berita baiknya, mereka yang berhenti merokok di usia 20an atau 30an terhindar 90 persen risiko tambahan dibandingkan mereka yang tidak pernah merokok.
"Di tahun 1960an, kita dulu mengatakan mati karena rokok risikonya seperti hasil lemparan dadu," ujar pakar kesehatan Australian National University Emily Banks. "Kemudian kita mengatakan, seperti hasil lemparan koin. Kini hasil penemuan kami menunjukkan, sekitar 60 persen kematian para perokok adalah karena efek rokok."
Banks memimpin penelitian yang melibatkan 200.000 warga Australia berusia di atas 45 tahun. Hasil risetnya mengatakan, mereka yang merokok masa hidupnya diperpendek rata-rata hingga 10 tahun. Mereka yang merokok 10 batang per hari meningkatkan faktor risiko hingga dua kali lebih besar dan mereka yang merokok lebih dari 25 batang per hari empat kali lebih besar.
Merokok adalah penyebab kematian terbesar di Australia yang sebenarnya bisa dicegah. 15.000 orang meninggal setiap tahunnya karena merokok, ujar Dr Rob Grenfell dari National Heart Foundation yang terlibat dalam penelitian tersebut. Ia menambahkan, "Orang harus sadar, bahwa merokok adalah aktivitas berbahaya. Tidak ada batasan aman dalam merokok. Tidak ada istilah merokok 'sekali-kali'."
Penelitian "Sax Institute's 45 and Up" adalah penelitian terbesar dalam bidang tersebut di Australia. Menurut Banks, penelitian senada di Inggris dan Amerika Serikat juga mendapat kesimpulan yang sama.
vlz/ek (rtr, ap)
6 Pengaruh Rokok Terhadap Tidur Anda
Anda perokok atau pernah merokok? Menurut peneliti, Anda berarti sudah merusak pola tidur alami Anda. Padahal manusia butuh cukup tidur untuk tetap sehat. Kenali pengaruh rokok yang mungkin sudah Anda alami sendiri...
Foto: Picture-Alliance
Ritme Sirkadian Terganggu
Tim peneliti University of Rochester tahun 2013 bereksperimen dengan tikus yang terekspos kronis asap rokok. Ilmuwan menemukan ada gangguan nyata terhadap ritme sirkadian alami yang hanya memburuk dengan bertambahnya kadar tembakau yang dihirup. Konsekuensi gangguan ritme sirkadian tidak hanya mengganggu tidur, tetapi juga meningkatkan resiko terkena depresi dan gangguan psikis lainnya.
Foto: Fotolia/fottoo
Apnea Tidur
Menurut studi 2011, perokok resikonya 2,5 kali lebih besar terkena apnea tidur, yakni gangguan kesulitan bernapas saat tidur. Apnea tidur obstruktif adalah jenis yang paling umum. Kondisi ini terjadi karena otot saat tidur mengalami relaksasi dan menutup saluran pernafasan. Perokok lebih sering mengalaminya, karena asap rokok mengiritasi jaringan di hidung dan tenggorokan.
Foto: imago/Jens Kalaene
Sering Terbangun
Tahun 2008, peneliti di Johns Hopkins menganalisa pola tidur. Dari kelompok bukan merokok, 5 persen mengatakan tidurnya tidak nyenyak. Sementara dari kelompok yang merokok ada 22,5 persen. Riset menggunakan alat elektroensefalografi (EEG) untuk memonitor tidur peserta eksperimen di rumah. Hasilnya, kelompok perokok banyak yang mengalami gangguan tidur ringan, setengah bangun dan setengah tidur.
Foto: Gina Sanders - Fotolia.com
Susah Tertidur
Menurut studi 2013, University of Florida menemukan setiap orang kehilangan rata-rata 1,2 menit waktu tidur untuk setiap batang rokok yang mereka hisap. Ini karena stimulasi nikotin dan efek tidak merokok saat tidur. Mereka yang merokok dua jam sebelum beranjak ke tempat tidur, kesulitan untuk tertidur karena nikotin mengganggu siklus tidur-bangun alami.
Foto: Fotolia/Focus Pocus LTD
Insomnia
Menurut National Sleep Foundation, insomnia bisa disebabkan oleh kondisi psikiatris dan medis serta gaya hidup. Karena nikotin adalah stimulan, perokok bisa dengan mudah terkena insomnia jika merokok secara rutin menjelang jam tidur. Studi lain menemukan, perempuan di usia paruh baya yang merokok lebih rentan mengidap insomnia.
Foto: Vera Kuttelvaserova/Fotolia.com
Jangan Mulai Merokok
Berhenti merokok akan memperbaiki kualitas tidur Anda. Namun, hasil riset menunjukkan, orang yang tidak pernah merokok lah yang tidurnya paling pulas. Memang ada perbaikan setelah berhenti merokok, tapi lebih baik jika tidak mencobanya sama sekali.