Di Indonesia dia membumi. Sejak 1961 Franz Magnis Suseno tidak cuma menyelami kebudayaan Jawa, tapi ikut mempengaruhi tradisi intelektual nusantara yang baru seumur jagung.
Iklan
"Dengan mendalami bahasa Jawa, saya membebaskan diri dari bahaya menulis dan berbicara bahasa Indonesia dengan pola pikir bahasa Jerman..."
Selama 13 tahun Franz Magnis menyelami kebudayaan dan bahasa Jawa. Pria yang datang ke Indonesia 54 tahun lalu punya kecintaan tersendiri terhadap bahasa. Menurutnya kaidah dan cara penulisan bahasa mempengaruhi cara berpikir penuturnya.
Sebab itu pula bahasa Jawa mempunyai "rasa" yang berbeda dari bahasa-bahasa di Eropa, katanya.
Romo Magnis dibesarkan dengan model pendidikan agama Katholik. Tidak lama setelah tiba di Yogyakarta 54 tahun silam, ia mengukuhkan diri sebagai seorang pastur. Latar belakangnya itu tercermin pada buku yang ia tulis, Javanische Weisheit und Ethik - Kearifan dan Etika Jawa.
Bukunya itu kini menjadi panduan wajib buat mahasiswa politik. Dalam perjalanan intelektualnya, Magnis berulangkali melintasi batas kultural, hingga akhirnya ia menjadi warga negara Indonesia tahun 1977. Sejak saat itu sang romo bernama Franz Magnis Suseno.
Kini, sang romo memimpin Sekolah Tinggi Filsafat Driyakara di Jakarta. Ia memahami sulitnya mendapat pengakuan buat bidang studinya itu. "Filsafat di Indonesia sangat lemah karena hampir tidak mendapat dukungan dari lingkungan akademik," ujarnya.
Dalam wawancara, Romo Magnis meyakini filsafat sebagai bidang studi akan semakin digemari di Indonesia.
Franz Magnis-Suseno
03:07
Kesempatan Emas bagi Sastra Indonesia
Tahun 2015, menjadi terobosan baru dalam karya sastra Indonesia. Indonesia akan menjadi tamu kehormatan dalam Frankfurter Buchmesse, ajang pameran buku bergengsi di dunia, yang diselenggarakan tiap tahun di Frankfurt.
Foto: Frankfurter Buchmesse/A. Heimann
Acara Serah Terima
Serah terima Guest of Honour dari Finlandia kepada Indonesia Minggu, 12 Oktober 2014 di Pameran Buku Frankfurt.
Foto: Frankfurter Buchmesse/A. Heimann
Tarian Memukau
Penampilan musik dan tari Ayu Laksmi, Endah Laras dan Ariani, Minggu 12 Oktober 2014.
Foto: Frankfurter Buchmesse/A. Heimann
Tongkat Guest of Honour
Inilah tongkat Tamu Kehormatan yang diserahkan kepada Indonesia untuk 2015.
Foto: Frankfurter Buchmesse/A. Heimann
Dewi Dee Lestari
Dewi Dee Lestari bertukar pengalaman dengan penulis Finlandia Kjell Westo dalam acara serah terima.
Foto: Frankfurter Buchmesse/P. Hirth
Tamu Kehormatan
Indonesia akan menjadi tamu kehormatan di Frankfurter Buchmesse atau Frankfurt Book Fair pada tahun 2015 nanti. Dalam pameran buku akbar tahun ini dimana Finlandia menjadi tamu kehormatan, Indonesia mulai unjuk diri.
Foto: Frankfurter Buchmesse/Marc Jacquemin
17.000 Islands of Imagination
Indonesia mengemas keikutsertaan di FBF dalam tema "17.000 Islands of Imagination". Pulau dalam hal ini adalah semacam suatu imajinasi, kreativitas yang tidak terbatas yang lahir dan berkembang di 17.000 pulau di tanah air.
Foto: Frankfurter Buchmesse/Marc Jacquemin
Memperkenalkan Indonesia
Dalam pameran buku tahun ini pihak penyelenggara memperkenalkan peran serta Indonesia sebagai tamu kehormatan di Frankfurt Book Fair 2015. Hadir dalam konferensi pers, Direktur Frankfurt Book Fair Juergen Boos, Wakil Menteri Kebudayaan Indonesia, Wiendu Nuryanti, Goenawan Mohamad, penulis senior yang menjadi panitia delegasi Indonesia, dan Husni Syawie dari IKAPI.
Foto: Frankfurter Buchmesse/Marc Jacquemin
Banyak Peminat
Konferensi pers yang memperkenalkan Indoensia sebagai tamu kehormatan diserbu pengunjung. Menjadi tamu kehormatan sangat menguntungkan, karena mendapat kesempatan dalam menonjolkan Indonesia pada dunia. Bahkan, selama setahun sebelum penyelenggaraan, negara yang menjadi tamu kehormatan akan diperkenalkan ke publik dalam berbagai liputan media di Jerman.
Foto: Frankfurter Buchmesse/Marc Jacquemin
Ajang Penting
Pameran buku internasional di Frankfurt merupakan ajang yang sangat efektif dalam mengenalkan para penulis Indonesia yang selama ini kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah.
Foto: Frankfurter Buchmesse/Marc Jacquemin
Mencari Penerjemah
Bukan perkara mudah untuk mencari penerjemah buku Indonesia ke dalam bahasa Jerman. Direktur Frankfurter Buchmesse Jürgen Boos mengatakan: "Ini merupakan tantangan besar, untuk mencari penerjemah sastra ke bahasa Jerman.“
Foto: Frankfurter Buchmesse/Marc Jacquemin
Terobosan Indonesia
Pada pertengahan tahun 1970-an, fokus pameran lebih bersifat tematik. Namun sejak tahun 1980-an, tiap tahun dipilih tamu kehormatan dari berbagai negara dalam pameran akbar itu. Setelah Indonesia menjadi tamu kehormatan tahun 2015, Belanda akan menyusul sebagai tamu kehormatan 2016.