1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Ronald McDonald, Pahlawan yang Kontroversial

Lori Herber18 Januari 2014

Dua belas arsitek ternama menyumbang cetak biru bagi rumah amal Ronald McDonald di Hamburg. Kritik menilai McDonald's menyalahgunakan niat baik. Namun para keluarga mensyukuri rumah ini.

Foto: Bastian Jäger, Hamburg, 2013

Bayi Elai yang baru berusia 6 bulan tersenyum dan menendang-nendang kaki mungilnya setiap kali seseorang berbicara. "Kata dokter, anak yang sakit biasanya adalah anak-anak yang paling ramah," kata Tatyana Fornoff, ibunda Elai.

Elai tinggal di unit perawatan intensif di Rumah Sakit Anak-anak di Köln sepanjang hidupnya. Elai lahir empat minggu prematur. Kerongkongannya belum terbentuk sempurna, dan kini ia bernafas dengan bantuan katup yang menonjol di tenggorokannya.

Beberapa hari setelah kelahiran Elai bulan Juli lalu, keluarga Fornoff berkemas dan pindah ke Rumah Ronald McDonald di Köln.

Tatyana Fornoff (28) menilai Rumah Ronald McDonald amat membantu keluarganya di masa sulitFoto: DW/Lori Herber

"Kalau Anda berada dalam situasi di mana Anda berpikir anak sendiri tengah sekarat, tempat seperti ini jelas terasa bagaikan rumah kedua," ucap Fornoff. "Tidak terbayangkan betapa rumah semacam ini meringankan beban dengan menawarkan tempat untuk mandi, mencuci baju, dan beristirahat."

Rumah Ronald Mc Donald adalah fasilitas yang menawarkan keluarga dengan anak yang sakit sebuah akomodasi di rumah sakit yang merawat anak mereka. Di Jerman ada 19 fasilitas serupa. Setiap Rumah Ronald McDonald punya karakter tersendiri: di Köln bentuknya menyerupai benteng, sehingga dijuluki 'istana perlindungan.'

Niat baik bertemu desain bagus

Keluarga seperti keluarga Fornoff memang menjadi target Yayasan Bantuan Anak McDonald's saat memulai kerjasama dengan AIT ArchitekturSalon di Hamburg. Targetnya adalah mendesain Rumah Ronald McDonald di Altona, Hamburg, dengan penekanan bagaimana estetika membantu penyembuhan.

"Seperti kami ketahui dari sejumlah proyek dalam sektor perawatan kesehatan, terutama perasaan nyaman dan atmosfer yang menyenangkan yang berpengaruh terhadap proses penyembuhan dan kondisi mental pasien," ujar Thomas Willemeit dari firma arsitektur Jerman GRAFT, yang membantu menggandeng arsitek-arsitek ternama dalam proyek. "Terutama dalam perawatan medis, kualitas atmosfer acapkali diremehkan."

Dari 40 lebih yang mendaftar, pilihannya dipersempit menjadi 12 arsitek dan desainer interior terkenal yang ditugaskan mengubah Rumah Ronald McDonald menjadi sebuah ruang fleksibel untuk keluarga-keluarga tinggal, bermain, tidur dan merasa nyaman ketika anak-anak mereka yang sakit kritis melewati perawatan rumah sakit.

Arsitek bintang seperti Zaha Hadid, Rem Koolhaas dan Manuelle Gautrand masing-masing mengerjakan satu dari 11 apartemen seluas 25 meter persegi. GRAFT bertugas mendesain ruang bersama, atau 'oasis.'

Sentuhan pribadi

"Ini kali pertama saya sebagai seorang arsitek mendapat tugas semacam ini," ungkap arsitek yang berkantor di Swiss, Sara Spiro. "Keluarga-keluarga ini hidup nomaden, tapi mereka bukan bepergian untuk bersenang-senang. Mereka terpaksa pindah karena anak mereka harus berada di kota lain."

Desain Sara Spiro menunjukkan tempat tidur sebagai fokus utama ruanganFoto: Sara Spiro

Ia ingin membuat sebuah kamar yang nyaman untuk keluarga-keluarga bekerja, bermain dan menenangkan satu sama lain. Ia mengerti betul situasi yang mereka hadapi. Sebagai anak perempuan seorang dokter yang praktek di Afrika, Spiro terus berpindah rumah. Desainnya terinspirasi keluarganya sendiri yang terpaksa berhadapan dengan urusan logistik adik perempuannya yang sakit keras.

Pahlawan yang kontroversial

Meski tujuan filantropi di balik Rumah Ronald McDonald bisa dikagumi, dapat dibilang bertolak belakang dengan dampak lingkungan perusahaan McDonald's yang kontroversial, perlakuan mereka terhadap hewan dan dampak buruk produk mereka terhadap kesehatan.

Anne Markwardt dari 'foodwatch' Jerman, yang meriset praktek industri makanan, menghormati perusahaan-perusahaan yang beramal, namun ia mempertanyakan motifnya.

"Harus diingat bahwa porsi besar pendanaan amal tidak datang dari kantong McDonald's sendiri tapi lebih banyak sumbangan pribadi, korporat atau donor lainnya," jelas Markwardt, sembari menambahkan bahwa apabila McDonald's benar-benar peduli pada anak-anak, kenapa tidak mendanai rumah-rumah amal tanpa menyertakan nama McDonald's, dan "berhenti menjual Happy Meal dengan minuman ringan dan menarget anak-anak dengan pemasaran makanan siap saji."

"Komitmen semacam ini tidak datang 'cuma-cuma' dan umumnya digunakan sebagai taktik pemasaran untuk produk-produk yang menguntungkan tapi tidak menyehatkan, dan juga sebagai jalan untuk mempengaruhi politik secara tidak langsung," paparnya, seraya lanjut mengatakan bahwa Rumah Ronald McDonald sering dikunjungi - dan dipuji - oleh politisi.

Pemberi amal yang pelit?

Dalam sebuah studi tahun 2013, seorang pengacara di Amerika Serikat, Michelle Simon, melaporkan bahwa hanya 20 persen pendanaan Rumah Ronald McDonald yang didapatkan langsung dari McDonald's.

"Namun McDonald's menikmati 100 persen keuntungan dari amal bermerek ini," tulis Simon, dengan penjelasan bahwa sebagai sebuah perusahaan, McDonald's tergolong pelit dalam kegiatan filantropi, menyumbang 30 persen lebih rendah dari PepsiCo dan CocaCola.

Warga sekitar menyumbangkan satu juta Euro untuk Rumah Ronald McDonald di KölnFoto: DW/Lori Herber

"Tahun 2012 McDonald's Jerman beserta waralaba, penyuplai dan para pengunjung restoran menyumbangkan sejumlah 62,6 persen dari total pemasukan Yayasan Bantuan Anak McDonald's," tampik seorang jurubicara yayasan itu.

Untuk mencapai jumlah tadi, McDonald's menggabungkan pendanaan korporat sendiri dengan koin-koin yang disumbangkan konsumen dekat kasir dan donasi yang lebih besar dari perusahaan-perusahaan lain. Saat kebaikan hati konsumen dan donasi lainnya dihilangkan, angka 62,6 persen turun menjadi 25 persen pendanaan oleh perusahaan McDonald's dan waralabanya, berarti donor eksternal hingga kini memenuhi sebagian besar pendanaan yayasan.

Reaksi komunitas

Arsitek Sara Spiro menilai setiap perbuatan baik harus diakui - terlepas dari siapa pencetusnya.

"Apabila kalangan kritik berpikir McDonald's itu setan, tidak bolehkah setan menunjukkan niat baik?" Dari rumahnya di Zürich, Spiro bisa memata-matai cabang McDonald's yang hanya berjarak 6 meter. Walau ia jarang makan di sana - ia seorang vegetarian - ia mengatakan setiap orang membuat pilihan aktif terhadap apa yang mereka konsumsi. "Yayasan membantu begitu banyak orang. Tidak ada hubungannya dengan makanan yang dijual."

Kembali ke Rumah Ronald McDonald di Köln, kontroversi adalah hal terakhir dalam pikiran Tatyana Fornoff saat ia menderik mainan untuk bayi Elai. Baginya, rumah ini adalah sebuah berkah. Para sukarelawan lokal yang membuat sarapan untuk para keluarga setiap Selasa, dan makan malam besar setiap Kamis.

"Itu adalah waktu yang saya tunggu-tunggu setiap minggu," tutur Fornoff. "Ini termasuk hal-hal yang sudah tidak mampu lagi saya lakukan sendiri."