1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sejarah

Rosa Luxemburg: Pejuang dan Pemikir Kiri Yang Kontroversial

15 Januari 2019

Politisi dan pemikir kiri Rosa Luxemburg dibunuh 15 Januari 1919 di Berlin oleh milisi radikal kanan. Salah satu slogan terkenalnya: "Kebebasan selalu merupakan juga kebebasan para pembangkang."

Deutschland, Berlin: Gedenken an Rosa Luxemburg und Karl Liebknecht
Foto: picture-alliance/dpa/J. Carstensen

Jerman, 100 tahun lalu, Januari 1919. Perang Dunia I baru saja berakhir dengan kekalahan di pihak Jerman dan situasi di seluruh negeri kacau balau. Sebelumnya, kalangan militer dan kaum buruh memberontak terhadap pemerintanan Kekaisaran, yang dianggap telah menjerumuskan mereka ke dalam kesengsaraan dan kekalutan perang.

Pada 9 November 1918, Partai Sosial Demokrat SPD di bawah pimpinan Philipp Scheidemann memproklamirkan Republik Jerman dan praktis menggulingkan kekuasaan Kekaisaran. Tetapi pemerintahan yang kemudian dibentuk tidak berhasil mengendalikan situasi sepenuhnya.

Potret Rosa LuxemburgFoto: picture-alliance/dpa

Pemerintahan SPD di Berlin ketika itu didukung oleh partai sempalannya, Partai Sosial Demokrat Independen-USPD. Tapi kelompok-kelompok yang lebih radikal memisahkan diri dan membentuk Partai Komunis Jerman-DKP, dengan dua tokoh utamanya yang hengkang dari SPD: Karl Liebknecht dan Rosa Luxemburg. Sementara konflik antara kubu milisi kanan yang didukung militer dan kelompok buruh radikal yang bergabung di Liga Spartakus meruncing.

Pada 15 Januari 1919, Karl Liebknecht dan Rosa Luxemburg, pendiri Liga Spartakus, diculik milisi kanan yang mengaku bertindak atas perintah SPD. Mereka kemudian dibunuh secara brutal. Rosa Luxemburg ditembak mati dan tubuhnya dilemparkan ke kanal Landwehr di Berlin.

Impian sosialisme demokratis yang tidak terpenuhi

Rosa Luxemburg dikenal luas sebagai salah satu tokoh gerakan buruh Jerman, pemikir marxisme, antimiliterisme dan "internasionalisme proletar". Dia lahir tahun 1871 sebagai anak keluarga Yahudi yang tinggal di kawasan Polandia. Rosa punya kondisi fisik yang lemah dan sering sakit pada masa kecilnya. Namun semangatnya selalu menyala-nyala ketika menentang apa yang dilihatnya sebagai ketidakadilan.

Poster Karl Liebknecht dan Rosa Luxemburg pada upacara peringatan tahun 1953 di Berlin TimurFoto: Getty Images/Keystone/Hulton Archive

Sejak muda dia terlibat dalam politik. Dia bermimpi untuk menjatuhkan kekuasaan Tsar di Rusia, kekuasaan Kekaisaran di Jerman dan menghentikan Kapitalisme untuk menciptakan sebuah dunia yang lebih adil dan sosial. Karena sikap kritisnya, beberapa kali Rosa Luxemburg dipenjara. Antara lain atas tuduhan menghina Kaisar Jerman dan menentang Perang Dunia I.

Dengan tulisan-tulisannya dan kepintaran berpidato, Rosa Luxemburg dengan cepat dikenal di kalangan politik Eropa. Tahun 1898, dia pindah ke Jerman, menerima kewarganegaraan Jerman dan masuk ke partai SPD. Namun karena sikap anti perang yang tanpa kompromi, dia sejak awal terisolasi di SPD. Akhirnya dia bersama Karl Liebknecht meninggalkan SPD dan bergabung dengan USPD.

Tahun 1917, kekuasan monarki di Soviet digulingkan oleh gerakan sosialis di bawah pimpinan Lenin. NamunRepublik Sosialis Soviet ternyata kemudian berubah menjadi kekuasaan diktatur partai, yang ditolak oleh Rosa Luxemburg. Dalam kritik-kritiknya terhadap Republik Sosialis Soviet di bawah pimpinan Lenin muncul tulisan-tulisan kritis Rosa Luxemburg dan slogannya yang terkenal: "Kebebasan selalu merupakan kebebasan para pembangkang."

Upacara pemakanan Rosa Luxemburg di Berlin, 13 Juni 1919Foto: picture-alliance/akg-images

Tokoh kontroversial

Para sejarawan masih belum sepakat mengenai posisi anti kekerasan Rosa Luxemburg. Sebagian kalangan menilai, dia tetap menerima kekuasaan diktatur partai sosialis dan kebebasan yang dimaksudnya adalah kebebasan hanya bagi para pengikut sosialisme.

Ketika pertentangan di kubu kiri Jerman makin meruncing, dan USDP mendukung pemerintahan SPD di bawah Friedrich Ebert, Rosa Luxemburg dan Karl Liebknecht mendirikan Partai Komunis Jerman DKP. Sementara pemerintahan Jerman merundingkan perjanjian perdamaian dengan pihak sekutu, di Jerman sendiri situasi menjadi kacau.

Kelompok kiri radikal kubu Spartakus melancarkan aksi mogok dan ingin menjatuhkan pemerintahan. Bentrokan segera terjadi dengan kelompok milisi kanan yang bersenjata dan mendapat dukungan dari pemerintah. Akhirnya, pada 15 Januari, Karl Liebknecht dan Rosa Luxremburg diculik dan dieksekusi  oleh kelompok milisi kanan di Berlin.

Menjelang runtuhnya pemerintahan sosialis di Jerman Timur tahun 1989, para pembangkang di Jerman Timur kembali mengangkat tokoh Rosa Luxemburg dan ucapan-ucapannya sebagai simbol perlawanan. Hingga kini, kematian Rosa Luxemburg dan Karl Liebkencht diperingati setiap tahunnya di Berlin.

hp/as (dpa, spd)