Misi Rosetta meneliti komet yang sudah berjalan 12 tahun akan diakhiri dengan final dramatis. Wahana riset antariksa itu dijatuhkan ke permukaan komet Churyumov-Gerasimenko.
Iklan
Rosetta Akhiri Misi Dengan Dijatuhkan ke Komet
01:03
Wahana penelitian komet milik badan antariksa Eropa - ESA Rosetta akan mengakhir misi risetnya, setelah menempuh perjalanan sejauh 6 milyar kilometer di ruang angkasa. Misi penelitian komet yang diluncurkan 12 tahun silam itu, mencatat sukses mendaratkan kapsul Philae ke permukaan komet Churyumov-Gerasimenko pada 2014 silam dan mengirim data dalam jumlah luar biasa.
Pendaratan Pertama di Komet
Kapsul penelitian Philae yang dilepaskan dari wahana ruang angkasa Rosetta mencatat sukses bersejarah mendarat di permukaan komet Churyumov–Gerasimenko. Kini dumulai riset untuk melacak asal usul kehidupan di tata surya.
Foto: ESA–C. Carreau/ATG medialab
Philae Mendarat di Churyumow-Gerassimenko
Ilustrasi ESA menunjukkan pendaratan kapsul penelitian Philae di permukaan komet Churyumow-Gerassimenko. Setelah terpental kembali satu kali, dan harpun pendarat gagal dikeluarkan untuk mengkait komet, kapsul seberat 100 kg itu dilaporkan berada dalam posisi stabil. Citra Yang dikirimkan diharap mengungkap lebih banyak misteri jagat raya.
Foto: ESA via Getty Images
Ilmuwan Sambut Gembira
Para ilmuwan di pusat pengendali wahana antariksa nirawak Rosetta di Darmstadt, Jerman bersorak gembira menyaksikan sukses pendaratan Philae di komet 67P. Bagaimana kondisi kapsul dan sebanyak apa data yang akan dikirim, ditunggu dengan tegang di pusat pengendali.
Foto: ESA/J. Mai
Mendarat di Aglikia
Setelah perjalanan panjang selama lebih dari sepuluh tahun, misi nirawak Rosetta sukses melakoni tugas terbesarnya, yakni mendaratkan kapsul riset Philae di permukaan komet Churyumov–Gerasimenko. Ilmuwan membaptis lokasi pendaratan Philae dengan nama Aglikia, sebuah pulau di tengah sungai Nil yang menyimpan lusinan situs bersejarah dari zaman Mesir kuno.
Foto: ESA/Rosetta/MPS for OSIRIS Team MPS/UPD/LAM/IAA/SSO/INTA/UPM/DASP/IDA
Manuver Kritis
Wahana penelitian antariksa Rosetta meluncurkan kapsul pendarat Rabu, 12 November pukul 10:03 Waktu Eropa Tengah atau sekitar 16:03 Waktu Indonesia Barat. Philae dilepaskan dari ketinggian satu kilometer dari permukaan komet. Kapsul pendarat itu jatuh dengan kecepatan satu meter per detik.
Foto: ESA–J. Huart, 2013
Citra Pertama dari Philae
Philae mendarat di permukaan komet Churyumov–Gerasimenko setelah manuver berbahaya. Kapsul riset itu diharapkan mengirim foto-foto beresolusi tinggi dan informasi lain kondisi di lapisan terluar Komet yang sebagian besar berupa es dan material Organik ke Rosetta yang terus berada di orbit. Dari jarak 500 juta km, Rosetta mengirim citra itu ke bumi.
Foto: ESA/AOES Medialab
Gagal Menancap pada Komet
Kapsul Philae berbobot 100 kilogram dan sebagian besar terbuat dari serat karbon. Karena gaya gravitasi pada komet Chruyumov Gerasimenko sangat lemah, Philae akan menembakkan harpun yang menancap di permukaan komet dan mencegah agar wahana tidak terlempar kembali ke luar angkasa. Manuver ini diyakini gagal dan harpun tidak terlontar ke luar.
Foto: picture-alliance/dpa/ESA
Sepuluh Menguak Chruyumov Gerasimenko
Philae diharap tetap stabil berada di permukaan komet selama sepekan hingga beberapa bulan walau tanpa diperkuat harpun. Kapsul buatan Badan Antariksa Eropa itu akan mempelajari struktur benda langit tersebut dengan 10 piranti ilmiah. Tampak pada gambar model wahana pendarat Philae di Pusat Kendali Misi Rosetta.
Foto: DW/F.Schmidt
Mendekat Matahari
Rosetta dan Philae siap memasuki fase paling dinamis dalam kehidupan Churyumov Gerasimenko. Antara akhir November hingga Desember, komet tersebut akan terbang melintasi matahari. Kedua wahana nirawak itu ditugaskan untuk mengamati perubahan pada struktur es di tubuh komet ketika temperatur melonjak. Suhu permukaan komet diperkirakan berkisar antara -68 derajat Celcius hingga -43 Celcius.
Foto: dapd
8 foto1 | 8
Proyek dari badan antariksa Eropa - ESA tersebut pada tahun 2016 ini memasuki fase paling kritis. Rosetta yang mengorbit komet 67P/Churyumov-Gerasimenko sejak dua tahun silam, kini mencapai jarak dimana energi matahari terlalu lemah, untuk masih bisa mengoperasikan wahana riset dan komputer pengumpul serta pengirim data di dalamnya.
Para ilmuwan ESA di pusat pengendali Darmstadt, Jerman memutuskan mengakhiri misi penelitian komet itu dengan skenario final yang dramatis. Manajer proyek Rosetta di ESA, Matt Taylor mengibaratkan orkestrasinya dengan konser musik rock dari tahun 70-an. "Saat pemusik beranjak tua dan nyaris tak mampu bernyanyi lantang lagi, konser perpisahan spektakuler harus digelar", kata dia.
Asteroid Ancam Bumi
Asteroid yakni batuan dari luar angkasa terus mengancam Bumi. Jatuhnya asteroid besar bisa berakibat fatal, seperti pada peristiwa musnahnya Dinosaurus 65 juta tahun lalu.
Foto: picture alliance / dpa
Impak Jatuhnya Meteorit Raksasa
Asteroid yang jatuh ke Bumi disebut Meteorit. Sebuah meteorit raksasa yang jatuh 65 juta tahun lalu di semenanjung Yucatan, menimbulkan kawah Chicxulub yang berdiameter 300 km. Para ilmuwan memperkirakan tumbukan metorit ini memicu musnahnya dinosaurus.
Foto: picture alliance/dpa
Kawah Meteorit
Debu komet yang jatuh ke Bumi biasanya habis terbakar di atmosfir. Tapi pecahan yang lebih besar dari luar angkasa bisa tersisa dan jatuh ke permukaan Bumi. Inilah meteorit. Kebanyakan ukurannya kecil dan tidak berbahaya. Jika cukup besar, bisa menimbulkan kerusakan hebat, seperti misalnya kawah meteorit Barringer di Arizona, AS dengan diameter 1000 meter
Foto: cc-by/LarryBloom
Riset Asteroid
NASA melakukan penelitian langsung asteroid besar Vesta di lintasannya dengan mengirim wahana peneliti ruang angkasa DAWN. Dengan terbang mendekati Vesta yang mengorbit Matahari di kawasan sabuk asteroid antara Mars dan Yupiter, diperoleh informasi lebih rinci struktur benda langit itu.
Foto: picture-alliance/dpa
Wahana Menabrak Asteroid
Badan Ruang Angkasa Eropa (ESA) meneliti impak tabrakan satelit dengan asteroid Misi yang diberi nama Don Quijote melakukan skenario: wahana penumbuk Hidalgo dijatuhkan ke Asteroid. Sementara orbiter Sancho mengamati dari jarak aman, dan merekam semua informasi tabrakan itu.
Foto: ESA - AOES Medialab
Benda Langit Misterius
Teleskop ruang angkasa Hubble milik NASA mengamati sebuah benda langit misterius. Obyeknya memiliki struktur rumit, dan diduga objek ini bukan sebuah komet melainkan produk akhir dari tabrakan frontal dua buah asteroid yang berkecepatan sekitar 7 kilometer/detik.
Foto: AP
Komet dan Bintang Berekor
Komet terdiri dari awan gas dan ekor panjang yang terdiri dari gas, batuan serta partikel debu. Jika ekor yang terdiri dari partikel dan batuan memasuki atmosfir Bumi, gesekan memanaskannya hingga 3000 derajat Celsius. Inilah yang disebut sebagai bintang berekor.
Foto: picture alliance / dpa
6 foto1 | 6
Dijatuhkan sengaja untuk himpun data
Karena itu, Rosetta akan dijatuhkan ke permukaan komet Churyumov-Gerasimenko yang berdebu dan berlapis es tanggal 30 September 2016. Lokasi yang dipilih adalah areal yang disebut ngarai Ma'at sedalam 100 meter.
"Pilihan ngarai Ma'at dengan pertimbangan, di tarikan nafas terakhirnya, Rosetta masih bisa mengirim data struktur batuan dari dalam dinding jurang sempit itu", ujar manajer proyek ESA Taylor.
Batuan Antariksa
Dengan memahami komposisi material penyusun bantuan antariksa, seperti komet, para peneliti berupaya memahami lebih banyak asal usul terbentuknya Bumi.
Foto: Reuters
Debu dan Gas
Bukan hanya partikel debu dari komet yang bisa jatuh ke bumi, tapi juga kometnya itu sendiri bisa menabrak bumi. Para ilmuwan menduga, komet merupakan material sisa dari pembentukan planet. Komposisinya bisa memberikan informasi mengenai awal pembentukan Tata Surya.
Foto: AP
Komet dan Bintang Berekor
Komet terdiri dari awan gas dan ekor panjang yang terdiri dari gas, batuan serta partikel debu. Jika ekor yang terdiri dari partikel dan batuan memasuki atmosfir bumi, gesekan memanaskannya hingga 3000 derajat Celsius. Inilah yang disebut sebagai bintang berekor.
Foto: picture-alliance/dpa
Hujan Komet
Jika komet melintas amat dekat ke bumi, sejumlah partikel bercahaya akan jatuh ke bumi layaknya hujan. Yang paling terkenal adalah hujan komet Perseid dan Leonidas. Setiap kali, hujan komet menjadi fenomena langit yang spektakuler.
Foto: AP
Meteorit
Debu komet yang jatuh ke bumi biasanya habis terbakar di atmosfir. Tapi pecahan yang lebih besar dari luar angkasa bisa tersisa dan jatuh ke permukaan bumi. Inilah meteorit. Kebanyakan ukurannya kecil dan tidak berbahaya. Jika cukup besar, bisa menimbulkan kerusakan hebat, seperti misalnya kawah meteorit Barringer di Arizona, AS dengan diameter 1000 meter.
Foto: cc-by/LarryBloom
Meteorit Raksasa
Meteorit raksasa yang jatuh 65 juta tahun lalu di semenanjung Yucatan, menimbulkan kawah Chicxulub yang berdiameter 300 km. Para ilmuwan memperkirakan tumbukan metorit ini memicu musnahnya dinosaurus.
Foto: NASA/Don Davis
Batu Hitam
Meteorit mirip dengan batuan bumi. Tapi kenampakannya seperti terbakar. Bopeng-bopeng ini tercipta saat meteorit memasuki atmosfir bumi dan permukaannya meleleh akibat gesekan yang menimbulkan suhu amat panas.
Foto: picture-alliance/ dpa/dpaweb
Pecahan Besar
Asteroid dalam jumlah amat banyak juga beterbangan di luar angkasa. Ukurannya ada yang lebih besar dari komet, dengan diameter hingga beberapa kilometer.
Foto: picture-alliance/ dpa
Mendekat ke Bumi
Februari 2013 asteroid seberat 130.000 ton bernama 2012 DA14 mendekat ke bumi hingga sejarak 27.000 kilometer. Ini lebih dekat dari kebanyakan satelit di orbit.
Foto: NASA/Science dpa
Lebih Aman
Badan antariksa Eropa (ESA) membangun sistem peringatan dini meteorit di Frascati Italia. Data dari teleskop seperti di Teneriffa (foto) akan dicatat di sana.
Foto: IQOQI Vienna
9 foto1 | 9
Disebutkannya, Rosetta selama misinya telah mengirim data dalam jumlah luar biasa yang diibaratkan peti harta karun yang harus dibongkar isinya. Wahana riset antariksa itu mendeteksi eksistensi komponen organik kunci kehidupan di permukaan komet. "Bisa jadi inilah komponen organik yang jatuh ke Bumi dan memungkinkan munculnya kehidupan di planet kita", tambah Taylor. Juga Rosetta membuktikan bahwa air di bumi asal usulnya bukanlah dari komet.
Air di Bumi Berasal dari Asteroid
Data yang dikirim wahana peneliti Rosetta dari komet Churyumov-Gerasimenko mengindikasikan, air di Bumi kemungkinan besar berasal dari asteroid. Bukan dari komet seperti dugaan selama ini.
Foto: DLR
Asteroid Pembawa Air ke Bumi
Air di Bumi diduga keras berasal dari asteroid yang jatuh ke permukaan Bumi sekitar 4 milyar tahun lalu. Peneliti Eropa menyatakan, dugaan semula bahwa air di bumi berasal dari komet terbukti salah. Air dari komet umurnya jauh lebih tua dan lebih berat ketimbang air yang eksis saat ini. Sementara kandungan isotop hidrogen pada air di asteroid mirip dengan levelnya pada air bumi saat ini.
Foto: picture alliance/dpa
Data dari Philae dan Rosetta
Indikasi bahwa air di Bumi berasal dari asteroid bukannya dari komet dikirimkan wahana peneliti antariksa Rosetta dan robot pendarat Philae yang berhasil didaratkan di permukaan komet Churyumov-Gerasimenko. Komet terbentuk di awal kelahiran tata surya, sementara asteroid terbentuk jauh setelah itu. Air di bumi diketahui berasal dari zaman yang lebih muda dari umur tata surya.
Foto: ESA via Getty Images
Air Purba Masih Tersembunyi
Para pakar astrofisika Eropa memperkirakan, volume air yang dibawa asteroid saat menghujani bumi yang masih muda, jauh lebih banyak ketimbang volume air yang kasat mata saat ini. Diduga, sebagian air purba itu masih tersedimen di dalam lapisan batuan atau di es abadi kedua kutub bumi.
Foto: picture-alliance/dpa
Elang Laut Memburu Air di Asteoid
Untuk makin menegaskan indikasi, bahwa asteroid adalah pembawa air yang memicu kehidupan di Bumi, badan antariksa Jepang meluncurkan wahana penelitian Hayabusa2 atau Elang Laut yang dilengkapi pendarat asteroid MASCOT (Mobile Asteroid Surface Scout) tanggal 30 November 2014 dari Tanegashima Space Centre. Program penerbangan ke asteroid bernama 1999 JU3 akan memakan waktu hingga 4 tahun.
Foto: Akihiro Ikeshita
Kapsul Riset Permukaan Asteroid
Kapsul pendarat MASCOT dilengkapi empat instrumen untuk meneliti permukaan asteroid. Robot pendarat akan mengukur temperatur dan medan magnet asteroid, menganalisa komposisi material serta melacak kandungan mineral dan komponen lain yang terkandung di permukaan asteroid. Sebuah kamera khusus akan mengambil gambar kontur dan bentuk permukaan benda langit itu.
Foto: DLR
Instrumen Riset Presisi Tinggi
Para insinyur dan peneliti di pusat antariksa Jerman-DLR mengecek tahap akhir semua perlengkapan MASCOT berupa instrumen penelitian canggih dengan presisi tinggi menjelang peluncuran ke asteroid. Sebuah kapsul lain akan membawa sampel batuan dari asteroid kembali ke bumi.
Foto: DLR
Asteroid Yang Mengandung Air
Sejumlah asteroid menunjukkan indikasi adanya air. Seperti ilustrasi asteroid 24 Themis yang terbentuk akibat tabrakan dua benda langit sekitar dua milyar tahun lalu. Kebanyakan asteroid bersifat statis tapi sejumlah lainnya memiliki ekor seperti komet yang berasal dari sublimasi air dalam bentuk es pada permukaaannya.
Foto: picture-alliance/dpa
Asteroid Dekat Bumi
Kelompok asteroid dekat bumi termasuk 1999 JU3 yang akan diteliti Hayabusa2 terbentuk sekitar empat milyar tahun lalu dari debu dan gas di dalam tata surya. Obyek kosmis ini terjebak diantara orbit Yupiter dan Mars dan kemudian membentuk sabuk asteroid di wilayah langit tersebut. Dengan meneliti asteroid diharapkan bisa dilacak asal-usul air dan kehidupan di bumi.
Foto: NASA/JPL/JHUAPL
Komet Bisa Memicu Kehidupan
Walau diduga air di bumi berasal dari asteroid, komet yang merupakan benda langit purba seumur tata surya, diduga juga memiliki kontribusi besar bagi munculnya kehidupan di bumi. Komet kaya kandungan unsur karbon yang bersama hidrogen dan oksigen bisa membentuk senyawa organik yang esensial bagi munculnya kehidupan.