Pertemuan bersejarah wahana penjelajah ruang angkasa Rosetta dengan komet, mencapai klimaksnya hari Rabu (06/08), demikian dinyatakan Badan Antariksa Eropa ESA.
Iklan
"Kita berada di komet," kata manajer operasi penerbangan Rosetta, Sylvain Lodiot, dalam webcast dari ruang kontrol misi tersebut di Darmstadt, Jerman. Ini adalah pertama kalinya sebuah wahana luar angkasa memasuki orbit yang mengelilingi sebuah komet.
Pertemuan Rosetta dengan komet 67P/Churyumov-Gerasimenko dikonfirmasi pada pukul 09.29 GMT, pada jarak 400 juta km dari Bumi, demikian menurut sinyal yang diterima di stasiun bumi.
Batuan Antariksa
Dengan memahami komposisi material penyusun bantuan antariksa, seperti komet, para peneliti berupaya memahami lebih banyak asal usul terbentuknya Bumi.
Foto: Reuters
Debu dan Gas
Bukan hanya partikel debu dari komet yang bisa jatuh ke bumi, tapi juga kometnya itu sendiri bisa menabrak bumi. Para ilmuwan menduga, komet merupakan material sisa dari pembentukan planet. Komposisinya bisa memberikan informasi mengenai awal pembentukan Tata Surya.
Foto: AP
Komet dan Bintang Berekor
Komet terdiri dari awan gas dan ekor panjang yang terdiri dari gas, batuan serta partikel debu. Jika ekor yang terdiri dari partikel dan batuan memasuki atmosfir bumi, gesekan memanaskannya hingga 3000 derajat Celsius. Inilah yang disebut sebagai bintang berekor.
Foto: picture-alliance/dpa
Hujan Komet
Jika komet melintas amat dekat ke bumi, sejumlah partikel bercahaya akan jatuh ke bumi layaknya hujan. Yang paling terkenal adalah hujan komet Perseid dan Leonidas. Setiap kali, hujan komet menjadi fenomena langit yang spektakuler.
Foto: AP
Meteorit
Debu komet yang jatuh ke bumi biasanya habis terbakar di atmosfir. Tapi pecahan yang lebih besar dari luar angkasa bisa tersisa dan jatuh ke permukaan bumi. Inilah meteorit. Kebanyakan ukurannya kecil dan tidak berbahaya. Jika cukup besar, bisa menimbulkan kerusakan hebat, seperti misalnya kawah meteorit Barringer di Arizona, AS dengan diameter 1000 meter.
Foto: cc-by/LarryBloom
Meteorit Raksasa
Meteorit raksasa yang jatuh 65 juta tahun lalu di semenanjung Yucatan, menimbulkan kawah Chicxulub yang berdiameter 300 km. Para ilmuwan memperkirakan tumbukan metorit ini memicu musnahnya dinosaurus.
Foto: NASA/Don Davis
Batu Hitam
Meteorit mirip dengan batuan bumi. Tapi kenampakannya seperti terbakar. Bopeng-bopeng ini tercipta saat meteorit memasuki atmosfir bumi dan permukaannya meleleh akibat gesekan yang menimbulkan suhu amat panas.
Foto: picture-alliance/ dpa/dpaweb
Pecahan Besar
Asteroid dalam jumlah amat banyak juga beterbangan di luar angkasa. Ukurannya ada yang lebih besar dari komet, dengan diameter hingga beberapa kilometer.
Foto: picture-alliance/ dpa
Mendekat ke Bumi
Februari 2013 asteroid seberat 130.000 ton bernama 2012 DA14 mendekat ke bumi hingga sejarak 27.000 kilometer. Ini lebih dekat dari kebanyakan satelit di orbit.
Foto: NASA/Science dpa
Lebih Aman
Badan antariksa Eropa (ESA) membangun sistem peringatan dini meteorit di Frascati Italia. Data dari teleskop seperti di Teneriffa (foto) akan dicatat di sana.
Foto: IQOQI Vienna
9 foto1 | 9
Direktur ESA Jean-Jacques Dordain memuji prestasi tersebut sebagai buah keberhasilan selama 20 tahun misi ini dilakukan. Mulai dari merancang misi, membangun dan meluncurkan pesawat ruang angkasa seberat tiga ton dan mengarahkannya ke target sasaran.
"Hal itu membuat tahun 2014 sebagai tahun Rosetta," katanya. "Rosetta adalah misi yang unik dengan tujuan ilmiah," kata Dordain. "Memahami asal usul kita tentu cara terbaik untuk memahami masa depan kita."
Melalui proses hibernasi
Diluncurkan ke ruang angkasa Maret 2004, roket penyelidik Philae dan pesawat Rosetta mempelajari komet 67P/Churyumov–Gerasimenko, misi paling ambisius yang pernah dilakukan ESA.
Sebelum kontak dengan komet dapat dilakukan, roket penyelidik Philae harus melalui proses reaktivasi secara bertahap. Dalam 30 bulan terakhir Philae dan Rosetta ‘tidur' untuk menghemat energi.
Apabila semuanya berjalan lancar, mulai November mendatang Philae akan menghabiskan 4-6 bulan di permukaan komet untuk mempelajari komposisi materinya. Sementara Rosetta telah berhasil dibangunkan bulan Januari lalu.
Es dan debu kuno
Komet ini diyakini oleh para astrofisikawan sebagai es dan debu kuno yang tersisa dari susunan tata surya sekitar 4,6 miliar tahun yang lalu.
Puing-puing kosmik ini adalah material tertua di lingkungan bintang kita. Memahami identitas kimiawi dan komposisi fisikanya akan memberikan wawasan mengenai bagaimana planet-planet bergabung, setelah semburan matahari.