Rudy Kurniawan, Pemalsu Wine Mahal Dideportasi ke Indonesia
14 April 2021
Pelaku kejahatan pemalsuan minuman anggur Rudy Kurniawan telah dideportasi ke Indonesia sejak pekan lalu. Demikian dikatakan Badan Imigrasi Amerika Serikat.
Iklan
Bea Cukai dan Penegakan Imigrasi AS menyatakan Rudy Kurniawan, 44, telah dideportasi pada pekan lalu menggunakan penerbangan komersial dari Bandara Internasional Dallas / Fort Worth ke Jakarta.
Rudy pertama kali bertolak ke Amerika Serikat menggunakan visa pelajar pada tahun 1990-an. Rudy sempat gagal mencari suaka politik dan diperintahkan untuk angkat kaki dari Amerika secara sukarela pada tahun 2003, tetapi dia memilih menetap di AS secara ilegal, kata pihak berwenang.
Rudy yang diduga memiliki nama asli Zen Wang Huang, diketahui berasal dari keluarga kaya raya yang menjalankan usaha distribusi bir di Indonesia.
Gelar Negatif untuk Produk Palsu
Dalam perang melawan pembajakan, aosisasi anti pembajakan Action Plagiarius menghibahkan gelar negatif ke-38 kepada pengusaha yang melakukan aksi pembajakan produk.
Foto: Aktion Plagiarius e.V.
Penghargaan memalukan
Di Frankfurt, Jerman, Plagiarius ‘menghibahkan‘ gelar negatif bagi produk bajakan. Tujuan pemberian penghargaan secara ironis dari asosiasi Plagiarius ini dimaksudkan untuk membangun kesadaran publik, agar mau memerangi aksi pemalsuan produk. Ada tiga produk yang meraih penghargaan ini.
Foto: picture-alliance/dpa
Juara tiruan tak kira-kira
Hadiah pertama 'dihibahkan' juri Plagiarius bagi perusahaan ekspor-impor Shenzhen, Cina. Perusahaan ini bukan hanya meniru perangkat gelombang kejut radial "ZWave" buatan Zimmer MedizinSysteme, yang terletak di Neu-Ulm, Jerman, tetapi website-nya pun dibuat mirip.
Foto: Aktion Plagiarius e.V.
Juara dua meniru produk kualitas tinggi
Peringkat kedua gelar negatif bagi produk bajakan jatuh ke produk jiplakan pembersih bertekanan tinggi buatan perusahaan Cina Wenzhou Haibao. Di tahun 1990-an produk Kärcher ini terkenal berkualitas tinggi, sementara barang palsunya tak menarik. Namun kini imitasinya yang diproduksi secara amatir sudah beranjak ke industri profesional.
Foto: Aktion Plagiarius e.V.
Juara tiga peniru dari Jerman
Peniruan produk bukan hanya ditemukan di Asia. ‘Magic-Click’ -- yang biasanya dipakai sebagai alat pel yang praktis—pertama-tama didsitribusikan perusahaan Sprintus, selatan Jerman, Weissach. Produknya kini ditiru model yang didistribusikan Otto Oehme GmbH.
Foto: Aktion Plagiarius e.V.
Plagiat dari seluruh dunia
Distributor Italia DIAL pun tak lepas dari aksi plagiarime. Tas belanja "easyshoppingbag" awalnya diciptakan oleh perusahaan Jerman Reisenthel Accessoires. Di antara sepuluh negara asal plagiarisme, termasuk di antaranya Uni Emirat Arab (8%), Turki dan banyak negara Eropa Timur.
Foto: Aktion Plagiarius e.V.
Cina juara bajakan
Republik Rakyat Cina pada tahun 2012 tercatat sebagai produsen terbesar plagiarisme. Sekitar 72 persen dari barang yang disita oleh bea cukai berasal dari Cina dan Hong Kong. Seperti mainan eksavator ini, pencipta aslinya adalah Bruder-Spielwaren GmbH dari Fürth, Bayern.
Foto: Aktion Plagiarius e.V.
Penjahat kambuhan
Sejak 2012 pihak pabean Uni Eropa telah menyita hampir 40 juta produk yang diduga menyebabkan kerugian sekitar satu miliar euro. Seringkali pemalsunya adalah penjahat kambuhan - seperti perusahaan Cina, JRS --yang pada tahun 2013 ‚dianugerahi‘ gelar negatif oleh Plagiarius untuk produk palsunya. Sekarang, perusahaan ini diberi julukan khusus oleh Plagiarius sebagai "penjahat kambuhan".
Foto: Aktion Plagiarius e.V.
Gelar khusus bagi pemalsu
Produk yang dipalsukan terutama barang konsumsi, ujar Kerstin Karotke-Preuss, yang bertanggung jawab antara lain untuk bidang pencegahan pembajakan produk di Pameran Frankfurt, di mana ajang penghargaan gelar negatif Plagiarius diberikan. Ini termasuk, misalnya, pisau saku Victorinox, yang ditemukan produk palsunya di internet dan diberi gelar negatif khusus oleh juri.
Foto: Aktion Plagiarius e.V.
Pemalsuan yang membahayakan konsumen
Pemalsuan produk bisa jadi amat berbahaya, ujar Kerstin Karotke-Preuss, jika produknya ditujukan untuk memenuhi fungsi penting, tetapi barang palsunya tidak beroperasi seperti aslinya. Juri menunjukkan alat pengukur tekanan darah perusahaan Wika, Jerman, yang telah ditiru perusahaan Cina. Barang palsunya ini tidak memenuhi uji kelayakan.
Foto: Aktion Plagiarius e.V.
9 foto1 | 9
Pemalsuan minuman anggur langka
Jaksa penuntut umum di Pengadilan New York mengatakan bahwa Rudy menghasilkan jutaan dolar AS dari tahun 2004 hingga 2012 dengan memalsukan ribuan minuman anggur (wine) di rumahnya di pinggiran Los Angeles, Arcadia.
Miliarder dan investor anggur William Koch menjadi korban penipuan Rudy. Koch membayar $ 2,1 juta (Rp 30,6 miliar) untuk 219 botol anggur palsu.
Seorang pakar minuman anggur bersaksi bahwa 19.000 label botol anggur palsu yang mewakili 27 merk anggur terbaik dunia ditemukan di kediaman Rudy. Pada tahun 2012, FBI menggerebek rumah Rudy dan menyita ratusan botol, gabus (tutup botol), dan perangko.
Perjalanan kasus Rudy Kurniawan ditampilkan ke dalam film dokumenter Netflix tahun 2016 dengan judul "Sour Grapes".
Iklan
Sepak terjang Rudy Kurniawan
Rudy membangun reputasinya sebagai pembeli dan penjual anggur langka dan meraup puluhan juta dolar di acara lelang anggur. Kolektor lain menjulukinya "Dr. Conti” karena kecintaannya pada anggur Burgundy, Domaine de la Romanée-Conti.
Dalam sebuah acara lelang tahun 2006, Rudy berhasil menjual anggur senilai $ 24,7 juta (Rp 360,7 miliar). Namun, perlahan skema pemalsuan minuman anggur tersebut mulai terurai setelah beberapa minuman anggur yang dia ajukan untuk dilelang ternyata palsu.
Pada tahun 2007, rumah lelang Christie di Los Angeles menarik barang kiriman Rudy setelah perusahaan produsen wine mengatakan botol-botol itu palsu. Kemudian pada tahun 2008, 22 lot anggur Domaine Ponsot senilai lebih dari $ 600.000 (Rp 8,7 miliar) ditarik dari penjualan karena keasliannya diragukan.
Satu botol Domaine Ponsot yang coba dijual Rudy di pelelangan tahun 2008 diklaim dibuat pada 1929. Namun, pencipta minuman anggur yang asli menegaskan tidak melakukan produksi hingga tahun 1934.
Secara keseluruhan, Rudy kemungkinan telah menjual sebanyak 12.000 botol wine palsu. Jaksa penuntut mengatakan uang hasil penipuan itu digunakan untuk memenuhi gaya hidup mewahnya di pinggiran kota Los Angeles, termasuk pembelian Lamborghini dan mobil mewah lainnya hingga pakaian dari desainer terbaik.
Setelah itu pemerintah menyita seluruh aset Rudy Kurniawan. Pada akhir sidang, Rudy juga diharuskan membayar $ 28,4 juta (Rp 414,8 miliar) sebagai restitusi kepada tujuh korban dan kehilangan properti senilai $ 20 juta (Rp 292 miliar).