Korban Holocaust Protes "Netralisasi" Rumah Kelahiran Hitler
16 Juni 2020
Ketika berbagai patung dan tugu menjadi sasaran saat protes gelombang aksi menentang rasisme dan kebrutalan polisi, keputusan Austria menjadikan rumah kelahiran Hitler sebagai kantor polisi jadi sorotan.
Iklan
Rumah sudut berwarna kuning di kota kecil Braunau di Austria, dekat perbatasan dengan Jerman, bukan rumah sembarangan. Inilah rumah di mana Adolf Hitler dilahirkan pada 20 April 1889. Setelah sengketa bertahun-tahun dengan pemilik gedung, pemerintah Austria akhirnya berhasil ''memiliki" gedung itu.
Pada awal Juni, pemerintah Austria mempresentasikan hasil lomba arsitektur untuk mengubah rumah itu menjadi sebuah kantor polisi, dengan harapan bisa "menetralkan" ruang kelahiran Hitler dan memastikan tempat itu tidak jadi magnet untuk pendukung neo-Nazi. Lomba arsitektur untuk memodifikasi bangunan itu dimenangkan biro arsitektur Austria, Marte.Marte, yang dikelola oleh dua bersaudara.
Namun ketika gelombang aksi unjuk rasa memrotes terbunuhnya George Floyd di Amerika Serikat berkembang menjadi aksi menentang rasisme dan kebrutalan aparat negara, keputusan ''netralisasi" Austria diprotes oleh kalangan keluarga korban dan penyintas Holocaust. Mereka mengatakan, seharusnya gedung itu tetap menjadi peringatan, dan peluang bagi Austria menghadapi masa lalunya dengan lebih terbuka.
Tugu Peringatan akan dipindahkan
Kritik makin lantang, karena pemerintah juga berencana memindahkan sebuah tembok peringatan dari lokasi itu ke museum. Tembok di depan rumah kelahiran Hitler itu bertuliskan: Demi Kebebasan dan Demokrasi, Jangan Pernah Lagi Fasisme, Jutaan (Korban) Tewas Mengingatkan.
Monumen batu itu sekarang akan dipindahkan ke sebuah museum di Wina, kata pejabat Kementerian Dalam Negeri Austria, Hermann Feiner. "Netralisasi seluruh lokasi ini pada akhirnya menjadi jantung dari hasil ini," kata Hermann Feiner dan menambahkan, netralisasi juga berarti perombakan arsitektur dan penggunaan baru untuk bangunan.
Memang banyak juga pendukung neo-Nazi yang mengunjungi kota Braunau untuk berfoto di depan rumah tersebut, kata warga setempat kepada kantor berita Jerman, DPA . Karena itu, Menteri Dalam Negeri Austria Wolfgang Peschorn tahun lalu mengatakan, alih fungsi menjadi kantor polisi juga untuk mencegah rumah kelahiran Hitler itu dijadikan simbol untuk mengenang kejayaan Nazi.
Monumen yang Diturunkan Pengunjuk Rasa Black Lives Matter
Aksi unjuk rasa meminta hak dan keadilan terkait kasus George Floyd serta gerakan Black Lives Matter kian memanas. Beberapa patung sejarawan terkait perdagangan budak di beberapa negara diturunkan oleh pengunjuk rasa.
Foto: picture-alliance/NurPhoto/G. Spadafora
Edward Colston: pedagang budak dan filantropis
Kontroversi mengenai patung Edward Colston di Bristol sudah menjadi perbincangan bertahun-tahun. Pada 7 Juni, para demonstran merobohkan patung dan melemparkannya ke dalam air. Colston bekerja untuk Royal African Society. Diperkirakan 84.000 orang Afrika diangkut untuk perbudakan; 19.000 dari mereka tewas di perjalanan. Tapi dia diperingati karena dermawan dan menyumbang untuk amal.
Foto: picture-alliance/NurPhoto/G. Spadafora
Robert Baden-Powell: Pelopor Pramuka
Aktivis menuduh Robert Baden-Powell, pendiri gerakan Pramuka, bersikap rasis, homofobia, dan mengagumi Adolf Hitler. Patungnya berdiri di Pulau Brownsea di Inggris Selatan. Pemerintah setempat kini memutuskan untuk memindahkan patung Baden-Powell sebagai tindakan pencegahan perusakan.
Foto: picture-alliance/dpa/A. Matthews
Raja Leopold II: Raja era kolonial Belgia
Patung Raja Leopold II di Belgia, yang memerintah negara itu dari tahun 1865 hingga 1909 dan mendirikan rezim kolonial yang brutal di Kongo. Dua dianggap sebagai salah satu pemimpin yang paling kejam dalam sejarah. Para pengunjuk rasa memolesi beberapa patungnya dengan cat. Pihak berwenang memindahkan patung di pinggiran kota Antwerpen, Ekeren, dan memasukan patung tersebut ke gudang museum.
Foto: Reuters/ATV
Christopher Columbus: dihormati dan dicemooh
Di AS juga banyak monumen yang didedikasikan untuk tokoh-tokoh sejarah yang kontroversial. Pengunjuk rasa telah menargetkan Christopher Columbus. Sebuah patung di Boston dipenggal (foto). Kelompok-kelompok pribumi Amerika Utara menolak pemujaan terhadap Columbus karena dianggap merintis penjajahan benua dan genosida penduduk asli.
Foto: Reuters/B. Snyder
Columbus di Amerika Latin: sudut pandang yang berbeda
Beberapa orang melihat Columbus sebagai salah satu tokoh paling penting dalam sejarah dunia, tetapi bagi banyak orang di Amerika Latin, nama itu berarti awal dari era yang menyakitkan. Dari perspektif penduduk pribumi, kolonialisme Spanyol adalah bab gelap dalam sejarah mereka. Di Amerika Selatan, patung-patung Columbus telah dihancurkan atau dirusak di masa lalu.
Foto: picture-alliance/dpa/B. Boensch
Jefferson Davis: Presiden perang saudara
Jefferson Davis adalah Presiden Negara Konfederasi Amerika, salah satu pemimpin dalam Perang Saudara abad ke-19 di AS. Para pengunjuk rasa menggulingkan dan mengecat patungnyadi Richmond, Virginia. Ketua DPR AS Nancy Pelosi mendesak agar patung-patung Konfederasi dipindahkan karena itu adalah monumen bagi para pria "yang mendukung kekejaman dan kebiadaban".
Foto: Getty Images/C. Somodevilla
Robert E. Lee: seorang tokoh pemecah belah
Patung Konfederasi lain di Richmond, Jenderal Robert E. Lee, akan diturunkan. Gubernur Ralph Northam telah memberi perintah untuk merobohkan monumen itu. Banyak warga Afrika-Amerika menganggap patung-patung politisi dan tentara Konfederasi sebagai simbol penindasan dan perbudakan.
Foto: picture-alliance/AP Photo/S. Helber
Nelson Mandela: seorang revolusioner anti apartheid
Presiden pertama Afrika Selatan Nelson Mandela punya berperan penting dalam memberantas rasisme terhadap warga kulit hitam. Patungnya di Inggris ini dipasangkan plakat "Black Lives Matter" oleh para pengunjuk rasa. (fs/hp)
Foto: AFP/J. Tallis
8 foto1 | 8
Austria: Kami korban Hitler
Rancangan desain baru dari matre.matre menunjukkan fasad dan atap baru, dengan lantai dasar yang sebagian besar tidak berubah. Renovasi itu rencananya rampung awal 2023 dengan biaya sampai 5 juta euro.
Austria sejak lama membantah turut bertanggung jawab atas munculnya Nazisme di Jerman, menggambarkan dirinya sebagai korban Hitler atas pencaplokan Austria tahun 1938, meskipun banyak warga Austria yang pada saat itu juga dengan antusias mendukung langkah "penggabungan Austria ke Jerman”.
Dia Austria sendiri hanya ada relatif sedikit peringatan tentang era kekuasaan Nazi dan pembasmian warga Yahudi.