Perbaikan sarana kesehatan di Palestina adalah masalah yang sangat mendesak. Tahun 2016, rumah sakit baru yang pertama dibangun dalam 10 tahun terakhir mulai beroperasi. Dananya sumbangan masyarakat Indonesia.
Iklan
Setelah bertahun-tahun pembangunan, dan terus-menerus tertunda akibat pertempuran di kawasan perbatasan, Rumah Sakit Indonesia di Jalur Gaza akhirya resmi beroperasi 27 Desember 2015. Sejak itu, setiap hari lebih dari 250 pasien bisa dirawat.
Dibangun di sebuah puncak bukit di luar Jabalya, kamp pengungsi terbesar di Gaza, Rumah Sakit Indonesia mulai beroperasi dan bisa melayani 300.000 penduduk yang tinggal di kawasan yang sering dilanda konflik itu.
Serangan-serangan udara dari Israel sudah menewaskan 2.100 orang di Jalur Gaza, sejak 2014. Sebagian besar korban adalah warga sipil, kata seroang pejabat Palestina. Sementara pihak Israel menyebut jumlah yang tewas adalah 67 tentara dan enam warga sipil.
Gaza: Hidup dalam Ketakutan
Timur Tengah terus berkecamuk. .Anak-anak tak berdosa hidup dalam ketakutan dan rasa tak aman. Wajah mereka mencari kedamaian.
Foto: picture alliance/AA
Dirawat di ambulans
Remaja pria ini terluka akibat konflik dan dirawat di sebuah ambulans. Ia mendapatkan izin melintas di Rafah untuk bertolak menuju ke Mesir...mencari rasa aman.
Foto: Said Khatib/AFP/Getty Images
Melepas penat
Anak-anak Palestina ini tidur-tiduran di lantai sekolah Perserikatan bangsa-bangsa, setelah dievakuasi dari rumah mereka yang terletak di perbatasan Gaza City.
Foto: Mahmud Hams/AFP/Getty Images
Menanti harapan
Anak-anak Palestina ini duduk-duduk beristirahat di sekolah Perserikatan bangsa-bangsa, setelah dievakuasi dari rumah mereka yang terletak di perbatasan Gaza City.
Foto: Mahmud Hams/AFP/Getty Images
Ragu dan takut
Seorang bocah Palestina memegang erat ayahnya, memandang ke arah rumah pemimpin tokoh Politik Hamas Mahmoud Zahar yang dikatakan poliis sebagai target serangan udara Israel di Gaza
Foto: Reuters
Meratap
Anak-anak perempuan ini meratap pilu saat berlangsungnya penguburan sang paman, Adham Abed el-Al, yang tewas sehari sebelum penyerbuan udara di Gaza City.
Foto: Mahmud Hams/AFP/Getty Images
Dari penampungan ke penampungan
Anak-anak Palestina ini beristirahat di sekolah PBB setelah dievakuasi dari rumah mereka yang terletak di kamp penampungan pengungsi di Jabaliya, Jalur Gaza.
Foto: Mahmud Hams/AFP/Getty Images
Menatap cemas
Gadis cilik Palestina ini menatap ke langit, memperhatikan pesawat tak berawak Israel melintas di atas rumahnya Gaza City
Foto: Thomas Coex/AFP/Getty Images
Mereka yang meninggal dunia
Serangan udara militer Israel menewaskan anak-anak Palestina yang tengah berada di pantai di Gaza City, 16 Juli, 2014 .
Foto: picture alliance/AA
Bermain dalam bunker
Anak-anak perempuan Israel ini menghabiskan waktunya di sebuah bunker di Ashkelon.
Foto: Getty Images
Melamun
Bocah Israel ini tampak melamun di sebuah bunker kota Ashkelon. Perang atau konflik, selalu menimbulkan korban. Anak-anak tak bisa berkegiatan normal.
Foto: Getty Images
10 foto1 | 10
Pembangunan Rumah Sakit Indonesia menghabiskan dana sekitar 9 juta dolar AS. Kapasitasnya, 110 tempat tidur, jauh lebih besar daripada rumah sakit lokal yang tua dan yang hanya punya 62 tempat tidur, kata Muaeen al-Masri, bagian hubungan masyarakat.
Gaza yang berpenduduk sekitar hampir 2 juta orang hanya punya sekitar 30 rumah sakit dan klinik, yang menyediakan rata-rata 1,3 tempat tidur untuk setiap 1.000 orang, menurut data Bank Dunia. Sebagai perbandingan, Israel memiliki rata-rata 3,3 tempat tidur per 1.000 tempat tidur, artinya tiga kali lebih banyak.
Ashraf al-Qidra, juru bicara Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan, Gaza masih kekurangan tenaga dokter, terutama spesialis dan ahli bedah. Pasien dengan penyakit serius sampai saat ini terpaksa pergi ke Israel atau Mesir untuk mendapatkan perawatan dari spesialis.
Gaza: Mereka Kehilangan Tempat Bernaung
Perang yang berkecamuk memaksa puluhan ribu orang mengungsi di Jalur Gaza. Badan-badan bantuan PBB tidak memiliki sumber daya untuk mengatasi banjirnya pengungsi.
Foto: Reuters
Terus berlari
Perang memakan korban jiwa dan material. Serangan militer Israel di Jalur Gaza menyebabkan orang-orang kehilangan rumah mereka. Kemana mereka harus berlindung?
Foto: AFP/Getty Images
Mengutamakan anak-anak
Perang selalu berujung pada jatuhnya korban. Perang di Gaza memaksa orang-orang melarikan diri. Mereka mencari keselamatan. Seorang warga Palestina membopong anak-anakmya di dekat sebuah pasar di Shejaia.
Foto: Reuters
Menatap kehancuran
Dengan menaiki gerobak, warga di Bet Lahiya utara Jalur Gaza meninggalkan rumah-rumah mereka. Mereka menyeberangi perbatasan Gaza dengan melewati dua terowongan utama.
Foto: Reuters
Perempuan dan anak-anak
Perempuan dan anak-anak menyelamatkan diri. Dengan menggunakan kendaraan, para warga Palestina terpaksa meninggalkan kampung halaman mereka, guna menghindari serangan massif.
Foto: Reuters
Rumah luluh lantak
Warga Palestina di distrik Shejaia ini berduka melihat kehancuran rumah-rumah mereka. Tak ada tempat lagi untuk bernaung. Jenazah para korban seakan berserakan di jalanan, sementara rumah sakit disesaki oleh korban yang mengalami luka-luka.
Foto: Reuters
Di tengah situasi mengerikan
Warga Palestina meninggalkan rumah mereka di timur distrik Shejaia, setelah serangan Israel menyebabkan jatuhnya korban jiwa di jalan-jalan.
Foto: M.Abed/AFP/Getty Images
Peringatan polisi
Keluarga-keluarga Palestina ini melarikan diri, setelah mendapat peringatan dari polisi, akan adanya serangan Israel di Gaza.
Foto: Reuters
Menara mesjid yang hancur
Warga Palestina berhimpun di dekat sebuah menara mesjid yang hancur. Polisi mengatakan menara mesjid di Gaza City itu rusak akibat serangan udara Israel.
Foto: Reuters
Kamp penampungan pun rusak
Sekolah PBB ini tadinya dimanfaatkan untuk menampung para pengungsi yang kehilangan tempat tinggal. Namun kini, sekolah PBB di Jebaliya di utara Jalur Gaza ini rusak berat akibat serangan Israel 30 Juli 2014.
Foto: Reuters
9 foto1 | 9
Selama ini, Israel hanya mengijinkan pasien yang dalam kondisi kritis untuk melewati perbatasan ke Mesir. Sebagian besar wilayah Gaza masih menjadi kawasan tertutup, dan banyak pasien terancam meninggal karena tidak bisa dirawat, kata Qidra.
Rumah sakit terbesar di wilayah itu adalah Shifa, terletak di pusat Kota Gaza, dengan kapasitas 750 tempat tidur. Rumah sakit itu begitu sering dibanjiri dengan pasien, sehingga kekurangan obat, peralatan dan personal.
"Ini akan memberi kontribusi besar bagi pelayanan dan situasi kesehatan di Gaza," kata Qidra tentang pembukaan Rumah Sakit Indonesia dekat Jabalya.
Bangunan dua lantai itu dilengkapi dengan berbagai peralatan modern dan memberi memberi pelayanan rawat jalan. Ada departemen bedah umum, ortopedi dan spesialis penyakit pencernaan.
Kementerian Kesehatan Gaza baru memiliki empat unit scanner digital CT, tetapi perangkatnya sudah tua dan ada banyak masalah teknis beberapa tahun terakhir. Ada juga klinik-klinik swasta d Gaza, namun biayanya mahal dan tidak terjangkau oleh kebanyakan penduduk.
Terowongan Bawah Tanah Gaza
Israel bersikeras untuk menghancurkan jaringan terowongan bawah tanah. Tapi terowongan ini punya banyak fungsi, tidak hanya digunakan oleh kelompok miltan.
Foto: picture alliance/landov
Jalur penyeludupan
Warga Palestina melihat terowongan bawah tanah sebagai infrastruktur penyaluran barang, Israel menganggapnya sebagai jalur penyelundupan senjata. Ratusan, bahkan mungkin ribuan terowongan, dibangun menghubungkan Jalur Gaza yang diblokade dengan dunia luar. Bahkan ternak pun sering diselundupkan lewat terowongan ini.
Foto: Getty Images
Pembangunan yang menguras tenaga
Terowongan bawah tanah ini dibangun dengan tangan dan peralatan sangat sederhana. Sebagai penyangga dipakai kayu, di terowongan yang besar digunakan juga penyangga beton. Bagi anak muda Palestina, pembangunan terowongan adalah salah satu kemungkinan untuk bekerja dan mendapat upah.
Foto: Getty Images
Jalan masuk tersembunyi
Jalan masuk ke terowongan sering berada di dalam rumah, sehingga tidak terlihat dari luar. Untuk memakai terowongan biasanya dipungut bayaran. Pemilik rumah mendapat bagian dari "bea masuk" ini.
Foto: Getty Images
Jalur logistik
Banyak warga Palestina menggunakan terowongan untuk menyelundupkan bahan bangunan seperti semen dan batu untuk pembangunan rumah. Juga kebutuhan sehari-hari seperti makanan dan pakaian dibawa lewat jaringan bawah tanah ini. Tapi terowongan juga sering digunakan kelompok militan bersenjata.
Foto: DW/T. Krämer
Sistem yang berfungsi sejak lama
Sistem terowongan di Jalur Gaza sudah ada sejak lebih 30 tahun. Beberapa bagian terowongan dilengkapi dengan jaringan listrik dan telepon. Dalam situasi darurat, terowongan ini juga bisa digunakan sebagai tempat perlindungan dan persembunyian.
Foto: Getty Images
Mesir menghancurkan terowongan
Tidak hanya Israel, melainkan juga Mesir menghancurkan terowongan bawah tanah. Karena di Sinai beberapa kali terjadi serangan gelap terhadap pasukan Mesir. Militer Mesir menuduh kelompok militan Hamas melakukan serangan itu.
Foto: DW/S.Al Farra
Berdinding beton
Beberapa terowongan menuju wilayah Israel dibangun dengan dinding beton. Terowongan ini digunakan kelompok militan untuk melakukan serangan ke Israel. Tahun 2013, Menteri Pertahanan Moshe Yaalon meninjau salah satu terowongan yang ditemukan tentara Israel di wilayahnya.
Foto: picture-alliance/dpa
Operasi militer untuk hancurkan terowongan
Sejak melancarkan operasi militer awal Juli 2014, militer Israel menyatakan sudah menemukan dan menghancurkan puluhan terowongan. PM Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, operasi militer akan dilanjutkan "sampai jaringan terowongan ini berhasil dihancurkan".
Foto: picture alliance/landov
8 foto1 | 8
Rumah sakit Indonesia di Gaza dibangun di atas areal seluas 1,6 hektar, dan terletak hanya tiga kilometer dari perbatasan ke Israel. Luas bangunan sekitar 10.000 m2. Konstruksi dan pembangunannya melibatkan banyak relawan dari Indonesia. Pembangunan dan pembiayaannya dikoordinasi oleh yayasan Medical Emergency Rescue Committee (MER-C).
"Kami datang ke Gaza tahun 2009, dan kami melihat banyak pasien tidak punya obat, dan kapasitas rumah sakit tidak memadai," kata Edy Wahyudi dari MER-C. Dia mengatakan, dana pembangunannya berasal dari sumbangan perorangan warga Indonesia yang ingin membantu penduduk Gaza.
hp/ml (rtr, MER-C)
Yerusalem dan Masakannya Yang Menyatukan
Timur Tengah kerap didera bentrokan, tetapi warga Yerusalem berasal dari berbagai kebudayaan dan sudah lama hidup berdampingan. Jika mengintip ke dapurnya, tampak paduan dua kebudayaan yang berbaur bersama.
Foto: Daniella Cheslow
Mengaduk Panci
Baik Palestina maupun Israel klaim Yerusalem ibukotanya. Kota itu selalu diwarnai ketegangan. Namun, di dapur-dapurnya berbagai tradisi bertemu. Di restoran Azura di pasar utama Yerusalem Barat, manager Moshe Shrefler mengecek sup kacang di dapurnya yang mungil. Azura adalah tujuan populer pengunjung di bagian pasar yang banyak dikunjungi orang Irak.
Foto: Daniella Cheslow
Makanan Yang Menenangkan
Sajian istimewa restoran Azura adalah sup buntut. Dagingnya dimasak dua hari dalam kuah yang mengandung banyak bumbu dan lada merah. Sup itu hanya dihidangkan tiap Selasa, dan warga Israel membanjiri restoran sebelum sup itu habis.
Foto: Daniella Cheslow
Memasak dengan Lamban
Sup buntut dimasak dua hari di panci besar dari alumunium, sebelum dihidangkan bagi langganan. Menurut manager Azura, Moshe Shrefler restorannya tidak hanya menyajikan makanan asal Irak yang dimasak lezat, melainkan juga bisa membanggakan sajian makanan tradisional Yahudi, yang sama enaknya.
Foto: Daniella Cheslow
Kompor Spesial
Kompor yang berbahanbakar kerosin ini disebut 'ptiliyot' dalam bahasa Ibrani. Ini jadi ciri utama restoran Yahudi tradisional. Di restoran Azura, koki mengatakan, kompor tua itu membuat makanan tambah lezat.
Foto: Daniella Cheslow
Menjunjung Tradisi
Di restoran Kosta di kota tua Yerusalem, pemiliknya Fareed Harroubi menghidangkan daging merpati, yang diisi nasi campur biji pala. Ini spesialitas Palestina, dihidangkan dengan selada merah serta hijau, saus tahini dan hummus.
Foto: Daniella Cheslow
Nama Besar, Dapur Kecil
Fareed Harroubi mengatakan, ia belajar cara mengisi merpati dari seorang koki Yunani. Ia membuat makanan spesialnya, juga daging yang diasap dan dibumbu, dalam dapur kecilnya ini, di restoran di kota tua Yerusalem.
Foto: Daniella Cheslow
Dapur Terbuka
Asaf Granit adalah salah seorang dari tiga koki di restoran Machneyuda. Ia bercerita, ia merencanakan restoran dengan dapur terbuka, jadi pelanggan bisa melihat bagaimana koki memasak. Restoran ini sudah jadi 'tredsetter' di Yerusalem Barat, dan merupakan salah satu yang menghidangkan makanan tidak halal.
Foto: Daniella Cheslow
Segar dari Pasar
Di restoran Machneyuda, yang diberi nama seperti pasar bersejarah di Yerusalem Barat para koki membeli bahan dan dapat inspirasi dari pasar yang berlokasi di dekatnya. Restoran itu dengan bangga menyebut masakannya interpretasi modern atas masakan tradisional. Tampak di sini Ceviche, selada dengan ikan mentah dan strawberry.
Foto: Daniella Cheslow
Gilingan Sehari-Hari
Di restoran Idkedik di kota tua Yerusalem, koki Wafa Ishad Idkedik Walaa menggiling kacang arab dengan tangan untuk membuat hummus. Ia bertutur, ini membuat rasa elbih enak dan harga yang lebih murah. Menurutnya, warga Israel biasanya menggunakan penggiling elektronik.
Foto: Daniella Cheslow
Gerobak Besar, Jalan Sempit
Pasar sayur utama Yerusalem penuh dengan orang yang berbelanja, yang melalui gang-gang sempit, dan pedagang yang meneriakkan harga. Sementara itu, semua orang lewat di dekat gerobak tanpa menyentuh tumpukan kotak sayur kosong yang diangkutnya. Ini juga tempat para koki menemukan bahan masakan setiap pagi.
Foto: Daniella Cheslow
Diperas Segar
Di kota tua Yerusalem, kuliner yang ditawarkan mulai dari makan malam, di mana orang duduk pada meja yang dipenuhi selada, sampai sari delima yang diperas segar, dan disajikan sebagai minuman cepat seperti pada kios makanan kecil Palestina ini.
Foto: Daniella Cheslow
Hidup Bertetangga dari Berbagai Bangsa
Di depan restoran Azura di pasar Machane Yehuda, pria berusia lanjut duduk-duduk di kawasan Irak dan bermain domino serta backgammon, sambil minum kopi hitam kental.