Pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Mrauk U, Rakhine, Myanmar, kini telah memasuki tahap dua. Groundbreaking baru saja dilakukan, dan saat ini juga tengah dilakukan pembangunan rumah dokter, dan perawat.
Iklan
Pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Mrauk U, Rakhine, Myanmar, kini telah memasuki tahap dua. Groundbreaking baru saja dilakukan, dan saat ini sedang dilakukan pembangunan rumah sakit, rumah dokter, dan perawat. Sejak awal pembangunan, tenaga kerja yang diambil merupakan penduduk lokal agar dapat menjembatani perdamaian antara masyarakat Budha dan Muslim.
"Jadi ada pekerja yang beragama Budha, Islam, sehingga proses trust building pada communa level dengan sendirinya bisa mencair. Bisa kuat trust-nya melalui kegiatan-kegiatan ekonomi seperti ini," ungkap Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Retno Marsudi.
Tahap satu sudah selesai dilakukan yaitu penimbunan tanah untuk menghindari banjir tahunan dan pemagaran serta survei air bersih. Retno mengungkapkan, pembangunan rumah sakit itu dilakukan bersama-sama. Bukan hanya pemerintah saja, tetapi juga dengan masyarakat, LSM, dan para donatur.
Kendala dana untuk pembangunan
Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) adalah salah satu penggagas dibangunnya rumah sakit tersebut. "Bentuk bangunan kita rancang untuk tahan terhadap angin kencang yang juga sering melewati daerah tersebut," kata Presidium MER-C, Joserizal Jurnalis. Air tanah yang tidak sehat juga menjadi kendala maka diperlukan survei.
Bantuan Indonesia bagi Rohingya
Rabu 13 September, Indonesia kirim bantuan tahap pertama bagi warga Rohingya yang berada di daerah perbatasan antara Myanmar dan Bangladesh. Bantuan berikutnya akan menyusul pekan-pekan mendatang.
Foto: Biro Pers Setpres
Presiden Lepas Bantuan Kemanusiaan
Presiden Joko Widodo berbicang sejenak tentang masalah pengiriman bantuan yang dibawa oleh pesawat milik Angkatan Udara Indonesia, dari bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, 13 September 2017.
Foto: Biro Pers Setpres
Ditujukan Agar Secepat Mungkin Diterima
Barang bantuan diberangkatkan dengan menggunakan empat pesawat Hercules. Berbeda dengan bantuan lain yang sudah pernah diberikan Indonesia bagi Rohingya akhir tahun lalu, yang dibawa dengan kapal laut dari Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta.
Foto: Biro Pers Setpres
Membawa Barang Yang Diperlukan
Dalam empat pesawat Hercules diangkut beras, makanan siap saji, family kit, tangki air, tenda pengungsi, pakaian anak dan selimut. Demikian dikatakan Presiden Joko Widodo saat melepas keberangkatan pesawat.
Foto: Biro Pers Setpres
Mendekati Lokasi Pengungsi
Presiden mengatakan juga, diharapkan bantuan bisa dibawa hingga sedekat mungkin dengan pesawat ke lokasi tempat pengungsi berada di perbatasan antara Bangladesh dan Myanmar. Dari pesawat barang bantuan akan diangkut dengan truk.
Foto: Biro Pers Setpres
Sokongan Semua Pihak
Saat melepas bantuan, Presiden didampingi Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Puan Maharani, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, Kepala Staf TNI AU Marsekal Hadi Tjahjanto dan Kepala BNPB Willem Rampangilei. (Penulis: ml/hp)
Foto: Biro Pers Setpres
5 foto1 | 5
"Penyelesaiannya memerlukan waktu satu sampai dua tahun," ungkapnya. Pembangunan tersebut menggunakan dana hasil sumbangan dari masyarakat Indonesia. Maka dari itu kendala utama pembangunan rumah sakit adalah dana. "Kendala utama adalah dana karena kita mengandalkan dana dari masyarakat," katanya.
Membangun lebih giat
Mengenai kesepakatan antara Pemerintah Bangladesh dan Pemerintah Myanmar untuk memulangkan ratusan ribu warga etnis Rohingya, Joserizal berpendapat bahwa proses tersebut harus memiliki jaminan keamanan. "Kalau perlu ada peace keeping force," katanya. Perlu ada proses pembangunan yang optimal mengingat kedatangan kembali ratusan ribu warga tersebut, maka MER-C akan berusaha lebih giat lagi untuk memenuhi kebutuhan pembangunan Rumah Sakit Indonesia itu.
Saat ini MER-C terus mengirimkan bantuan kesehatan serta tenaga medis ke Rakhine. "Tapi kalau ada publik yang memberikan amanah di luar masalah kesehatan, kita akan laksanakan seperti pembangunan rumah dan lain-lain," tuturnya.
Nasib Pengungsi Rohingya di Perbatasan Bangladesh
Nasib ribuan warga Rohingya terkatung-katung di perbatasan Bangladesh. Mereka tak dapat melangkah maju sebab tentara Bangladesh menghalau langkah mereka. Namun, kembali mundur ke Myanmar juga bukan pilihan.
Foto: Reuters/M. Ponir Hossain
Ribuan orang mengungsi
Satu keluarga Rohingya menangis di perbatasan Bangladesh, Ghumdhum. Mereka terpaksa meninggalkan seluruh harta milik mereka untuk menyelamatkan diri dari bentrokan yang terjadi di Rakhine. Selama sepekan terakhir, pasca bentrokan di Rakhine, Lembaga Migrasi Internasional (IOM) mencatat sekitar 18.000 warga Rohingya mengungsi ke negara tetangga mereka, Bangladesh.
Foto: picture-alliance/dpa/M.Alam
Kawasan tanpa tuan
Lembaga Migrasi Internasional (IOM) juga menyebutkan ribuan warga sipil dari kelompok minoritas Muslim asal Myanmar terkatung-katung di "daerah tanpa tuan", kawasan di antara perbatasan Myanmar dan Bangladesh. Pemerintah Bangladesh menginstruksikan agar pengungsi tidak diizinkan memasuki Bangladesh.
Foto: Reuters/M. Ponir Hossain
Anak-anak turut menggungsi
Tiga anak kecil ini berusaha meninggalkan "kawasan tanpa tuan" dan melewati air agar semakin mendekat ke perbatasan Bangladesh, pasca tembakan senjata terdengar kembali di udara. Sekjen PBB, Antonio Guterres mendesak pemerintah Bangladesh untuk menolong warga sipil yang melarikan diri. Ia menegaskan "sebagian besar pengungsi adalah perempuan dan anak-anak, sebagian dari mereka bahkan terluka".
Foto: Reuters/M. Ponir Hossain
Nekat melompati bahaya
Seorang remaja Rohingya melompati pagar kawat yang menjadi pembatas wilayah Myanmar dan Bangladesh. Sekitar 1,1 juta Rohingya tinggal di negara bagian Rakhine di Myanmar, namun ditolak kewarganegaraannya dan menghadapi pembatasan perjalanan yang berat. Banyak umat Buddha di Myanmar menganggap mereka sebagai imigran ilegal dari negara tetangga Bangladesh.
Foto: Reuters/M. Ponir Hossain
Bersiaga menghalau penggungsi
Petugas penjaga perbatasan bersiaga untuk mencegah penggungsi Rohingya memasuki wilayah Bangladesh. Pemerintah Bangladesh menolak gelombang pengungsi Rohingya yang baru dengan alasan telah menampung lebih dari 400.000 warga Rohingya sejak konflik terjadi pada tahun 1990-an.
Foto: Reuters/M. Ponir Hossain
Menghalau dengan segala cara
Pemerintah Bangladesh menginstruksikan tentara perbatasan untuk mencegah ribuan warga sipil kelompok minoritas Muslim Rohingya memasuki Bangladesh dengan segala cara. Kepada AFP, seorang anak perempuan bernama Marium bercerita bahwa ia terpisah dari orangtuanya saat petugas mengusir mereka.
Foto: Reuters/M. Ponir Hossain
Bersembunyi di hutan
Akibat dihalau di perbatasan Bangladesh, ribuan warga Rohignya pun terdampar dan bersembunyi di perbukitan maupun di dalam hutan. Mereka tak mungkin kembali ke desa, sebab kantor pemimpin de facto Myanmar, Aung San Suu Kyi, mengatakan militer akan meluncurkan 'operasi pembersihan' sebagai tanggapan atas serangan militan Rohingya pada Jumat (25/08).
Foto: Reuters/M. Ponir Hossain
Menyelamatkan masa depan
Ibu ini menangis putus asa sambil menggendong bayinya, ketika tentara perbatasan menghalaunya memasuki Bangladesh di Cox Bazar. Beredar informasi bahwa tentara Myanmar melakukan serangan balasan akibat aksi militan Rohingya di Rakhine. Salah satu saksi mata kepada Al Jazeera mengaku tentara membunuh "siapapun yang bergerak", baik perempuan, anak-anak, bahkan bayi. Ed: ts/yp (afp, reuters)