Makanan siap disantap tersedia tiga kali sehari, pakaian tak harus dicuci sendiri, kamar pun tak harus dibereskan sendiri: Ini lah kehidupan 50 siswa di Maximilianeum, asrama Jerman paling eksklusif di München.
Iklan
50 siswa tinggal di kediaman eksklusif Maximilianeum di kompleks parlemen negara bagian Bayern, Jerman. Mereka tidak harus bertengkar soal jadwal pembersihan gedung asrama yang biasanya menjadi bagian dalam kehidupan asrama pada umumnya. Anak-anak ini juga tak perlu pusing mencari pekerjaan paruh waktu di sela-sela masa studi mereka.
Karyawan yang bekerja di asrama memasak untuk mereka, membersihkan kamar dan bahkan mencuci pakaian mereka. Layanan eksklusif yang bisa diperoleh gratis oleh ke-50 mahasiswa tersebut. Jangan salah, mereka mendapatkan fasilitas itu bukan karena berasal dari keluarga kaya raya. Para mahasiwa itu tidak perlu membayar uang sewa. Sebab Yayasan Akademik Maximilianeum yang membiayai mereka sepenuhnya agar anak-anak berbakat itu bisa berkonsentrasi penuh hanya pada studi mereka.
Yayasan ini digagas Maximilian II dari Bayern. Raja dari Bayern itu ingin menyediakan layanan bagi warga sipil, dengan memberi fasilitas studi gratis pada mahasiwa-mahasiswa paling berbakat - terlepas dari seberapa besar kekayaan orang tua mereka. Program beasiswa itu tetap berjalan sampai sekarang.
Asrama itu berlantaikan kayu berkualitas tinggi. Dinding lorong panjang menuju ruangan-ruangan dihiasi lukisan cat minyak. Eva Herzog, seorang mahasiswi berusia 24 tahun salah satu penghuni asrama ini. Mahasiswi jurusan hukum itu sudah lima tahun tinggal di asrama ini. Pada musim semi dia menghadapi ujian. "Itulah mengapa saya saat ini rutin belajar di perpustakaan."
Tempat Tinggal Mahasiswa di Jerman
Setiap tahun dengan mulainya semester perkuliahan, masalah terulang: Kurang tempat tinggal bagi mahasiswa. Berbagai cara yang dilakukan mahasiswa Jerman untuk mendapat tempat tinggal dirangkum dalam galeri foto
Foto: picture-alliance/dpa/LandProp SE
Setengah Mati Mencari Kamar
Asrama Mahasiswa sudah penuh. Jadi mahasiswa harus berusaha agar punya tempat bernaung. Sayangnya tempat tinggal yang cocok tidak selalu ditemukan di Schwarzes Brett (Papan Iklan). München dan Frankfurt adalah kota-kota termahal. Rata-rata harga kamar di WG untuk tiga orang 493 Euro. WG (apartemen yang ditinggali bersama oleh beberapa orang) serupa di Frankfurt, harganya 421 Euro.
Foto: picture-alliance/dpa
Tinggal Bersama Mama
Sekitar 27 persen mahasiswa Jerman masih tinggal dengan orang tua. Ini tidak saja menghemat biaya tapi juga dianggap nyaman. Pakaian kotor ada yang mencucikan dan lemari makanan selalu penuh. Tapi itu ada harganya. Tinggal di rumah orang tua artinya diperlakukan seperti anak kecil dan harus mengikuti kemauan orang tua. Kemandirian pada mereka yang menumpang di rumah orang tua, kurang berkembang.
Foto: Fotolia/Jeanette Dietl
Meninggalkan Rumah
Tidak semua mahasiswa bisa tinggal di rumah dengan orang tua. Memang banyak warga muda mengambil risiko bolak balik, tapi sering kali universitas tempat mereka kuliah amat jauh dari tempat tinggal asal. Ini artinya harus berpisah dari "Hotel Mama".
Foto: Marem - Fotolia.com
Penginapan Darurat di Aula Olah Raga
Mahasiswa semester pertama sering kebingungan, jika mendapat tempat kuliah di kota universitas terkemuka seperti München, Köln atau Frankfurt. Karena di sana amat sulit menemukan tempat tinggal yang bayarannya terjangkau. Karena itu di awal masa perkuliahan, banyak mahasiswa muda yang terdampat di pinggir jalan. Kadang bantuan satu-satunya hanya kasur darurat yang disediakan kampus.
Foto: picture-alliance/dpa
Tempat di Asrama Mahasiswa? Keberuntungan
Hanya 12 persen mahasiswa di Jerman yang bisa mendapat tempat di Studentenwohnheim (asrama mahasiswa). Di bangunan baru luas kamarnya harus 17 meter persegi, di bangunan lama jauh lebih sempit. Single room amat jarang, kebanyakan tinggal betiga atau berempat. Rata-rata harga sewa di Köln 230 Euro. Di pasaran, dengan harga semurah itu orang tidak bisa menemukan tempat tinggal.
Foto: picture-alliance/dpa
Tinggal dalam Kontainer
Rumah Kontainer bagi mahasiswa sudah ada tahun 1980-an, ketika situasi di pasar tempat tinggal sama kritisnya seperti saat ini. Dulu hanya dipakai untuk tempat tinggal darurat dan sementara, tapi kontainer bahkan punya keuntungan. Luas kamar 15 sampai 17 meter persegi. Saat ini kontainer di München banyak kosong, tapi dengan sulitnya tempat tinggal, itu akan segera berubah.
Foto: Manfred Kovatsch
Ruang Sempit yang Punya Gaya
Ini disebut tinggal secara inovatif. "o2 Village" adalah kawasan mahasiswa di München terdiri dari tujuh bangunan kubus (Wohnwürfel). Dengan 6,8 meter persegi, lebih sempit dari ketetapan luas minimal kamar anak-anak dari pemerintah. Tapi kontainer mewah ini berfungsi sebagai WC, tempat mandi, dapur, ruang tamu dan tempat tidur sekaligus. Dengan harga sewa 150 Euro Wohnwürfel tergolong murah.
Foto: cc-by-nc-sa3.0/Church of emacs
Suasana Desa di Göttingen
Asrama Mahasiswa tidak harus terbuat dari beton atau bangunan berbentuk seragam. Di Göttingen Studentenwerk (Lembaga Urusan Mahasiswa) tahun 1983 dengan biaya relatif rendah, merombak Fachwerkhaus (rumah abad pertengahan berangka kayu) di Lohmühle ini. Penghuni pertama tampak gembira tinggal di situ. Fachwerkhaus ini sampai kini masih amat digemari para mahasiswa.
Foto: picture alliance/dpa
Masak Secara Bergilir
Mahasiswi Serbia Tijana mendapat tempat tinggal di Bonn berupa bangunan tua bergaya tangsi. Kamarnya hanya 10 meter persegi, di lorong kamar ada WC dan kamar mandi bersama. Ada juga dapur bersama. Para mahasiswa ini harus pandai-pandai mengatur giliran. Bagi mahasiswa baru dari luar negeri, di Studentenwerk ada mitra bicara khusus jika menghadapi masalah.
Foto: picture-alliance / Helga Lade Fotoagentur GmbH, Ger
WG Beberapa Generasi
Sarah, seorang mahasiswi menyewa tempat tinggal pada pensiunan Klara Fürst. Dealnya mudah. Ia mendapat satu kamar, tapi harus membantu pensiunan itu membereskan rumah dan halaman, pergi belanja atau mencucikan piring gelas. Sejak 1992, organisasi "Wohnen für Hilfe" (Tinggal untuk membantu) mempertemukan mahasiswa dan warga lansia. Tidak jarang dari tinggal bersama di WG terbina persahabatan.
Foto: picture-alliance/dpa
Ruang Longgar sebagai Penjaga Gedung
Jika pabrik tua, rumah sakit atau sekolah kosong, pemiliknya khawatir kaca jendela akan dilempari hingga pecah. Karena itu sejak 2010 mahasiswa bisa melamar menjadi penjaga gedung. Mereka harus melaporkan kerusakan dan menjaga jangan sampai orang tidak dikenal masuk. Juga ada aturan ketat: Dilarang merokok, tidak boleh membawa hewan peliharaan dan dilarang menggelar pesta lebih dari 10 orang.
Foto: DW/L.Heller
Tempat Tinggal di Biara
Di Biara Fransiskan yang kosong di Ulm, sejak tahun 2012 tinggal 27 mahasiswa dari 8 negara. Bagi mahasiswa asing yang tidak mampu membayar sewa tempat tinggal, pihak gereja menyediakan 10 kamar gratis. Meski demikian masa kontrak sewa kamar terbatas, karena pihak Gereja masih belum memutuskan secara final, akan jadi apa bekas biara itu selanjutnya.
Foto: DW/V. Wüst
Tempat Tinggal ala Ikea
Beberapa sekrup dan obeng, cukup untuk membuat apartemen jadi? Grafik komputer ini menunjukkan visi tempat tinggal perusahaan Inter Ikea, anak perusahaan mebel Swedia Ikea. Sesuai contoh di London, akan dibangun pula asrama mahasiswa serupa di Jerman. Tapi ini semua masih proyek masa depan. Penulis: Suzanne Cords Redaksi: Dyan Kostermans/ Andy Budiman
Foto: picture-alliance/dpa/LandProp SE
13 foto1 | 13
Persyaratan ketat
Kehidupan di asrama Maximilianeum merupakan impian banyak mahasiswa. Tapi untuk bisa bergabung di sini, syaratnya sangat ketat. Per tahun hanya ada lima atau tujuh anak yang bisa mendapat beasiswa ini.
Anda harus memiliki nilai A atau sempurna, ketika lulus dari pendidikan setara sekolah menengah di Jerman dan mendapatkan rekomendasi dari sekolah. Mereka juga harus lolos dari dua tahap ujian yang diadakan Departemen Kebudayaan. Mereka harus menunjukkan bahwa mereka dapat melakukan lebih dari sekedar punya nilai ujian yang bagus. "Kami ingin menarik individu-individu yang punya kepribadian dengan kompetensi sosial yang tinggi. Orang-orang yang tertarik, bisa melamar," kata Hanspeter Beißer. Sejak tahun 1998 ia duduk di dewan kehormatan yayasan itu.
Menu makanan lengkap
Pria berusia 56 tahun setiap hari makan bersama-sama dengan para mahasiswa. Masing-masing mahasiswa yang memperoleh beasiswa tersebut bebas untuk ikut makan bersama atau tidak. Tiga kali sehari, setiap harinya, tersedia lengkap mulai dari makanan pembuka, menu utama dan makanan penutup.
Di aula, mahasiswa bisa bermain piano. Pada awal semester, para pendatang baru disambut di ruang ini. Ruang ini juga setahun sekali jadi pertemuan para alumni.
Layanan eksklusif
Di depan kamar tergeletak sepatu sneakers, di beberapa pintu tergantung poster. Sekilas ini tampak seperti asrama normal di Jerman. Tapi tepat di atas kamar-kamar tidur mahasiswa adalah kantor parlemen.
Terdapat pintu di lorong yang mengarah langsung ke parlemen. Pintunya berwarna putih polos, tanpa tanda. Siapa yang pergi ke arah itu, melewati karpet merah. "Pintunya tidak pernah terkunci. Kita bisa pergi setiap saat, tetapi para politisi tidak bisa masuk begitu saja ke tempat kami," kata Andreas Krug sambil tertawa nakal. Mahasiswa dapat menghadiri pertemuan di parlemen, beberapa orang lainnya bisa magang di parlemen. Pada musim panas, mahasiswa dan politisi bergabung dalam acara santai, memanggang makanan di halaman.
Tidak merasa elit
Baik Eva Herzog maupun Andreas Krug berulang kali menekankan bahwa mereka adalah mahasiswa normal. Jadi tidak ada siswa elit? "Demi Tuhan, tidak!" seru Eva Herzog: "Satu-satunya perbedaan mungkin adalah bahwa kepentingan kami terwakili secara luas.
Andreas mengamini pendapat Eva: "Saya tidak dapat mengidentifikasi diri sebagai siswa elit. Hanspeter Beißer juga lebih menekankan: "Saya lebih suka berbicara tentang bakat. Siapapun yang memiliki bakat, layak mendapat bantuan pendanaan yang tepat."
Kegiatan lain
Eva Herzog bercerita ia bisa bertemu secara intens dengan orang-orang. „Tentu saja, ada juga saat-saat stres, itu normal. Tapi saya punya banyak teman di sini," serunya.
Kalau semua sudah tersedia, apa lagi tugas siswa di asrama itu selain belajar? Andreas Krug mengaku ia mengawasi lemari pendingin makanan: "Saya secara teratur memastikan bahwa tidak ada makanan berjamur."
Lalu ada kegiatan bersama seperti menari dan kelas bahasa, serta rekreasi. Namun, yang menyebalkan, karena semua tinggal berdekatan di satu gedung, biasanya pintu kamar sering diketuk. Ini tak disukai mahasiswa apalagi jika mendekati masa ujian.
Hanya sekali Eva Herzog meninggalkan kehidupan mewah ini dan menjadi mahasiswa biasa. Dia memiliki kesempatan selama satu bulan melakukan magang di Berlin dan tinggal di asrama normal. "Kadang-kadang saya rindu kehidupan normal ini,“ ujarnya.