Sejak serangan teror Hamas di Israel, Jerman berulangkali menegaskan betapa keamanan negara Yahudi itu sebagai bagian dari kepentingan nasionalnya. Kini Berlin didesak menjelaskan sikapnya.
Iklan
Bagi Jerman, masa lalu tidak pernah benar-benar membisu. Sejarah genosida terhadap warga Yahudi dan minoritas lain selama era Nazi masih menghantui hingga kini, dan mempengaruhi setiap kebijakan pemerintah setelah Perang Dunia II.
Jika sudah menyangkut Israel, yang dideklarasikan merdeka oleh gerakan Zionis tiga tahun setelah berakhirnya Holocaust di Jerman, pemerintah di Berlin melihat adanya "tanggung jawab khusus." Komitmen Jerman bagi Israel bukan hanya sasaran politik, melainkan haluan besar dan fondasi bagi eksistensi republik federal.
Artinya, keamanan Israel sudah menjadi "Staatsräson" atau kepentingan nasional, kata bekas Kanselir Angela Merkel saat berpidato di parlemen Israel, tahun 2008 silam. Penerusnya, Olaf Scholz, menegaskan sikap serupa setelah serangan teror Hamas di Israel baru-baru ini.
"Saat ini, hanya ada satu tempat bagi Jerman, yakni di sisi Israel," kata dia di hadapan Bundestag, Selasa (17/10). Artinya, Jerman akan menyanggupi permintaan dari Israel, termasuk bantuan militer. Dalam sebuah pertemuan NATO kemarin, Menteri Pertahanan Boris Pistorius mengabarkan Israel meminta bantuan amunisi untuk angkatan lautnya.
"Kami akan mendiskusikan dengan pihak Israel bagaimana prosedur pengirimannya," kata dia.
Cuplikan Buku Harian Korban Yang Selamat dari Kamp Auschwitz
Sheindi Miller-Ehrenwald berumur 14 tahun saat dideportasi ke Auschwitz. Tulisan tentang deportasi dan kehidupannya di kamp, kini dipajang di museum sejarah Jerman di Berlin.
Foto: Yad Vashem, Jerusalem
Deportasi Auschwitz-Birkenau
Saat Nazi menduduki Hongaria bulan Maret 1944, populasi Yahudi dilucuti hak-hak sipilnya, dipersekusi, dideportasi dan pada akhirnya dibunuh. Sheindi Ehrenwald berusia 14 tahun saat itu, mencatat semuanya. Termasuk deportasi dan kehidupan di kamp konsentrasi Auschwitz-Birkenau. Hampir seluruh anggota keluarganya dibunuh oleh Nazi.
Foto: Holokauszt Emlékközpont, Budapest
Foto masa lalu
Foto ini kemungkinan berasal dari tahun 1935, saat semua masih normal di kehidupan keluarga Ehrenwald. Mereka pedagang dan bagian dari komunitas besar yang tinggal di kota Galanta dekat perbatasan ke Austria. Pria di barisan depan adalah ayah Sheindi, Lipot (Leopold) Ehrenwald, yang meninggal di Auschwitz.
Setelah tiba di Auschwitz-Birkenau, pendatang baru yang tidak langsung dieksekusi dipaksa untuk bekerja. Sheindi dibawa ke pabrik senjata di Niederschlesien.
Foto: Yad Vashem, Jerusalem
Menulis di kartu indeks
Sheindi diam-diam menulis kisahnya di kartu indeks yang dibuang oleh pabrik senjata. Ia berhasil menyembunyikan dan menyimpannya selama 14 bulan sebelum hari pembebasan. Buku hariannya adalah testimoni langka dari masa tersebut. (vlz/yp)
Meski berulangkali dikumandangkan, doktrin "Staatsräson" yang dianut di Jerman dalam isu Israel belum "benar-benar ditafsirkan secara gamblang," kata Carlo Masala, dosen Universitas Militer Jerman di München, kepada stasiun televisi, ZDF. Padahal, kebijakan tersebut mewajibkan Jerman "melindungi Israel secara aktif" dalam skenario invasi atau ancaman terhadap eksistensi negara.
Iklan
"Itu adalah kesimpulan yang logis," kata Masala.
"Kepentingan nasional" adalah sebuah konsep dalam hubungan internasional yang mendasari "kebijakan luar negeri berdasarkan kepentingan nasional masing-masing."
Namun pembenaran sejarah dan moral dalam penggunaan istilah "kepentingan nasional" dalam kasus Israel justru bertentangan dengan tafsir hukum dari istilah tersebut. "Kepentingan nasional selalu menempatkan kepentingan di depan nilai," kata Marietta Auer dari Institut Max Planck.
Dengan kata lain, melindungi kedaulatan Israel bisa menjadi nilai yang justru mengancam kepentingan nasional Jerman.
Monumen-Monumen Peringatan Yahudi di Berlin
Peristiwa Holocaust sudah hampir delapan dekade yang lalu, tetapi itu tidak dilupakan. Berbagai peringatan besar dan kecil di seluruh ibu kota Jerman, Berlin dibuat untuk memperingati kelamnya kejahatan NAZI.
Foto: DW/M. Gwozdz
Peringatan Holocaust
Tugu peringatan di pusat ibu kota Jerman ini dirancang oleh arsitek New York, Peter Eisenmann. Hampir 3.000 blok batu dipasang memperingati enam juta orang Yahudi dari seluruh Eropa yang dibunuh oleh NAZI.
Foto: picture-alliance/Schoening
Pelat-pelat peringatan
Pelat kuningan ini sangat kecil, hanya 10 kali 10 sentimeter (3,9 x 3,9 inci). Anda dapat menemukannya di mana-mana di trotoar di Berlin. Ini dibuat untuk memperingati orang-orang yang dulu tinggal di dekat lokasi lempengan ditempatkan, sebelum mereka dideportasi oleh NAZI. Total ada lebih dari 7.000 dari batu semacam ini di Berlin.
Foto: DW/T.Walker
Rumah Konferensi Wannsee
Lima belas pejabat tinggi NAZI bertemu di vila ini di Danau Wannsee pada tanggal 20 Januari 1942 untuk membahas pembunuhan sistematis orang Yahudi Eropa yang mereka sebut "solusi akhir untuk Yahudi". Kini rumah tersebut jadi peringatan tentang dimensi genosida yang tak terbayangkan.
Foto: picture-alliance/dpa
Melacak 17 memorial
Mawar putih di trek 17 di stasiun Grunewald ini untuk memperingati lebih dari 50.000 orang Yahudi Berlin yang dikirim ke kamp kematian mereka dari sini. 186 pelat baja menunjukkan tanggal, tujuan dan jumlah orang yang dideportasi. Kereta pertama menuju ke ghetto Litzmannstadt (Łódź) pada tanggal 18 Oktober 1941, kereta terakhir ke kamp konsentrasi Sachsenhausen pada 5 Januari 1945.
Foto: imago/IPON
Bengkel kerja orang buta Otto Weidt
Hackesche Höfe di Berlin Mitte disebutkan di setiap panduan perjalanan. Ini adalah labirin halaman belakang di mana banyak orang Yahudi tinggal dan bekerja - misalnya di pabrik sikat pengusaha Jerman Otto Weidt. Selama era NAZI, ia mempekerjakan banyak orang Yahudi buta dan tuli dan menyelamatkan mereka dari deportasi dan kematian. Lokakarya orang buta ini sekarang menjadi museum.
Foto: picture-alliance/Arco Images
Pusat mode Hausvogteiplatz
Jantung metropolis mode Berlin pernah berdetak di sini. Sebuah tanda peringatan yang terbuat dari cermin tinggi mengingatkan banyaknya para perancang busana dan stylist Yahudi yang membuat pakaian untuk seluruh orang Eropa di Hausvogteiplatz. NAZI mengambil alih dari pemiliknya yang beretnis Yahudi. Kerusakan pusat fesyen Berlin ini tak terhindarkan selama Perang Dunia Kedua.
Foto: picture-alliance/dpa/J. Kalaene
Monumen Peringatan di Koppenplatz
Sebelum masa Holocaust, 173.000 orang Yahudi tinggal di Berlin, pada tahun 1945 tersisa hanya ada 9.000. Monumen "Der verlassene Raum" terletak di tengah kawasan pemukiman Koppenplatz. Ini adalah pengingat warga Yahudi yang diambil dari rumah mereka tanpa peringatan dan tidak pernah kembali.
Foto: DW
Museum Yahudi
Arsitek Daniel Libeskind memilih desain dramatis: dilihat dari atas, bangunan itu tampak seperti Bintang Daud yang rusak. Museum Yahudi adalah salah satu museum yang paling banyak dikunjungi di Berlin, menawarkan gambaran sejarah Jerman-Yahudi yang bergolak.
Foto: AP
Pemakaman Yahudi di Weissensee
Masih ada delapan pekuburan Yahudi yang tersisa di Berlin. Yang terbesar di distrik Weissensee, dan terdiri dari lebih dari 115.000 kuburan yang jadi kuburan Yahudi terbesar di Eropa. Pada tanggal 11 Mei 1945, hanya tiga hari setelah berakhirnya Perang Dunia Kedua, ibadah Yahudi pertama diadakan di sini.
Foto: Renate Pelzl
Sinagoga Baru
Ketika Sinagoga Baru di Oranienburger Strasse pertama kali ditahbiskan pada tahun 1866, itu dianggap sebagai sinagoga terbesar dan paling megah di Jerman. Sinagoga ini terbakar saat Perang Dunia Kedua. Pada tahun 1995, sinagoga yang direkonstruksi diresmikan. Sejak itu, kubah emas setinggi 50 meter sekali lagi mendominasi pemandangan kota Berlin. Penulis: Kerstin Schmidt (ap/ml)
Foto: Renate Pelzl
10 foto1 | 10
Konsekuensi serius
Menurut Klaus Dieter Wolf, bekas guru besar hubungan internasional di Universitas Teknik Darmstadt, Jerman, mengatakan doktrin keamanan Israel sebagai "kepentingan nasional" Jerman menimbulkan "konsekuensi serius" bagi politik praktis, karena doktrin tersebut memaksa negara mengabaikan prinsip-prinsip tertentu dan memperlemah komitmen terhadap demokrasi, hak asasi manusia atau hukum internasional.
Meski kebebasan berekspresi dijamin dalam konstitusi, pemerintah bisa melarang aksi protes pro-Palestina dengan dalih mencegah pernyataan yang "membenarkan tindak kriminal" atau menghasut kerusuhan. Namun berbeda dengan situasi di dalam negeri yang berada sepenuhnya dalam kuasa negara, di luar negeri situasinya berbeda-
"Tidak ada hirarki dalam hukum internasional," kata Joost Hiltermann dari International Crisis Group. "Apa yang dikatakan Jerman tentang haknya untuk berdiri bersama Israel tidak mengurangi kewajibannya untuk mematuhi dan menaati hukum kemanusiaan internasional, yang mengatur cara-cara berperang."
"Tidak jelas bagi saya bahwa Israel berusaha membedakan antara korban sipil dan target militer," kata Mike Martin, analis militer asal Inggris. "Israel terikat oleh hukum internasional untuk melakukannya."