Rusia Gelar Latihan Perang Terbesar Sejak Perang Dingin
Mikhail Bushuev
11 September 2018
Latihan perang ini berlangsung di lima wilayah termasuk Laut Jepang, Laut Bering, dan Laut Okhotsk. Rusia juga mengajak Cina bergabung. Lantas, siapa yang jadi musuhnya?
Iklan
Beberapa divisi pasukan Rusia, termasuk divisi Pasifik dan armada utara, berpartisipasi dalam latihan perang Vostok 2018 yang digelar pada 11-17 September.
Secara total ada sekitar 300.000 pasukan, 1.000 pesawat, 36.000 kendaraan tempur, dan sebanyak 80 kapal akan terlibat, menurut Kementerian Pertahanan Rusia.
Operasi pelatihan militer ini besarannya mengalahkan latihan terbesar yang pernah dilakukan Uni Soviet tahun 1981. Namun para pengamat seperti dari European Council on Foreign Relations (ECFR) mengatakan tidak terkejut dengan besarnya latihan ini.
Pengamat senior kebijakan militer dari ECFR, Gustav Gressel, mengatakan latihan militer Rusia ini sebagai "salah satu pengarahan strategis" yang dilakukan setiap tahun dan merupakan "bagian dari rencana manuver reguler."
Persiapan perang dunia?
Senada dengan Gressel, Sarah Pagung, seorang pakar Rusia dari Dewan Hubungan Luar Negeri Jerman mengatakan "Latihan militer yang digelar di (negara) timur selalu lebih besar daripada yang digelar oleh negara-negara barat," kata Pagung kepada DW.
"Hal ini karena di barat ada Perjanjian Dokumen Wina yang membatasi jumlah pasukan yang terlibat dalam sebuah latihan. Di timur tidak ada pembatasan semacam ini," ujarnya lebih lanjut.
Parade Militer Hari Kemenangan di Rusia
Militer Rusia memamerkan teknologi terbaru dalam parade tahunan buat memperingati kemenangan Uni Soviet atas Nazi di Perang Dunia II. Presiden Putin mewanti-wanti bahwa Rusia tidak boleh biarkan sejarah ditulis ulang
Foto: Reuters/M. Shemetov
Perayaan di Lapangan Merah
Setiap tahun tanggal 9 Mei, Rusia merayakan kemenangan Uni Soviet atas Nazi Jerman. Pada tengah malam hari itu di tahun 1945, dokumen kapitulasi Jerman ditandatangani. Pasukan Sekutu lainnya, seperti Perancis dan Inggris, merayakan Hari Kemenangan satu hari sebelumnya pada tanggal 8 Mei. Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu, memimpin pawai yang melintasi Lapangan Merah Moskow.
Foto: Reuters/S. Karpukhin
Belasan ribu tentara
Parade Hari Kemenangan 2018 juga menandai 100 tahun berdirinya Tentara Merah Uni Soviet tahun 1918 lalu. Pertunjukan itu mengikutsertakan sekitar 13.000 tentara, serta sejumlah veteran militer, berbaris bersama dalam koreografi yang sempurna. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu turut menyaksikan parade; dia berada di Moskow hari itu untuk bertemu dengan Presiden Vladimir Putin.
Foto: Reuters/M. Shemetov
Hari libur sakral
Putin berbicara kepada peserta parade, seperti anggota kelompok militer pemuda (foto) dan warga Rusia yang menyaksikan perayaan di Lapangan Merah. "Ini adalah hari libur yang selalu akan menjadi sakral bagi setiap keluarga," kata presiden. Dia juga memperingatkan untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama yang menyebabkan PD II: "Egoisme, intoleransi, nasionalisme agresif dan merasa unik."
Foto: Reuters/S. Karpukhin
Kehebatan Rusia tidak akan terlupakan
Rusia secara konsisten mengatakan, bahwa sekutu barat di Perang Dunia II mengecilkan peran Uni Soviet dalam mengalahkan Nazi Jerman. "Orang mencoba untuk menghapus prestasi rakyat kita dalam menyelamatkan Eropa dari perbudakan, dari kepunahan, dari kengerian Holocaust" kata Putin. Presiden telah menyatakan dirinya secara politis sebagai pembela Eropa tradisional.
Foto: picture-alliance/dpa/Tass/M. Metzel
Sniper siap beraksi
Kekuatan militer tidak hanya tampak di lapangan. Penembak jitu juga bertugas saat parade berlangsung. Lapangan Merah terletak di jantung kota Moskow dan merupakan lokasi Kremlin, kediaman resmi kepresidenan.
Foto: Reuters/S. Karpukhin
Pameran kekuatan militer Rusia
Sekitar 159 perangkat keras militer ditampilkan, termasuk jet interseptor supersonik MiG-31 yang dipersenjatai dengan rudal. Sebagian besar peralatan terbaru telah diuji dalam konflik di Suriah, ujar kementerian pertahanan. Peralatan baru yang dipamerkan termasuk drone, robot pembersih ranjau, dan tank tanpa awak. Penulis: Christina Burack (vlz/as)
Foto: Reuters/M. Shemetov
6 foto1 | 6
Perjanjian Dokumen Wina tentang angkatan bersenjata konvensional di antara anggota Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa (OSCE) diberlakukan tahun 1990 dan terakhir direvisi tahun 2011.
Tujuannya adalah untuk memastikan pembangunan keamanan terkait kemampuan militer para anggotanya dan pembatasan pengerahan pasukan Rusia di wilayah barat negara itu.
Ukuran latihan perang Rusia tahun ini mungkin juga ada hubungannya dengan tujuan operasi itu, kata Pagung.
"Melihat seberapa besar pasukan yang terlibat, jelas bahwa Rusia sedang berlatih untuk perang dunia," katanya, seraya menambahkan bahwa pasukan di wilayah barat Rusia juga telah dimobilisasi.
Cina terlibat
Para ahli secara khusus mencatat keterlibatan Cina tahun ini, meskipun dengan pasukan yang relatif sedikit, yaitu hanya 3.000 tentara dan beberapa pesawat serta helikopter.
Rusia dan Cina telah berlatih bersama sekitar 30 kali sejak 2003, tetapi ini adalah yang pertama bagi Cina untuk berpartisipasi di tingkat strategis. Kehormatan itu sejauh ini hanya diperuntukkan bagi negara sekutu dekat, seperti Belarusia.
Zapad-2017: "Permainan" Perang Ala Rusia
NATO dan negara di Eropa Barat gugup, saat Rusia menggelar latihan militer masif bersama Belarus. Rusia bersikeras latihan mengikuti aturan hukum internasional, jadi tak perlu kuatir. Ada teka-teki apa di balik Zapad?
Foto: Reuters/V. Fedosenko
Apakah Zapad?
Zapad, berarti "barat" dalam bahasa Rusia, adalah latihan militer gabungan yang dilakukan tentara Rusia dan Belarusia, di perbatasan Rusia barat laut dengan Eropa. Kawasan ini juga merupakan wilayah NATO. Latihan 2017 yang dimulai dari 14- 20 September, adalah satu dari empat latihan militer regional tahunan. Tujuannya untuk menguji strategi militer dan kesiapan pasukan lewat simulasi perang.
Foto: picture-alliance/dpa/A.Druginyn
Seperti Apa Rupa Penampakan Zapad Dulu?
Zapad awalnya berasal dari Uni Soviet. Latihan terakhir berlangsung tahun 2009 dan 2013. Setelah latihan berakhir, NATO menyebut Rusia diam-diam telah mempersiapkan taktik untuk melakukan invasi militer ke Georgia (tahun 2008) dan Krimea serta Ukraina timur (tahun 2014). NATO juga menuduh Rusia menargetkan negara-negara Eropa sebagai target serangan nuklir dalam simulasi perangnya.
Foto: picture-alliance/dpa/A.Druginyn
Seperti Apa Zapad Tahun Ini?
Menurut Dokumen Wina 2011 yang dirilis Organisasi Keamanan dan Kerjasama di Eropa (OSCE), suatu negara harus mengizinkan negara lain memantau latihan militer mereka jika pasukan yang terlibat lebih dari 13.000 tentara. Rusia mengaku hanya melatih 12.700 tentara. Namun, analis keamanan barat mengungkap bahwa jumlah tentara yang dilatih berkisar 100.000 orang.
Rusia Menampik Memiliki Motif Tersembunyi
Rusia membantah tuduhan NATO yang menyebut Zapad-2017 memobilisasi pasukan dan melanggar kesepakatan internasional. Rusia menegaskan persiapan dan pelaksanaan Zapad 2017 sepenuhnya transparan. Wakil Menteri Pertahanan Rusia Alexander Fomin (foto) kepada DW berkata Zapad-2017 "benar-benar damai, dan benar-benar bersifat defensif." Dia juga membantah bahwa manuver latihan tersebut diarahkan ke NATO.
Foto: Getty Images/AFP/K. Kudryavtsev
'NATO Tetap Tenang dan Waspada'
Sekretaris Jendral NATO Jens Stoltenberg sambut baik pengakuan pasukan Rusia, namuna ia juga mengatakan aliansi militer Barat berdasarkan Perang Dingin memiliki "setiap alasan untuk percaya bahwa mungkin lebih banyak pasukan yang berpartisipasi daripada yang resmi dilaporkan", menilik latihan sebelumnya. "NATO tetap tenang dan waspada," katanya pada awal September saat berada di Estonia (di atas).
Foto: Reuters/I. Kalnins
Jerman Khawatirkan Ada Lebih Dari 100.000 Tentara
Menteri Pertahanan Jerman Ursula von der Leyen mengklaim Rusia melibatkan lebih dari 100.000 tentara dalam Zapad-2017. Januari lalu, Jerman mengirim 450 tentara ke Lithuania sebagai bagian dari misi NATO. Lithuania, bekas Uni Soviet, tidak setuju dengan latihan perang Rusia tersebut. Von der Leyen (foto, kanan) bersama Presiden Lithuania, Dalia Grybauskaite memantau pasukan Jerman.
Foto: Getty Images/AFP/P. Malukas
Demonstrasi di Belarus
Bukan hanya politisi yang angkat suara terkait Zapad-2017. Seminggu menjelang manuver dimulai, sekitar 200 orang Belarus turun di jalanan ibukota, Minsk, memprotes latihan militer. Sekitar 7.200 tentara Belarus berpartisipasi, kata Rusia, dan latihan militer terkonsentrasi di negara yang memiliki hubungan dekat dengan Rusia tersebut. Sebuah spanduk protes bertuliskan "Untuk Belarus yang damai."
Foto: Reuters/V. Fedosenko
7 foto1 | 7
Sebagai negara tetangga yang berbatasan langsung, Gustav Gressel mengatakan kalau Cina telah lama berkeinginan agar bisa diundang dalam latihan militer yang bersifat 'hardcore', dan bukan hanya dalam tingkat kebijakan atau pelatihan kontrateror. Tahun ini keinginan itu jadi kenyataan.
Cina mungkin memiliki peralatan yang lebih modern, tambahnya. Namun "tertinggal jauh dari Rusia di bidang pelatihan perwira, dan pergerakan, penyebaran dan pengkomandoan pasukan." Cina juga dinilai bisa mengambil keuntungan dari pengalaman perang Rusia di Suriah dan Ukraina, Gressel menjelaskan.
Mimpi buruk bagi AS?
Eratnya hubungan militer antara Rusia dan Cina adalah "mimpi buruk" bagi AS, menurut Gressel. Kerjasama ekonomi dan militer antara dua kekuatan besar ini telah berkembang selama beberapa waktu.
"Bagi kepemimpinan Rusia, keamanan berarti adalah bagaimana caranya mengamankan rezim," kata Gressel. Selama ini Kremlin memandang barat yang dipimpin AS sebagai musuh utama, dan daya tarik budaya Barat dilihat sebagai bahaya.
Meskipun Cina dapat menimbulkan ancaman militer yang lebih besar, Gressel mengatakan itu tidak mengancam stabilitas internal Rusia dengan cara yang sama.
"Karenanya Cina bukan penantang strategis. Melainkan Barat," katanya.
Namun Sarah Pagung tidak setuju dengan istilah "mimpi buruk." "Ini jelas menunjukkan kekuatan Rusia terhadap AS dan juga persepsi status adidaya," katanya. "Tapi manuver semacam ini relatif normal dilakukan semua (negara dengan) kekuatan besar."
Rudal S-400: Siluman Rusia Meneror NATO di Udara
Rusia akhirnya sepakat menjual sistem pertahanan udara S-400 kepada anggota NATO, Turki. Seberapa mematikan peluru kendali berdaya jelajah tinggi yang hingga kini masih dianggap belum tersaingi itu?
Foto: picture-alliance/dpa/S. Malgavko
Momok bagi Pesawat Tempur
S-400 adalah sistem pertahanan udara paling canggih di dunia. Meriam langit ini memiliki daya jelajah sejauh 400 kilometer, mampu menghancurkan target di ketinggian hingga 27 kilometer dan membidik 300 sasaran sekaligus. Entah itu pesawat tempur, pesawat pembom, wahana nirawak, peluru kendali atau bahkan pesawat siluman, tidak ada yang luput dari ancaman S-400.
Foto: picture-alliance/AA/S. Karacan
Meriam Tanpa Tanding
Dikembangkan sejak dekade 1980an, S-400 adalah evolusi termutakhir sistem pertahanan udara Rusia. Saat ini negeri beruang merah itu telah memiliki sebanyak 152 unit sistem rudal S-400 yang terbagi dalam 18 divisi. Menurut klaim Institut Perdamaian dan Kebijakan Keamanan di Jerman (IFSH), NATO saat ini belum memiliki solusi jitu atas ancaman S-400.
Foto: picture alliance/dpa/A.Vilf
Burung Besar dan Enam Peluncur
Sebuah resimen S-400 terdiri atas sebuah pusat komando dan radar 91N6 yang dijuluki Birg Bird E dan enam peluncur sekaligus. Namun ragam susunan S-400 bisa diubah sesuai dengan misi yang diemban. Daya jelajah S-400 yang tinggi antara lain berkat sistem peluncur yang menembakkan roket ke ketinggian 30 meter dengan gas sebelum mesin roket dinyalakan.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Malgavko
Menebar Takut di Udara
Kekhawatiran terhadap ancaman sistem rudal Rusia memaksa koalisi bentukan Amerika Serikat di Suriah mengkandangkan semua armada udaranya ketika Moskow menempatkan sejumlah resimen S-400 di pangkalan udara Khmeimim, Damaskus. Mereka sebaliknya memilih menyerang target dengan rudal Tomahawk dari kapal perang di Teluk Persia. Tapi meski digdaya, S-400 bukan tanpa kelemahan.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Malgavko
Jawaban NATO
Salah satu jawaban NATO atas ancaman S-400 adalah pesawat tempur EA-18G Growler yang memiliki kemampuan perang elektronik dan bisa melumpuhkan sistem navigasi S-400. Namun meski efektif mengurangi daya pukul S-400, EA-18G tidak mampu melumpuhkan sistem pertahanan udara itu sepenuhnya. Cara lain adalah menyerang S-400 dengan puluhan rudal sekaligus. Tapi teori tersebut sejauh ini belum terbukti.
Foto: Getty Images/AFP/A. Pizzoli
Dua Pendamping
Terlebih militer Rusia sudah lebih dulu menyadari kelemahan S-400. Sebagai pelengkap, S-400 akan ditemani oleh sistem pertahanan udara jarak pendek 42S6 Morpheus dan sistem rudal 50R6 Vityaz yang berdaya jangkau hingga 120 kilometer. Kedua peluru kendali darat ke udara itu bertugas mengeliminasi ancaman terhadap S-400, terutama oleh pesawat tempur serupa EA-18G.
Foto: picture-alliance/dpa/V. Sharifulin
Komponen Asing di Sistem NATO
Kini Turki menyepakati pembelian S-400 senilai dua setengah milyar Dollar AS dengan Rusia. Moskow nantinya akan menyerahkan dua unit baterai S-400 dan memberikan lisensi bagi Turki untuk membangun dua unit s-400 lain. Pembelian itu turut menjadi masalah, karena S-400 tidak bersinergi dengan sistem pertahanan NATO yang dimiliki Turki saat ini.