Rusia dan Cina "serius mempertimbangkan" pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir di permukaan bulan pada 2035, menurut kepala badan antariksa Rusia, Roskosmos.
Iklan
Moskow berencana menyumbangkan keahliannya dalam "energi ruang angkasa nuklir” untuk program bersama Cina di Bulan. Hal ini termasuk mengembangkan pembangkit listrik tenaga nuklir di Bulan, papar Kepala Badan Antariksa Rusia Yuri Borisov, Senin (5/03).
Borisov menyebut bahwa panel surya tidak akan cukup untuk menjamin pasokan listrik yang dapat diandalkan untuk kebutuhan penelitian dan pemukiman di Bulan.
"Hari ini kami secara serius mempertimbangkan sebuah proyek, sekitar tahun 2033-2035, untuk mengirimkan dan memasang pembangkit energi di permukaan bulan bersama dengan rekan-rekan kami di Cina,” kata Borisov dalam sebuah acara kepemudaan.
Beberapa pihak di AS berspekulasi bahwa Rusia berencana menggunakan senjata nuklir jenis baru untuk melawan satelit. Namun Borisov yang menjadi kepala Roskosmos pada 2022 lalu, menegaskan bahwa Rusia tidak memiliki rencana untuk menempatkan senjata nuklir di luar angkasa.
Pembangkit listrik tenaga nuklir di Bulan perlu dibuat dengan mesin, tambah Borisov, seraya mengatakan sudah ada solusi teknis yang dapat digunakan untuk proyek tersebut.
Iklan
Kerja sama luar angkasa antara Rusia dan Cina
Pada Maret 2021, Moskow dan Beijing menandatangani perjanjian pembangunan stasiun penelitian bulan internasional, dan mempresentasikan peta jalan pembangunannya pada Juni 2021.
Cina memiliki program eksplorasi bulannya sendiri, dengan wahana tak berawak "Chang'e-6" yang akan diluncurkan pada Mei untuk mengumpulkan sampel batuan.
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Sementara itu, program luar angkasa Rusia mengalami serangkaian kemunduran dalam beberapa tahun terakhir. Misi bulan pertamanya dalam 47 tahun gagal tahun lalu setelah pesawat luar angkasa Luna-25 Rusia lepas kendali dan jatuh.
Perlombaan untuk menempatkan tenaga nuklir di Bulan?
Konsep penggunaan reaktor nuklir untuk memberi daya pada koloni bulan di masa depan juga telah dilontarkan oleh badan antariksa AS, NASA. Hanya beberapa bulan setelah misi Apollo 11 menempatkan manusia di Bulan pada 1969, astronot Apollo 12 menggunakan generator nuklir untuk menyediakan listrik untuk eksperimen ilmiah di permukaan bulan.
Realita Pahit Program Antariksa Rusia
Pembangunan bandar antariksa Vostochny menandakan ambisi Rusia menguasai antariksa. Namun proyek raksasa itu terancam mangkrak didera korupsi. Kini Moskow terpaksa kembali menggunakan Kosmodrom Baikonur di Kazakhstan.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Mamontov
Nila Pada Baikonur
Sejak 1967 Rusia menggunakan bandar antariksa Baikonur di Kazakhstan untuk meluncurkan roket ke luar angkasa. Kosmodrom yang terletak di ceruk Turan itu memiliki infrastruktur kelas dunia, meski bukan tanpa cela. Pasalnya Baikonur tidak terletak di wilayah Rusia dan setiap tahun dinas antariksa Roskosmos harus membayar 115 juta Dolar AS untuk menggunakan fasilitas tersebut.
Foto: picture-alliance/dpa/R. Sitdikov
Ambisi Selangit Kosmodrom Vostochny
Sebab itu tahun 2007 Presiden Vladimir Putin memerintahkan pembangunan bandar antariksa baru yang juga menandai ambisi program antariksa Rusia. Namun rencana tersebut tidak berjalan mulus. Kosmodrom Vostochny yang berjarak 8000 km dari Moskow terancam menjadi proyek gagal lantaran minimnya dana.
Padahal pembangunan bandar antariksa itu sejauh ini sudah menelan biaya sebesar 7,5 milyar Dolar AS atau setara dengan 100 trilyun Rupiah. Perkara terbesar adalah biaya pembangunan anjungan peluncuran untuk tipe roket teranyar, Soyus 5, terlalu mahal sehingga dicoret dari rencana. Namun anjungan tersebut dibutuhkan untuk bisa meluncurkan misi berawak ke luar angkasa.
Foto: picture-alliance/dpa/TASS/I. Ageyenko
Mimpi Sarat Korupsi
Sejak awal proyek di Vostochny telah dihinggapi dugaan korupsi. Kejaksaan Rusia mengklaim sedikitnya 165 juta Dolar AS ditilap selama proses pembangunan. Aktivis anti korupsi meyakini jumlahnya jauh lebih besar. Tahun lalu sedikitnya 350 buruh mengadu ke Presiden Putin lantaran tidak mendapat upah selama empat bulan.
Tidak heran jika selama 2016 silam Kosmodrom Vostochny hanya meluncurkan satu roket yang mengangkut satelit mini. Sebab itu Roskosmos melirik anjungan peluncuran di Baikonur yang belum rampung sepenuhnya. Dengan cara itu Rusia bisa menghemat biaya, meski harus membayar uang sewa tahunan kepada pemerintah Kazakhstan.
Foto: Getty Images/AFP/K. Kudryavtsev
Harapan di Pundak Angara
Namun hal tersebut dibantah Moskow. Menurut Wakil Perdana Menteri Dimitry Rogozin, peluncuran misi berawak dari Kosmodrom Vostochny memang baru direncanakan pada 2021, lantaran menunggu tuntasnya pengembangan roket Angara yang berdaya angkut tinggi. Meski demikian ia tidak membantah alasan penghematan di balik keputusan melanjutkan kontrak sewa di Baikonur untuk roket Soyus 5.
Foto: picture-alliance/dpa/N. Anton
Ambisi yang Tertunda
Anjungan khusus untuk roket Angara baru akan dibangun akhir tahun ini dan diperkirakan menelan biaya 1,2 milyar Dolar AS. Untuk sementara Roskosmos merenovasi anjungan peluncuran roket Zenit di Baikonur agar bisa digunakan buat meluncurkan roket Soyus 5. Jadwal peluncuran roket berukuran sedang itu diperkirakan paling cepat tahun 2022.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Mamontov
7 foto1 | 7
Karena malam di Bulan berlangsung selama 14 hari Bumi, hanya mengandalkan tenaga surya membawa risiko bagi misi bulan berawak dan tak berawak. Namun masalah pasokan energi di luar angkasa menjadi semakin penting seiring dengan rencana NASA untuk mengembalikan manusia ke Bulan dalam misi Artemis, dengan pendaratan pertama dijadwalkan pada 2026.
Pada 2022, NASA mengumumkan pihaknya bekerja sama dengan Departemen Energi AS untuk memilih "proposal konsep" terkait sistem tenaga nuklir "yang siap diluncurkan pada akhir dekade ini."