Rusia Berharap Kesepakatan Nuklir Iran Dapat Diselamatkan
14 April 2021
Menlu Rusia tiba di Teheran untuk melakukan pembicaraan dengan para pemimpin Iran terkait upaya menyelamatkan perjanjian nuklir.
Iklan
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov pada hari Selasa (13/04) mengatakan Moskow berharap kesepakatan nuklir Iran dapat diselamatkan dan mengutuk sanksi Uni Eropa yang berpotensi merusak pembahasan kesepakatan yang sedang berlangsung.
"Kami berharap kemungkinan mempertahankan Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA)," kata Lavrov, mengacu pada kesepakatan nuklir Iran 2015.
"Sejauh yang kami pahami, mitra kami di Teheran telah menyatakan kesiapan mereka untuk segera bergerak ke arah itu" jika Washington menjunjung tinggi kesepakatan itu, Lavrov menambahkan.
Menlu Lavrov juga mengecam sanksi Uni Eropa terhadap Iran. "Saya berharap kolega Eropa kami memahami bahwa tindakan seperti itu tidak dapat diterima dan merusak pembicaraan kesepakatan itu," kata Lavrov.
Lika-Liku Kesepakatan Nuklir Iran
Donald Trump telah secara resmi menarik AS dari perjanjian nuklir internasional dengan Iran. Pemerintah AS terdahulu telah dengan susah payah menegosiasikannya selama bertahun-tahun dengan lima mitra internasional.
Foto: picture-alliance/epa/D. Calma
Yang menjadi masalah
Fasilitas nuklir Iran Bushehr adalah salah satu dari lima fasilitas yang dikenal oleh pengamat internasional. Israel, Amerika Serikat dan negara-negara sekutu telah sepakat bahwa usaha Iran memperkaya uranium - untuk keperluan energi domestik, menurut para pejabat di Teheran - dapat menjadi ancaman bagi kawasan jika hal itu berujung pada pengembangan senjata nuklir.
Foto: picture-alliance/dpa
Akhir dari masalah
Pada 2006, lima negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB (AS, Cina, Rusia, Prancis, Inggris) dan Jerman (P5+1) memulai proses negosiasi yang melelahkan dengan Iran yang akhirnya mencapai kesepakatan pada 14 Juli 2015. Negara-negara tersebut sepakat memberikan kelonggaran sanksi pada Iran. Sebagai gantinya, pengayaan uranium Iran harus terus dipantau.
Foto: picture alliance / landov
Rakyat Iran setuju
Di Teheran dan kota-kota lain di Iran, warga merayakan apa yang mereka yakini sebagai akhir dari isolasi ekonomi bertahun-tahun yang memberi efek serius pada kesehatan dan gizi masyarakat karena kurangnya akses ke pasokan medis dan makanan untuk warga biasa. Banyak juga yang melihat perjanjian itu sebagai bukti bahwa Presiden Hassan Rouhani berusaha untuk membuka Iran ke dunia dengan cara lain.
Foto: picture alliance/AA/F. Bahrami
Peran IAEA
Badan Energi Atom Internasional (IAEA) ditugaskan untuk memantau kepatuhan Iran kepada kesepakatan itu. Direktur Jenderal IAEA Yukiya Amano (kiri) pergi ke Teheran untuk bertemu dengan Rouhani pada bulan Desember 2016, hampir satu setengah tahun setelah kesepakatan itu ditandatangani. Dalam laporan yang disampaikan setiap tiga bulan, IAEA berulang kali menyertifikasi kepatuhan Iran.
Foto: picture alliance/AA/Iranian Presidency
Sang oponen
Setelah delapan tahun dengan Barack Obama, PM Israel Benjamin Netanyahu menemukan sosok presiden AS yang ia inginkan dalam Donald Trump. Meski Trump tidak memiliki pengalaman dalam diplomasi dan ilmu nuklir, ia menyebut perjanjian internasional tersebut sebagai "kesepakatan terburuk yang pernah dinegosiasikan." Hal ini juga menjadi pokok kampanye pemilunya di 2016.
Foto: Reuters/R. Zvulun
Siapa yang masih ada?
Meskipun ada sertifikasi IAEA dan protes dari Kemlu AS, Trump tetap menarik AS dari perjanjian pada 8 Mei. Pihak-pihak lain telah berjanji untuk tetap berada dalam kesepakatan. Diplomat top Uni Eropa, Federica Mogherini (kiri), sudah melakukan pembicaraan dengan para menteri luar negeri dari (ki-ka) Iran, Prancis, Jerman dan Inggris.
Foto: picture-alliance/Photoshot
6 foto1 | 6
Moskow geram atas sanksi UE
Pada hari Senin (12/04), UE menambahkan delapan pejabat keamanan Iran, termasuk Kepala Pengawal Revolusi ke daftar hitam pemberlakuan sanksi yang terdiri dari pembekuan aset dan larangan visa atas aksi protes tahun 2019.
"Jika ada kekurangan koordinasi di UE saat tangan kanan tidak menyadari apa yang dilakukan tangan kiri, itu sangat disayangkan," kata Lavrov.
"Tetapi jika keputusan ini diambil dengan sengaja di tengah pembicaraan kesepakatan lanjutan di Wina untuk menyelamatkan JCPOA, maka bukan hanya disayangkan - ini adalah kesalahan yang lebih buruk daripada kejahatan."
"Kami mengutuk setiap upaya untuk merusak proses tersebut," tambahnya.
Bagaimana tanggapan Iran?
Zarif mengatakan Iran "tidak memiliki masalah dengan kembali melaksanakan komitmen JCPOA." Dia memperingatkan bahwa "tindakan sabotase" dan sanksi tidak akan memberi Washington keuntungan tambahan dalam menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015 yang gagal, yang dihentikan AS pada 2018 di bawah pemerintahan mantan Presiden Donald Trump.
"Tetapi Amerika harus tahu bahwa baik sanksi maupun tindakan sabotase tidak akan memberi mereka kesempatan negosiasi dan tindakan ini hanya akan membuat situasi lebih sulit bagi mereka," kata diplomat Iran itu dalam konferensi pers bersama dengan Lavrov.
Kantor berita IRNA Iran melaporkan bahwa Menlu Rusia juga bertemu dengan Presiden Hassan Rouhani. Serangan siber terhadap fasilitas nuklir Natanz juga akan dibahas dalam pertemuan bilateral tersebut. Laporan media di Iran mengaitkan "sabotase" dengan Israel yang melakukan "operasi dunia maya."