Rusia dan Cina tampilkan diri sebagai kekuatan baru pengimbang konsep neoliberal globalisasi barat. Dalam KTT BRICS di Rusia, lima negara industri baru berusaha angkat status sebagai kekuatan pengimbang kelompok G-7.
Iklan
Barat dengan neoliberalisme globalisasinya yang dituding sebagai konsep baru untuk kuasai dunia, jadi bulan-bulanan kritik dalam dokumen penutup konferensi puncak lima negara industri baru, Brazil, Rusia, India, Cina dan Afrika Selatan yang bergabung dalam BRICS yang digelar di kota Ufa, Rusia.
Disebutkan dalam dokumen tersebut, neoliberalisasi semacam itu justru memusnahkan lapangan kerja sekaligus merusak lingkungan global. BRICS juga mengkritik politik ekonomi Amerika Serikat dan Uni Eropa dalam memerangi krisis keuangan yang bisa berdampak global seperti yang terjadi di Yunani.
Dalam pidato penutupan KTT, tuan rumah presiden Rusia Vladimir Putin melontarkan kekhawatirannya, melihat ketidakstabilan pasar dan harga energi serta komoditi yang makin mahal. "Ketidak seimbangan ini mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi negara BRICS", ujar Putin.
Rusia dan Cina secara mencolok terlihat hendak memposisikan diri sebagai dua negara pengimbang kekuatan negara industri Barat yang bergabung dalam G-7. Agenda utama dari pertemuan puncak di Ufa adalah menggalang kerjasama ekonomi lebih erat, untuk memantapkan alternatif tatanan dua tanpa klaim kekuasaan Amerika Serikat dan dominasi Dolar. Selain itu juga dicanangkan program memerangi krisis global.
Aliansi ekonomi tandingan
Seusai KTT BRICS pimpinan 5 negara industri baru itu melanjutkan dengan pertemuan Shanghai Cooperation Organisation-SCO, yang juga dihadiri oleh 4 kepala negara ex Uni Sovyet di Asia Tengah, Tajikistan, Uzbekitsa, Kazakstan dan Kirgiztan. Juga hadir para presiden dari Mongolia, Armenia, Belorusia, Iran dan Afghanistan.
Tuan rumah, Presiden Rusia Vladimir Putin dan presiden Cina Xi Jinping menjadikan dirinya figur sentral dalam KTT ganda yang hendak jadi pengimbang kekuatan dunia yang didominasi barat. Putin dan Xi Jinping terutama memanfaatkan pertemuan puncak itu untuk mendorong pembentukan aliansi ekonomi Asia dengan kawasan pasca bubarnya Uni Soyet.
Rusia dengan jelas terlihat bergerak kse Asia, akibat memburuknya hubungan Moskow dengan barat gara-gara konflik Ukraina. Juga dengan jelas terlihat, bagi Putin agenda politik dan ekonomi yang terlalu beragam dalam kedua KTT itu tidak terlalu penting. Yang terutama adalah, presiden Rusia ini bisa kembali memoles citra politiknya di panggung politik dunia.
as/ml(rtr,afp,dpa)
Daftar Negara Pengutang Terbesar di Dunia
Secara umum negara-negara maju mencuat berkat nilai utang yang menggunung dan terus membengkak. Menurut Dana Moneter Internasional, Jepang, Amerika Serikat dan Cina adalah tiga negara dengan jumlah utang terbesar.
Foto: picture-alliance/dpa
Jepang - 10,46 Triliun Dolar AS
Perekonomian negeri sakura yang ikut terjerat resesi global banyak mengalami kemajuan sejak era Perdana Menteri Shinzo Abe. Namun begitu, rasio utang Jepang terhadap produk domestik bruttonya masih yang tertinggi di dunia, yakni sekitar 245,5 %. Kenaikan utang antara lain berkat kebijakan ofensif Abe yang memperbesar belanja pemerintah demi pertumbuhan ekonmi.
Foto: picture-alliance/dpa
Yunani - 447 Miliar Dolar AS
HIngga detik ini Yunani masih menggantungkan nasibnya pada uluran tangan Eropa. Negeri yang babak belur oleh krisis ekonomi itu memiliki rasio utang sebesar 171% dari PDB-nya. Athena saat ini tengah berupaya mengajukan pemotongan utang kepada para krediturnya.
Foto: Reuters/A. Konstantinidis
Italia - 2,25 Triliun Dolar AS
Setelah Yunani, Italia mencatat rasio utang tertinggi kedua di Eropa dengan kisaran 136% terhadap produk domestik brutto. Jurus yang dirapal pemerintah di Roma untuk menanggulangi utang yang menggunung adalah dengan memprivatisasi aset negara, antara lain sebagian saham di perusahaan jasa pos nasional, Poste Italiane.
Foto: picture-alliance/dpa
Portugal - 293 Miliar Dolar AS
Selama bertahun-tahun Portugal memompa kemakmuran lewat utang. Hasilnya tahun 2015 rasio utang negara di selatan Eropa itu meningkat tajam menjadi 128,7% terhadap PDB. Namun begitu pemerintah di Lisabon telah banyak mencatat kemajuan dengan program penghematan anggarannya.
Foto: AFP/Getty Images
Singapura - 310 Milliar Dolar AS
Kecil tapi besar. Itulah perekonomian Singapura yang sayangnya juga termasuk jumlah utangnya. Saat ini Singapura mencatat rasio utang sebesar 105% terhadap PDB. Jika dibagi rata, setiap penduduk negeri jiran itu berutang 57,5 ribu Dolar AS atau sekitar 750 juta Rupiah per kepala.
Foto: AFP/Getty Images
Amerika Serikat - 16,3 Triliun Dolar AS
Rasio utang Amerika Serikat berada di kisaran 105,1% terhadap produk domestik brutto. Dampaknya rating kredit AS diturunkan dari AAA menjadi AA+ 2011 lalu. Sejak krisis melanda 2008 silam, Washington menggelontorkan dana miliaran untuk menopang pertumbuhan, antara lain lewat belanja infrastruktur, keringanan pajak untuk dunia bisnis dan kebijakan intervensi pasar modal
Foto: Getty Images
Cina - 8,2 Triliyun Dolar AS
Kendati berjumlah besar, utang Cina tidak banyak membebani perekonomiannya. Saat ini rasio utang negeri tirai bambu itu cuma berkisar 41,3% dari produk domestik brutto. Yang mengejutkan adalah kenaikan utang domestik Cina yang meroket sejak 2007. Beijing diwanti-wanti agar memperhatikan pertumbuhan utangnya jika tidak ingin mengalami perlambatan pertumbuhan.
Foto: Getty Images/K. Frayer
Indonesia - 293,7 Miliar Dollar AS
Produk Domestik Brutto Indonesia yang menembus angka 1 Triliun USD tahun 2014 silam membuat rasio utang pemerintah mengecil, menjadi cuma 26% dari total PDB. Dalam hal utang, Indonesia tergolong sehat dan termasuk negara dengan rasio utang terkecil di dunia.