1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Rusia dan Uni Eropa Tidak Capai Kata Sepakat dalam Konflik Kaukasus

29 Oktober 2008

Rusia dan Uni Eropa masih bertolak belakang dalam konflik mengenai masa depan Ossetia dan Abkhasia. Ini terlihat jelas dalam pertemuan antara Menlu Rusia Lavrov dan Menlu Perancis Kouchner di St. Petersburg.

Menlu Perancis Bernard Kouchner (ki) dan rekannya dari Rusia Segey LavrovFoto: AP

Moskow tidak menginginkan kehadiran pengamat Uni Eropa di dua provinsi Georgia yang memisahkan diri. Menlu Rusia Sergey Lavrov kembali menekankan sikap yang dipegang Moskow sampai saat ini:

"Setelah pengakuan Rusia atas kemerdekaan Ossetia Selatan dan Ablhasia, maka apa yang berkaitan dengan keamanan di dua republik itu menjadi tanggungan Rusia. Ini harus dipahami sebagai jawaban terhadap permintaan pemerintah Ossetia Selatan dan Abkhasia. Menyangkut keberadaan pengamat UE, kami akan bertindak sesuai rencana Medvedev dan Sarkozy. Dimana ditetapkan bahwa mereka ditempatkan di wilayah perbatasan ke Ossetia Selatan dan Abkhasia.“

Lavrov beberapa kali mengkritik misi UE dan menuduh Eropa bermain api. Ia menilai, Eropa tidak dapat menjalankan tugasnya dengan adil untuk menghindarkan provokasi Georgia di kawasan penyangga. Sebelumnya Ossetia Selatan menuduh Georgia bertanggungjawab atas insiden penembakan di sejumlah desa di wilayah selatan.

Presiden Abkhasia Sergey Bagapsh juga menganggap pengamat UE tidak memadai untuk menjamin keamanan di kawasan. Setelah penarikan pasukan Rusia dari kawasan penyangga, situasi di perbatasan ke Georgia memburuk. Senin (27/10) Sergey Bagapsh bahkan mengarahkan serangan verbal ke Tiblisi:

"Georgia memulai aksi teroris besar di perbatasan Republik Abkhasia. Tembakan yang diarahkan Georgia kepada pos-pos penjagaan kami akan dibalas dengan senjata apapun yang tersedia di sana.“

Pemimpin misi UE Hansjörg Haber beberapa kali menekankan bahwa pengamat UE yang tidak dipersenjatai akan mendapat akses ke Ossetia Selatan dan Abkhasia. Hanya dengan begitu bisa diperoleh gambaran utuh mengenai situasi di lokasi.

Saat perdebatan mengenai masalah tersebut tidak mencapai kemajuan, Menlu Perancis Bernard Kouchner menyerukan kerjasama bagi penjelasan perang di Georgia. Sebuah komisi independen akan dibentuk dengan tujuan membuka latar belakang perang tersebut. Untuk itu, kedua pihak harus memberikan arsip-arsip dokumen yang berkaitan dengan perang tersebut. Menteri Pertahanan Georgia juga harus memberikan pernyataan dan jawaban.

Meski pertemuan hari Selasa (28/10) di St. Petersburg tidak membuahkan banyak hasil, Kouchner tetap menyampaikan pesan positif bagi pihak Rusia. Sebagai wakil Perancis yang tengah memimpin Dewan kepresidenan UE, ia menjanjikan dibukanya kembali pembicaran tentang perjanjian kemitraan antara UE dan Rusia. Jika tidak ada halangan, jadwal mengenainya sudah bisa diajukan pada KTT UE-Rusia bulan November di Nice.