1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Rusia Kurangi Pasokan Gas, Uni Eropa Protes

6 Januari 2009

Sengketa pasokan gas antara Rusia dan Ukraina semakin memanas di tengah turunnya suhu di musim dingin ini. Sehubungan sengketa gas tersebut, hari Selasa (06/01) sejumlah negara di Eropa tidak menerima pasokan gas.

Pengukur tekanan gas menunjukkan angka nol di sebuah stasiun pipa transit gas UkrainaFoto: AP

Selasa (06/01) pagi di Ukraina diawali dengan kejutan besar. Setelah sengketa Ukraina dan Rusia tentang transit gas, perusahaan gas Rusia Gazprom Senin malam mengumumkan sebagian pasokan gas bagi Eropa Barat tidak akan lagi disalurkan lewat Ukraina, dan diupayakan lewat jalur lain. Bahwa hal itu akhirnya berarti pengurangan drastis penyaluran gas, tidak ada yang menduganya di Kiev

„Sampai jam 8 pagi Ukraina memperoleh 92 juta meter kubik gas untuk pelanggan Eropa, melalui satu-satunya stasiun pemompa gas Sudsha yang bertanggung jawab untuk menyalurkannya. Sejak itu semua kontak antara jasa penyalur Naftogas Ukraina dan Gazprom terhenti. Kami tidak tahu apa yang terjadi dan sangat heran terhadap posisi Rusia.“

Demikian juru bicara Naftogas Valentin Semljanski. Menurutnya Rusia kembali menutup pipa gas dan kali ini terasa bagi pelanggan di banyak negara Eropa, Dari jumlah biasanya 221 juta meter kubik gas hanya 92 juta meter kubik gas yang diperoleh. Selasa (06/01) pasokan gas di Austria hanya mencapai 10 persen dari biasanya. Jerman juga melaporkan menurunnya pasokan gas. Di Rumania pasokan gas berkurang 75 persen dari jatah pasokan yang disepakati. Yunani dan Makedonia juga melaporkan berkurangnya pasokan gas secara drastis. Hari Senin (05/01) Bulgaria dan Turki melaporkan tidak menerima lagi pasokan gas Rusia.

Reaksi pertama dari Moskow datang sebelum tengah hari melalui Wakil Direktur Gazprom Alexander Medvedjev

„Meskipun semua upaya kami untuk membawa pihak Ukraina kembali ke meja perundingan sejak 5 hari kami tidak memiliki mitra bicara. Semua berita kami peroleh melalui pers. Dan itu tidak optimal bagi kami. Gazprom melakukan segalanya agar pasokan gas tidak berkurang, tapi kemungkinan, perusahaan ini bukannya tanpa batas. Jika Ukraina mulai menciptakan hambatan, dan itu sudah dilakukannya ketika tidak membiarkan mengalirnya pasokan gas tambahan melalui jaringan pipa gasnya, maka dampaknya tidak dapat diramalkan.“

Lebih jauh Moskow menuduh pemerintah di Kiev membajak gas bagi Eropa Barat secara ilegal. Tuduhan yang selalu dibantah Ukraina. Namun setelah keputusan pengadilan di Ukraina hari Senin lalu, yang menyatakan kesepakatan harga transit gas dengan Rusia tidak lagi berlaku, di mata Moskow citra Kiev sebagai mitra negara transit gas yang diandalkan semakin merosot.

Uni Eropa menyebut situasi akibat sengketa gas itu dramatis dan menunjukkan sikap marah. Tanpa peringatan sebelumnya dan jelas bertentangan dengan jaminan yang diberikan pihak tertinggi Rusia dan Ukraina pasokan gas ke sejumlah negara Uni Eropa berkurang drastis. Demikian ditekankan Komisi Eropa dan Ceko sebagai Ketua Dewan Eropa. Berkurangnya pasokan gas ini dapat diartikan sebagai isyarat kepada Uni Eropa. Hari Selasa (06/01), wakil-wakil Komisi Eropa, pemerintah Ukraina dan juga wakil direktur Gazprom Medvedjev melakukan pertemuan di Berlin, Jerman.

Sementara itu dilaporkan Direktur perusahaan gas Ukraina Naftogas, Oleg Dubina hari Kamis (08/01) akan bertolak ke Moskow untuk melakukan pembicaraan. Keputusan itu diambil setelah pembicaraan telefon dengan Direktur Gazprom Rusia, Alexej Miller. Demikian dikatakan Dubina dalam sebuah konferensi pers di Ibukota Ukraina, Kiev. (dk)