Serangan terbaru menjadi yang paling besar dalam beberapa bulan terakhir. Meski Rusia mengklaim serangan itu ditujukan pada militer Ukraina, namun banyak warga sipil Ukraina menjadi korban.
Iklan
Agresi militer Rusia terus digencarkan sebagai aksi balasan terhadap serangan Ukraina. Rusia melancarkan serangan terbesar terhadap Ukraina dalam kurun waktu beberapa bulan terakhir, pada Senin (10/10). Serangan mematikan ini menghancurkan gedung dan pemukiman masyarakat sipil, melumpuhkan listrik dan distribusi air, serta menewaskan sedikitnya 14 orang.
Layanan Darurat Ukraina mengatakan hampir 100 orang terluka dalam serangan pagi itu. Rusia meluncurkan serangan dari udara, laut dan darat terhadap 14 wilayah, mulai dari Lviv di barat hingga Kharkiv di timur. Sejumlah serangan dilancarkan ke sasaran yang berada jauh dari garis depan peperangan.
Meskipun Rusia mengatakan rudal menargetkan fasilitas militer dan energi, namun beberapa menyerang daerah sipil, saat warga sipil sedang menuju ke tempat kerja dan sekolah. Salah satu rudal menghantam taman bermain di pusat kota Kyiv dan satu lagi menghantam sebuah universitas.
Dampak serangan bagi warga sipil Ukraina
Serangan-serangan tersebut membuat sebagian besar aliran listrik di negara itu mati, ratusan ribu orang kehilangan akses listrik hingga Senin (10/10) malam. Pihak berwenang Ukraina meminta masyarakat untuk menghemat dan mengumumkan akan menghentikan ekspor listrik ke Eropa mulai Selasa (11/10). Pemadaman listrik sering membuat penduduk kehilangan air, mengingat ketergantungan sistem pada listrik untuk menjalankan pompa air dan peralatan lainnya.
Andriy Yermak, penasihat senior Presiden Volodymyr Zelenskyy, menuding serangan itu tidak memiliki "pengertian militer praktis”, tujuan Rusia adalah menyebabkan "bencana kemanusiaan.”
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pasukannya menargetkan infrastruktur energi utama dan fasilitas komando militer dengan "senjata presisi" sebagai pembalasan atas apa yang dia klaim sebagai tindakan "teroris" Kyiv sebagai upaya Ukraina untuk mengusir invasi Moskow, termasuk serangan Sabtu (08/10) di sebuah jembatan penghubung antara Rusia dan Semenanjung Krimea yang dicaplok.
Putin menuduh serangan jembatan itu didalangi oleh dinas khusus Ukraina. Putin bersumpah akan memberikan tanggapan yang "keras” dan "proporsional” jika serangan Ukraina lebih lanjut mengancam keamanan Rusia. "Tidak ada yang meragukannya,” katanya kepada Dewan Keamanan Rusia melalui video.
Putin tuding Ukraina sebagai teroris
Presiden Rusia berada di bawah tekanan dalam negeri yang kuat agar mengambil tindakan yang lebih agresif untuk menghentikan serangan balasan Ukraina, seperti yamg terjadi pada serangan hari Sabtu (08/10) di jembatan Kerch. Dalam beberapa waktu terakhir Putin yang semakin sering menuding Ukraina sebagai teroris dapat melancarkan tindakan yang lebih berani dan kejam.
Namun dalam pidato hari Senin (10/11), Putin, yang memerintahkan mobilisasi pasukan parsialnya bulan lalu dan memicu eksodus ratusan ribu pria dewasa mengatakan, berhenti meningkatkan "operasi militer khusus” nya menjadi kampanye kontraterorisme atau darurat militer. Zelenskyy telah berulang kali meminta para pemimpin dunia untuk menyatakan Rusia sebagai negara teroris karena serangannya terhadap warga sipil dan dugaan kejahatan perang.
Kepala penegak hukum Ukraina mengatakan, serangan Senin (11/10) merusak 70 situs infrastruktur, 29 di antaranya kritis. Zelenskyy mengatakan, dari 84 rudal jelajah dan 24 drone yang ditembakkan Rusia, pasukan Ukraina berhasil menembak jatuh 56 rudal.
"Ledakan terjadi di distrik Shevchenko di ibu kota, yang mencakup kota tua bersejarah dan kantor-kantor pemerintah", kata Walikota Vitali Klitschko.
Beberapa serangan terjadi di dekat kawasan pemerintah di jantung simbolis ibu kota, tempat parlemen dan simbol utama lainnya berada. Sebuah menara kantor berlapis kaca rusak parah, dengan sebagian besar jendela berwarna biru pecah.
Iklan
Ukraina sebut Rusia sengaja timbulkan kerusakan
Zelenskyy, dalam sebuah video pribadinya, dilansir saat serangan terjadi hari Senin (10/10), mengatakan, Rusia "memilih waktu dan target seperti itu dengan sengaja untuk menimbulkan kerusakan paling besar.”
Serangan tersebut membuat penduduk dua kota terbesar di Ukraina yakni Kyiv dan Kharkiv mengungsi ke tempat perlindungan bom, termasuk stasiun kereta bawah tanah.
Istri Zelenskyy, Olena, memposting video yang menunjukkan orang-orang yang berlindung di tangga stasiun kereta bawah tanah Kyiv menyanyikan lagu rakyat Ukraina, "In a Cherry Garden," yang baris terakhirnya adalah: "Ibuku tersayang, kamu sudah tua dan aku bahagia dan muda. Saya ingin hidup, untuk mencintai.”
Sementara sirene serangan udara terus berlbunyi sepanjang serangan, di Kyiv dan di tempat lain banyak orang Ukraina mengabaikan peringatan serangan setelah berbulan-bulan tenang. Sirene serangan udara terdengar di setiap wilayah Ukraina selama empat jam berturut-turut, kecuali di Krimea yang dicaplok Rusia.
Wartawan Associated Press melihat sejumlah mayat di lokasi industri di pinggiran Dnipro. Empat orang tewas dan 19 terluka di kota itu, kata para pejabat. Saksi mata mengatakan satu rudal mendarat di depan bus, merusak kendaraan tetapi tidak membunuh penumpang.
Negara Pemasok Senjata ke Ukraina
Perang yang dilancarkan Rusia di Ukraina terus berkobar. PBB berusaha medorong dialog damai. Namun, sejumlah negara NATO mengirim lebih banyak senjata ke Ukraina. Senjata apa yang sudah dan akan disuplai ke Ukraina?
Foto: Thomas Imo/photothek/picture alliance
Amerika Serikat, Beragam Senjata
Pentagon memasok beragam persenjataan ke Ukraina senilai 2,5 miliar USD. Antara lain peluru kendali anti pesawat terbang Javelin buatan Inggris (foto). Selain itu, AS merencanakan pengiriman 300 kendaraan lapis baja dan sejumlah meriam artileri yang bisa dikendalikan lewat GPS lengkap dengan amunisinya. Juga Washington akan kirim 11 helikopter transport tipe MI-17 buatan Uni Sovyet.
AS juga mengirim sekitar 300 Drone Switchblade yang dipuji gampang dikendalikan dan tidak perlu stasiun peluncur canggih di darat. Dengan bobot hanya beberapa kilogram Switchblade bisa diangkut dengan ransel dan punya daya jelajah hingga 10 km. Drone sekali pakai ini bisa dikendalikan secara presisi untuk diledakkan menghancurkan target musuh.
Foto: AeroVironment/abaca/picture alliance
Jerman, Tank Gepard
Pemerintah Jerman sudah menyetujui pengiriman senjata berat, berupa tank anti serangan udara jenis Gepard. Dikembangkan tahun 1970-an, tank ini selama tiga dekade jadi tulang punggung sistem pertahanan anti serangan udara Jerman. Dilengkapi meriam kaliber 23mm yang mampu menembus lapis baja, dulu terutama dirancang untuk melumpuhkan helikopter tempur MI-24 buatan Rusia.
Foto: Carsten Rehder/dpa/picture alliance
Turki, Drone Bayraktar
Turki sudah memasok 20 drone tempur Bayraktar TB2 ke Ukraina. Penjualan drone ini pada tahun 2021 mulanya tidak ada kaitannya dengan perang yang dilancarkan Rusia. Tapi seiring perkembangan situasi di Ukraina, drone buatan Turki ini jadi salh satu senjata berat yang dikirim ke Ukraina dari salah satu anggota NATO.
Foto: Mykola Lararenko/AA/picture alliance
Republik Ceko, Tank T-72 M4
Republik Ceko menjadi negara pertama anggota NATO yang mengirim senjata berat ke Ukraina. Bulan Januari 2022 seiring penguatan pasukan Rusia di perbatasan Ukraina, Praha mengirim amunisi dan granat anti panser. Setelah invasi Rusia, Republik Ceko mengirimkan tank tipeT-72 M4 buatan Uni Sovyet (foto) dan panser tipe MBP.
Foto: Jaroslav Ozana/CTK/dpa/picture alliance
Polandia, MIG-29
Polandia merencanakan pengiriman sejumlah pesawat tempur tipe MIG-29 buatan Rusia ke Ukraina lewat negara ketiga. Namun NATO menolak rencana ini, karena dengan itu berarti pakta pertahanan Atllantik Utara akan dianggap terlibat secara langsung dalam perang di Ukraina. Warsawa akhirny hanya mengirim senjata tempur dan amunisinya.
Foto: Cuneyt Karadag/AA/picture alliance
Negara NATO Lain, Akan Kirim Senjata Taktis
Anggota NATO lainnya seperti Inggris, Prancis, Belanda, Belgia dan Kanada sudah menjanjikan pengiriman bantuan persenjataan ke Ukraina. PM Inggris Boris Johnson sesumbar akan mengirim rudal anti armada laut, sementara PM Belanda Mark Rutte menjanjikan akan mengirim panser tempur. Namun sejauh ini belum ada yang melakukan pengiriman senjata (as/yf)
Foto: U.S. Army/Zuma/imago images
7 foto1 | 7
Natalia Nesterenko, seorang ahli matematika mengatakan, melihat satu rudal terbang di dekat balkon apartemen Dnipro miliknya saat dia berada di dapur, lalu dia mendengar dua ledakan. "Ini sangat berbahaya. Saya segera menelepon anak-anak saya untuk mengecek bagaimana keadaan mereka karena siapa pun dapat terkena, perempuan, anak-anak," katanya.
Kecaman internasional terhadap Rusia
Negara G7 menjadwalkan konferensi video pada hari Selasa (11/10) untuk membahas situasi tersebut, yang akan dipaparkan oleh Zelenskyy.
Presiden AS Joe Biden dalam sebuah pernyataan mengatakan, "serangan rudal yang menewaskan warga sipil sekali lagi menunjukkan kebrutalan perang ilegal Putin terhadap rakyat Ukraina." Dia menambahkan, Amerika Serikat dan sekutunya akan "terus membebani Rusia atas agresinya, meminta pertanggungjawaban Putin dan Rusia atas kekejaman dan kejahatan perangnya, dan memberikan dukungan yang diperlukan bagi pasukan Ukraina untuk membela negara dan kebebasan mereka."
Dalam panggilan telepon Senin (10/10) malam, Biden mengatakan kepada Zelenskyy bahwa Amerika Serikat menyetujui permintaannya untuk menyediakan sistem pertahanan udara canggih.
Bagaimana Perang Putin Mempengaruhi Ekonomi Dunia
Efek perang Rusia terhadap Ukraina dirasakan di seluruh dunia. Harga makanan dan bahan bakar meningkat di mana-mana. Di beberapa negara kerusuhan pecah akibat naiknya harga barang kebutuhan utama.
Foto: Dong Jianghui/dpa/XinHua/picture alliance
Belanja Semakin Mahal di Jerman
Konsumen di Jerman merasakan kenaikan biaya hidup. Konsekuensi dari perang di Ukraina dan sanksi terhadap Rusia mulai terasa. Pada bulan Maret, tingkat inflasi Jerman mencapai level tertinggi sejak 1981. Pemerintah Jerman ingin segera mengembargo batubara Rusia, tetapi masih memperdebatkan pelarangan impor gas dan minyak dari Rusia.
Foto: Moritz Frankenberg/dpa/picture alliance
Antrian Mengisi Bahan Bakar di Kenya
Antrian panjang mobil di SPBU Nairobi. Di Kenya, warga juga merasakan dampak perang di Ukraina. Bahan bakar kian mahal, dan pasokannya terbatas, belum lagi krisis pangan. Duta Besar Kenya untuk PBB Martin Kimani dalam sidang Dewan Keamanan menyatakan keprihatinannya, dan membandingkan situasi di Ukraina timur dengan perubahan yang terjadi di Afrika setelah berakhirnya era kolonial.
Foto: SIMON MAINA/AFP via Getty Images
Siapa Amankan Suplai Gandum ke Turki?
Rusia adalah produsen gandum terbesar di dunia. Karena larangan ekspor dari Rusia, harga roti sekarang naik di banyak tempat, termasuk di Turki. Sanksi internasional telah mengganggu rantai pasokan. Ukraina juga merupakan salah satu dari lima pengekspor gandum terbesar di dunia, tetapi perang dengan Rusia membuat mereka tidak dapat mengirimkan barang dari pelabuhannya di Laut Hitam.
Foto: Burak Kara/Getty Images
Harga Gandum Melonjak di Irak
Seorang pekerja tengah menumpuk karung-karung tepung tergu di pasar Jamila, pasar grosir terpopuler di Baghdad. Harga gandum telah meroket di Irak sejak Rusia menginvasi Ukraina, karena kedua negara tersebut menyumbang setidaknya 30% dari perdagangan gandum dunia. Irak tetap netral sejauh ini, tetapi poster-poster pro-Putin sekarang telah dilarang di negara itu.
Foto: Ameer Al Mohammedaw/dpa/picture alliance
Unjuk Rasa di Peru
Para demonstran bentrok dengan polisi di ibukota Peru, Lima. Mereka memprotes kenaikan harga pangan, satu di antara rangkaian kenaikan harga. Krisis semakin diperburuk dengan adanya perang di Ukraina. Presiden Peru, Pedro Castillo memberlakukan jam malam dan keadaan darurat untuk sementara. Tapi jika peraturan tersebut dicabut, protes akan terus berlanjut.
Foto: ERNESTO BENAVIDES/AFP via Getty Images
Keadaan Darurat di Sri Lanka
Di Sri Lanka, warga turun ke jalan untuk mengekspresikan kemarahan mereka. Beberapa hari lalu, ada yang mencoba menyerbu kediaman pribadi Presiden Gotabaya Rajapaksa. Memuncaknya protes terhadap kenaikan biaya hidup, kekurangan bahan bakar, dan pemadaman listrik, mendorong presiden mengumumkan keadaan darurat nasional, sekaligus meminta bantuan pengadaan sumber daya dari India dan Cina.
Warga di Skotlandia juga memprotes kenaikan harga makanan dan energi. Di seluruh Inggris, serikat pekerja telah mengorganisir demonstrasi untuk memprotes kenaikan biaya hidup. Brexit telah mengakibatkan kenaikan harga di banyak area kehidupan, dan perang di Ukraina makin memperburuk keadaan.
Foto: Jeff J Mitchell/Getty Images
Harga Ikan Goreng di Inggris Melonjak
Warga Inggris punya alasan untuk khawatir terkait hidangan nasional tercinta mereka "fish and chips". Sekitar 380 juta porsi goreng ikan dan kentang dikonsumsi di Inggris setiap tahun. Tetapi sanksi keras saat ini, berarti harga ikan putih dari Rusia, minyak goreng dan energi, semuanya melonjak naik. Pada Februari 2022, tingkat inflasi Inggris mencapai 6,2%.
Foto: ADRIAN DENNIS/AFP via Getty Images
Peluang Ekonomi bagi Nigeria?
Seorang pedagang di Ibafo, Nigeria, tengah mengemas tepung untuk dijual kembali. Nigeria telah lama ingin mengurangi ketergantungannya pada makanan impor, dan membuat ekonominya lebih tangguh lagi. Orang terkaya di Nigeria Aliko Dangot, baru-baru ini membuka pabrik pupuk terbesar di negara itu, dan berharap memiliki banyak pembeli. Apakah itu sebuah peluang? (kp/as)
Foto: PIUS UTOMI EKPEI/AFP via Getty Images
9 foto1 | 9
Presiden Prancis Emanuel Macron menyatakan "keprihatinan yang ekstrem." Menteri Luar Negeri Inggris James Cleverly men-tweet bahwa "Penembakan rudal Rusia ke wilayah sipil Ukraina tidak dapat diterima.”
Beberapa orang khawatir serangan hari Senin (10/11) mungkin merupakan awal dari serangan baru Rusia. Sebagai tindakan pencegahan, Ukraina mengalihkan kegiatan sekolah ke pembelajaran online.
Sementara, Presiden Belarusia Alexander Lukashenko mengumumkan bahwa dia dan Putin setuju untuk membentuk "pengelompokan pasukan regional” bersama. Meski ia tidak memberikan rincian mengenai rencana tersebut.
Lukashenko mengulangi klaimnya bahwa Ukraina sedang merencanakan serangan terhadap Belarus. Rencana tersebut memicu kekhawatiran di Minsk sehingga ia akan mengambil tindakan pencegahan. Menteri pertahanannya, Viktor Khrenin, kemudian merilis sebuah video yang memperingatkan Ukraina untuk tidak memprovokasi Belarusia, serta mengatakan "Kami tidak ingin berperang.”