Selain pengurangan 755 diplomat AS di Moskow, Presiden Rusia Vladimir Putih juga mengatakan pemerintahannya mungkin akan ambil langkah lain sebagai reaksi atas sanksi terbaru AS.
Iklan
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan hari Minggu kemarin (30/07) dalam wawancara dengan Vesti TV , AS harus mengurangi staf diplomatik sebanyak 755 orang hingga 1 September mendatang. "Karena lebih dari 1.000 orang - diplomat dan staf pendukung AS- saat ini bekerja di Rusia, 755 harus menghentikan aktivitasnya di Rusia," tambah Putin.
Hari Jumat lalu Moskow sudah memerintahkan AS untuk mengurangi ratusan orang dari staf diplomatiknya di Rusia. Moskow juga tidak akan memperpanjang ijin penggunaan dua lokasi bagi fasilitas kedutaan AS. Itulah langkah balasan yang diambil pemerintah di Kremlin sebagai reaksi atas usulan sanksi-sanksi baru AS, yang disetujui Kongres dan Senat AS. Jumat (28/07) Gedung Putih menyatakan Presiden AS, Donald Trump akan menandatangani keputusan tersebut.
Sebagian dari sanksi baru AS terhadap Rusia, adalah reaksi setelah Dinas Rahasia AS menarik kesimpulan, bahwa Rusia memanipulasi pemilu presiden tahun 2016. Selain itu ini juga langkah penghukuman bagi Rusia karena menganeksasi Semenanjung Krimea tahun 2014. Sejauh ini Moskow terus menampik tuduhan ikut campur dalam pemilu AS.
Kronologi Hubungan Trump Dengan Rusia
Skandal kedekatan sejumlah orang terdekat Donald Trump dengan Rusia mendominasi penyelidikan FBI atas intervensi Kremlin terhadap pemilu kepresidenan AS. Inilah kronologi hubungan gelap antara Trump dan Moskow.
Foto: picture-alliance/AP Photo/J.S. Applewhite
2013: Trump Dekati Russia
Pada 18 Juni 2013 Donald Trump berkicau di Twitter: "Kontes kecantikan Miss Universe akan disiarkan langsung dari MOSKOW, Rusia. Ini akan semakin mendekatkan dua negara." Ia kemudian menambahkan, "Apakah anda kira Putin akan hadir - jika ya, apakah ia akan menjadi sahabat baru saya?" Pada Oktober di tahun yang sama Trump mengakui telah melakukan "banyak bisnis dengan Rusia."
Foto: picture-alliance/dpa/V. Prokofyev
September 2015: Dugaan Serangan Siber
Seroang agen FBI mewanti-wanti Komite Nasional Partai Demokrat (DNC) ihwal serangan siber. Pada 18 Mei 2016 James Cloapper, Direktur Komunitas Intelijen, mengatakan ada "sejumlah indikasi" serangan siber terhadap salah satu tim kampanye pemilu kepresidenan. Sebulan kemudian DNC mengaku menjadi korban serangan siber oleh peretas Rusia.
Foto: picture alliance/MAXPPP/R. Brunel
20 Juli 2016: Kislyak Isyaratkan Dukungan
Senator Jeff Sessions yang sejak awal mendukung Donald Trump dan memimpin Komite Penasehat Keamanan Nasional milik kandidat Partai Republik itu bertemu dengan Duta Besar Rusia Sergey Kislyak dan sekelompok duta besar lain di sela-sela Konvensi Nasional Partai Republik. Sessions awalnya sempat membantah bertemu Kislyak. Tapi Gedung Putih kemudian mengakui kebenaran kabar tersebut.
Foto: Getty Images/AFP/B. Smialowski
22 Juli 2016. Assange Terlibat
Di tengah masa kampanye situs WikiLeaks milik Julian Assange memublikasikan 20.000 email milik petinggi partai Demokrat yang dicuri dari server DNC. Kumpulan email tersebut mengungkap bagaimana petinggi partai lebih mengunggulkan Hillary Clinton, ketimbang pesaingnya Senator Bernie Sanders.
Foto: Reuters/N. Hall
25 Juli 2016: FBI Turun Tangan
Menyusul unggahan WikiLeaks Badan Investigasi Federal AS (FB) mengumumkan pihaknya membuka penyelidikan terhadap serangan siber pada masa kampanye. "Kebocoran semacam ini selalu kami anggap serius," ujar Direktur James Comey. Penyelidikan FBI lalu memicu kritik tajam atas kecerobohan tim kampanye Hillary Clinton dalam menyimpan informasi rahasia.
Foto: Getty Images/AFP/B. Smialowski
8 November 2016: Trump Terpilih
Donald Trump terpilih sebagai presiden Amerika Serikat mesi kalah jumlah suara, namun menang dalam jumlah delegasi. Uniknya pada 9 November parlemen Rusia merayakan kabar kemenangan Trump dengan bertepuk tangan di sela-sela sidang.
Foto: Reuters/K. Lamarque
10 November 2016: Gedung Putih Membantah
Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Rybakov mengakui adanya "kontak" antara pemerintah Rusia dengan tim kampanye Trump selama pemilihan umum kepresidenan. "Tentu saja kami mengenal sebagian besar anggota tim kampanyenya," kata Rybakov. Trump membantah klaim tersebut.
Foto: Imago/Itar-Tass
18 November 2016: Flynn Datang dan Pergi
Trump mengangkat Jendral Michael Flynn sebagai penasehat keamanan nasional. Bekas kepala Dinas Intelijen Militer itu pernah menjadi penasehat kebijakan luar negeri selama masa kampanye. Flynn mengundurkan diri bulan Februari setelah tergerus isu kedekatannya dengan Rusia. Ia antara lain pernah bertemu dengan Presiden Vladimir Putin dalam sebuah acara pribadi di Moskow.
Foto: Reuters/C. Barria
26 Januari 2017: Surat Maut dari Jaksa Agung
Jaksa Agung AS Sally Yates mengabarkan Gedung Putih bahwa Flynn berbohong mengenai pertemuannya dengan Duta Besar Rusia Kislyak. Ia meyakini Rusia memiliki rahasia yang bisa digunakan untuk memeras Flynn. Tidak lama kemudian Trump memecat Yates dan menunjuk Jeff Sessions sebagai penggantinya.
Foto: Getty Images/P. Marovich
2 Maret 2017: Sessions Tunduk
Trump mengatakan ia memiliki "kepercayaan penuh" pada Jaksa Agung Jeff Sessions. Tokoh konservatif itu lalu mengatakan ia tidak akan terlibat dalam semua investigasi yang berkaitan dengan hubungan antara tim kampanye Trump dengan Rusia.
Foto: Getty Images/S.Loeb
20 Maret 2017: FBI Usut Trump
Direktur FBI James Comey mengkonfirmasikan kepada parlemen bahwa lembaganya memulai investigasi dugaan hubungan ilegal antara Rusia dan tim kampanye Trump. Pada hari yang sama Presiden Trump menyerang pemberitaan tentang investigasi Rusia lewat Twitter.
Foto: picture-alliance/dpa/AP/J. S. Applewhite
9 Mei 2017: Trump Pecat Comey
Menyusul penyelidikan oleh FBI, Trump lalu memecat James Comey. "Meski saya menghargai sikap anda mengabarkan saya dalam tiga kesempatan bahwa saya tidak sedang diselidiki, saya tetap mendukung penilaian Departemen Kehakiman bahwa anda tidak mampu memimpin FBI dengan efektif," tulis Trump dalam surat pemecatan Comey.
Foto: Reuters/J. Ernst/K. Lamarque
17 Mei 2017: Mueller Tiba, Trump Meradang
Menyusul konflik kepentingan yang memaksa Jaksa Agung Jeff Sessions menarik diri dari investigasi Rusia, wakilnya Rod Rosenstein menunjuk bekas Direktur FBI Robert Mueller sebagai penyidik khusus kasus dugaan intervensi Rusia. Langkah tersebut tidak diambil tanpa keterlibatan Gedung Putih. Awal Juni Mueller menempatkan Trump sebagai tokoh kunci dalam penyelidikan tersebut.
Foto: picture-alliance/AP Photo/J.S. Applewhite
13 foto1 | 13
Hari Jumat lalu Mokow juga menyatakan, setelah pengurangan jumlah anggota staf AS di Rusia, nantinya AS hanya punya 455 anggota staf diplomatik di Rusia. Itu sama dengan jumlah diplomat Rusia yang masih bertugas di AS, setelah Washington mengusir 35 diplomat Rusia Desember lalu.
Seorang pejabat di Kedutaan Besar AS di Rusia yang tidak ingin disebut namanya mengatakan, Kedutaan Besar AS mempekerjakan sekitar 1.100 orang diplomat dan staf pendukung di kedutaannya di Rusia. Mereka sebagian warga negara AS, dan sebagian warga negara Rusia. Sementara Departemen Luar Negeri AS menolak untuk memberikan komentar tentang jumlah orang yang bekerja dalam staf kedutaan besar serta konsulatnya di Rusia.
Menurut laporan seorang inspektur jenderal dari Departemen Luar Negeri AS tahun 2013, staf kedutaan dan konsulat AS terdiri dari 1.279 orang, dan dipekerjakan di kedutaan besar di Mokow serta di tiga konsulat, yaitu St. Petersburg, Yekaterinburg dan Vladivostok.
ml/as (rtr, dpa)
Dunia Maskulin Vladimir Putin
Vladimir Putin sejak lama berusaha membumikan reputasi sebagai pemimpin yang gagah dan bernyali. Kegemarannya berpose jantan di depan kamera menyiratkan narsisme mendalam pada diri sang presiden.
Foto: picture-alliance/dpa/A. Nikolsky
Pendekar Siberia
Siberia adalah latar yang paling sering dipilih Vladimir Putin buat berpose. Kawasan hijau yang lebih luas ketimbang Cina itu dikenal liar dan sulit dijangkau. Foto ini diambil 2009 silam saat sang presiden berlibur di kawasan Tuva, di selatan Siberia. Selain berkuda ia juga terlihat difoto sedang berenang di danau, berburu dan memancing.
Foto: picture-alliance/dpa/A. Druginyn
'Penyelamat' Lingkungan
Setahun kemudian ia terlihat berburu ikan paus di teluk Olga untuk tujuan penelitian demi menyelamatkakan populasi satwa yang terancam tersebut. Namun ironisnya sang presiden juga menyetujui ekspansi besar-besaran industri minyak di kawasan perairan utara Rusia itu yang diyakini merusak habitat satwa laut seperti paus kelabu.
Foto: picture-alliance/dpa/A. Druginyn
Pemburu Harta Karun
Baru-baru ini Putin berkunjung ke kepulauan terpencil di tepi kutub utara, Franz Josef Land. Selain sesi foto di gua es, ia juga menegaskan tekad bulatnya untuk mempertahankan wilayah Rusia di Arktika yang diyakini kaya sumber daya alam. Ia menaksir nilai kandungan SDA milik Rusia di kutub utara mencapai 30 triliun Dollar AS.
Foto: Reuters/Kremlin/A. Druzhinin
Atlit Beladiri
Putin adalah pemegang sabuk hitam olahraga beladiri Judo dan sering menyempatkan diri berlatih di sela-sela kesibukannya sebagai presiden. Tidak heran jika foto seperti ini sering dimuat media-media Rusia.
Foto: picture-alliance/AP Photo/A. Nikolsky
Preman Roda Dua
Tidak cukup berkuda, Putin 2010 silam juga menyempatkan diri mengendarai motor Harley Davidson saat mengunjungi pertemuan klub-klub motor Rusia dan Ukraina di Sevastopol, Krimea. Empat tahun kemudian dia mendalangi pemberontakan buat menduduki semenanjung di tepi Laut Hitam itu.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Karpukhin
Pecandu Adrenalin
Apa yang lebih maskulin ketimbang menghabiskan waktu berjam-jam membesut mobil Formula 1 dengan kecepatan rata-rata 240km/jam? Buat Putin tidak banyak. Mungkin salah satunya adalah menerbangkan pesawat pembom strategis Tupolev Tu-160 Blackjack seperti yang dilakukannya 2005 lalu.
Foto: picture-alliance/dpa/A. Nikolsky
Penjelajah Laut
Petualangan Putin tidak hanya di daratan. Tahun 2013 silam ia mengundang awak media ke pulau Gogland untuk mengabadikan aksinya menyelam di Laut Baltik buat melihat bangkai kapal perang Rusia, Oleg, yang karam pada Perang Dunia I.