Rusia Resmi Setujui Perpanjangan Perjanjian Nuklir New START
30 Januari 2021
Presiden Rusia Vladimir Putin resmi menandatangani undang-undang yang akan menjaga perjanjian nuklir era Obama tetap berlaku. Langkah itu menyusul perbincangan telepon dengan Presiden AS Joe Biden.
Iklan
Moskow secara resmi telah setuju untuk memperpanjang perjanjian START yang baru atau New START selama lima tahun mendatang. Ini adalah satu-satunya perjanjian persenjataan nuklir yang tersisa antara Rusia dan Amerika Serikat.
Presiden Rusia Vladimir Putin diberitakan telah menandatangani keputusan tersebut menjadi undang-undang pada hari Jumat (29/01). Keputusan ini sebelumnya telah disetujui oleh anggota Parlemen Rusia.
Perjanjian New START ditandatangani pada tahun 2010 oleh Presiden AS Barack Obama dan Presiden Rusia Dmitry Medvedev dan akan berakhir pada 5 Februari. Namun pada Selasa (26/01), Putin berbicara dengan Presiden AS Joe Biden dan sepakat untuk memperpanjang perjanjian ini.
Perpanjangan pakta ini tidak memerlukan persetujuan kongres di AS, tetapi anggota parlemen Rusia harus meratifikasi langkah tersebut. Diplomat Rusia mengatakan perpanjangan itu akan divalidasi dengan bertukar catatan diplomatik setelah semua prosedur selesai dilengkapi.
Perjanjian ini membatasi jumlah hulu ledak nuklir yang dikerahkan oleh AS dan Rusia. Kedua pihak hanya boleh memiliki maksimal 1.550 hulu ledak nuklir yang siap digunakan sebagai rudal antarbenua dan di pangkalan pengebom berat.
Selain itu, perjanjian itu juga memberlakukan berbagai pembatasan pada persenjataan kedua negara. Menurut data yang dikutip oleh Bulletin of Atomic Scientists tahun lalu, AS telah mengerahkan 1.373 hulu ledak, sementara Rusia sebanyak 1.326.
Menakar Ancaman Teror Nuklir
IAEA dan NATO pernah meramalkan skenario muram bahwa kelompok teror mampu memiliki senjata nuklir. Pencurian dan perdagangan ilegal membuat skenario tersebut bukan sesuatu yang mustahil. Berikut fakta-faktanya
Foto: DW/K.Jäger
Gertak Sambal El Baradei?
Mantan Direktur Badan Tenaga Atom Internasional, Mohammed el-Baradei, 2009 silam pernah merapal mimpi buruk, bahwa "terorisme nuklir adalah ancaman terbesar yang dihadapi dunia saat ini." Menteri Pertahanan Inggris, Michael Fallon, pun mengutarakan hal senada. Tapi seberapa realistis skenario tersebut?
Foto: Getty Images/AFP
Ambisi Nuklir Serdadu Tuhan
Adalah Osama Bin Laden yang 1998 lalu pertama kali memfatwakan "kewajiban kaum muslim rebut senjata nuklir buat lindungi Islam." Dalam laporannya, militer AS menilai saat ini Al-Qaida adalah kelompok yang paling mumpuni dalam hal teknologi nuklir. Al-Qaida tercatat berhubungan erat dengan Bashiruddin Mahmood, Bekas Kepala Program Nuklir Pakistan yang bersimpati terhadap kelompok ekstremis Islam
Foto: AP
Membidik Instalasi Nuklir Sipil
Celah keamanan terbesar ada pada instalasi nuklir sipil. Saat ini dari 130 reaktor percobaan atau laboraturium nuklir yang tersebar di seluruh dunia, 40 di antaranya berada di negara berkembang seperti Pakistan, Ghana dan Libya. Dalam laporannya tahun 2013 silam, IAEA mengeluhkan rentannya sistem keamanan pada instalasi nuklir di negara berkembang
Foto: picture-alliance/dpa/dpaweb
Uranium dari Mosul
Juli 2014 Duta Besar Irak untuk PBB, Mohamed Ali Alhakim, melaporkan bahwa Islamic State mencuri 40 Kilogram Uranium berkonsentrasi rendah dari laboraturium nuklir Universitas Mosul. Elemen tersebut adalah warisan program nukir rejim Saddam Hussein. NATO meyakini, ISIS memiliki dana cukup dan tenaga ahli dari barat untuk mulai mengembangkan apa yang disebut Improvised Nuclear Device (IND)
Foto: picture-alliance/AP Photo
Peluang Lewat Pintu Belakang
Peluang lain buat mendapatkan senjata nuklir adalah lewat jalur ilegal. Tahun 2006 seorang warga Rusia, Oleg Khinsagov ditangkap di Georgia saat membawa 100 gram Uranium yang telah diperkaya (HEU). Ia mengaku membawa sampel buat dijual. 2007 lalu sekelompok pria bersenjata merampok laboraturium nuklir Pelindaba di Afrika Selatan dan mencuri Uranium yang jumlahnya cukup untuk 30 senjata nuklir
Foto: Getty Images
Lenyap ke Pasar Gelap
Sejak tahun 1993, IAEA mencatat sebanyak 421 kilogram zat radioaktif berkonsentrasi tinggi dilaporkan hilang oleh negara-negara anggotanya. Tidak jelas siapa yang mencuri atau membeli elemen beracun tersebut. Pengawas nuklir PBB itu juga sejak tahun 1993 melaporkan seluruhnya 18 kasus kepemilikan ilegal Uranium berkonsentrasi tinggi dan Plutonium .
Foto: PD
Bumbu dari Neraka
Untuk meracik senjata nuklir diperlukan empat kilogram Plutonium atau 25 kilogram Uranium yang telah diperkaya (HEU). Tapi ketika Plutonium memancarkan radiasi tinggi sehingga mudah dideteksi, Uranium sebaliknya lebih mudah diselundupkan, kata William C. Potter, pakar nuklir di Monterey Institute of International Studies di Kalifornia.
Militer Amerika Serikat mengaku pernah kehilangan 11 hulu ledak nuklir. Jumlah serupa juga diyakini pernah raib dari gudang senjata Rusia. Kendati tidak mustahil, mencuri senjata nuklir bukan hal yang mudah. Teknologi terbaru melibatkan sistem keamanan yang tidak lagi berbasis pada kode rahasia, melainkan serangkaian perubahan temperatur dan tekanan udara buat mengaktifkan hulu ledak nuklr
Foto: DW/K.Jäger
Bom Kotor dari Langit
Ketika senjata nuklir buat teroris masih jauh panggang dari api, para serdadu tuhan itu bisa membuat bom kotor alias "dirty bomb" buat menyerang kota-kota besar. Dirty bomb pada dasarnya adalah bahan peledak konvensional yang dibubuhi agen radioaktif untuk menyebar racun mematikan tersebut. Selain elemen nuklir, bom kotor juga bisa berisi muatan racun kimia atau bahkan virus mematikan
Foto: picture-alliance/dpa
9 foto1 | 9
Jalan berliku memperpanjang perjanjian
Dengan mundurnya pemerintahan Donald Trump dari Perjanjian Kekuatan Nuklir Jarak Menengah (INF) pada 2019, New START menjadi satu-satunya kesepakatan besar yang mengatur persaingan nuklir antara Moskow dan Washington.
Iklan
Menyusul penarikan diri AS dari INF, Putin memperingatkan bahwa AS tidak menunjukkan minat untuk mempertahankan perjanjian New START tetap hidup.
"Kami telah ratusan kali mengatakan bahwa kami siap [untuk memperpanjangnya]," tetapi Washington "tidak melakukan pembicaraan apa pun" tentang masalah tersebut, ujar Putin saat itu.
AS akhirnya memulai pembicaraan tahun lalu namun menyarankan adanya perubahan persyaratan dan menambahkan Cina ke perjanjian era Obama tersebut. Namun Beijing menolak inisiatif tersebut.
Rusia juga bersikeras memperpanjang kesepakatan tanpa perubahan apa pun. Pembicaraan pun terhenti begitu saja.
7 Fakta Menarik mengenai Rusia
Rusia, salah satu negara adidaya yang disegani dunia. Berikut beberapa fakta menarik tentang negara yang kerap menjadi kepala berita media internasional.
Foto: Getty Images/AFP/S. Venyavsky
Lebih Besar dari Pluto
Rusia, yang berada di benua Eropa dan Asia, luasnya sekitar 17 juta km persegi. Negara terbesar di dunia ini luasnya juga lebih besar dibandingkan dengan planet Pluto yang luasnya sekitar 16,6 juta km persegi. Dan Siberia merupkan wilayah terbesar di Rusia, dengan 75% dari luas keseluruhan.
Foto: picture-alliance/Wildlife/Shpilenok
Lebih Banyak Perempuan dari Pria
Populasi Rusia sekitar 143 juta jiwa atau menduduki peringkat 9 di dunia. Di Rusia menetap lebih dari 160 kelompok etnis. 73 persen warga Rusia tinggal di daerah perkotaan. Dari hasil sensus tahun 2010 diketahui bahwa jumlah penduduk Rusia menurun 1,6 persen dibanding pada tahun 2002. Dengan jumlah sekitar 77 juta, kaum perempuan mendominasi populasi Rusia.
Foto: Victor Weitz
Konsumsi Alkohol
Satu fakta menyedihkan dari negara ini. Rata-rata setiap penduduk Rusia mengkonsumsi sekitar 18 liter alkohol. Jumlah ini dua kali lebih tinggi dari batas yang dianggap berbahaya bagi kesehatan. Setiap tahunnya, lebih dari 500 ribu warga tewas akibat dampak alkohol. Menurut penelitian, akibat konsumsi alkohol berlebihan, 25 persen warga Rusia meningggal sebelum mencapai usia 55 tahun.
Foto: DW/E.Samedova
Kaum yang Tidak Diakui
Tahun 2009, homoseksualitas dideklasifikasi sebagai penyakit mental. Jajak pendapat terbaru menunjukkan, mayoritas warga Rusia menolak homoseksualitas. Dan mereka juga mendukung adanya UU yang mendiskriminasi kaum homoseksual. Juni 2013, LGBT semakin tersingkirkan dengan keluarnya satu amandemen bagi perlindungan anak, yang menyatakan, hubungan seksual “non-tradisonal“ sebagai kriminalitas.
Foto: Kirill Kudryavtsev/AFP/Getty Images
Danau Paling Tercemar
DI masa Uni Soviet, sejak tahun 1951, Danau Karachay, danau kecil di Pegunungan Ural, merupakan tempat pembuangan limbah radioaktif dari instalasi nuklir Mayak. Menurut penelitian, Karachay merupakan salah satu tempat paling tercemar dan paling radioaktif di Bumi.
Foto: Thomas Bethge/Fotolia.com
Kenyamanan bagi Orang Kaya
Sejauh ini, keuntungan dari runtuhnya komunis Uni Soviet hanya bisa dinikmati oleh segelintir orang: penguasa, atau juga mereka yang dekat dengan penguasa dan pengusaha maha kaya. Di Rusia, hampir tidak ada pembatasan bagi mereka yang memiliki banyak uang. Bahkan demi kenyamanan, mereka juga tidak segan menyewa mobil ambulans untuk dapat lepas dari kemacetan.
Foto: AP
Pemilik Senjata Atom Terbanyak
Menurut laporan lembaga penelitian Swedia-Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) tahun 2015, Rusia berada di peringkat teratas daftar pemilik senjata nuklir. Uji coba senjata nuklir pertama kali dilakukan negara ini pada tahun 1949. Dan saat ini, Rusia memiliki lebih dari 8.000 hulu ledak nuklir, lebih banyak daripada yang dimiliki negara saingannya, Amerika Serikat (7.300).
Foto: picture-alliance/dpa
7 foto1 | 7
Perjanjian Open Skies yang ditinggalkan
November lalu, pemerintahan Trump mengatakan menarik AS keluar dari Perjanjian Open Skies atau Perjanjian Angkasa Terbuka. Kesepakatan yang melibatkan 34 negara ini adalah langkah membangun kepercayaan antara negara-negara penanda tangan.
Kesepakatan ini memungkinkan negara-negara tersebut untuk menerbangkan pesawat tidak bersenjata di atas fasilitas militer negara penanda tangan lainnya untuk tujuan pengawasan.
Namun pada awal bulan ini, Moskow mengatakan akan meninggalkan kesepakatan itu.
Tetapi dengan mulai berkuasanya Biden di Gedung Putih, situasi tampaknya berubah. Kedua pihak baru-baru ini mengisyaratkan bahwa mereka bersedia bekerja sama untuk mengatasi masalah pengendalian senjata, termasuk ancaman senjata nonnuklir.