1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikEropa

Rusia Tarik Mundur Pasukannya dari Situs Nuklir Chernobyl

1 April 2022

Penarikan mundur pasukan Rusia dari situs Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Chernobyl dinilai sebagai sebuah taktik militer. Rusia juga berjanji akan membuka koridor kemanusiaan di kota Mariupol yang terkepung.

Pasukan Rusia dilaporan telah meninggalkan situs nuklir Chernobyl yang terkontaminasi pada Jumat (01/04) dini hari
Pasukan Rusia dilaporan telah meninggalkan situs nuklir Chernobyl yang terkontaminasi pada Jumat (01/04) dini hariFoto: Efrem Lukatsky/AP Photo/picture alliance

Pasukan Rusia dilaporkan telah mengembalikan kendali Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Chernobyl ke tangan Ukraina pada Jumat (01/04) dini hari, setelah lebih dari sebulan mendudukinya.

Badan energi Ukraina, Energoatom, mengatakan penarikan pasukan dilakukan setelah ada kabar bahwa tentara Rusia terpapar radiasi saat menggali parit di zona eksklusi di sekitar PLTN yang ditutup. Namun, belum ada konfirmasi resmi atas kabar tersebut.

Meskipun pasukan Rusia menguasai Chernobyl segera setelah invasi pada tanggal 24 Februari lalu, para pekerja PLTN di sana terus mengawasi penyimpanan yang aman dari limbah bahan bakar nuklir. Mereka juga mengawasi sisa-sisa reaktor yang terbungkus beton yang meledak pada tahun 1986, yang menyebabkan kecelakaan nuklir terburuk di dunia.

Pengawas nuklir PBB, Badan Energi Atom Internasional (IAEA), mengaku sedang mencari informasi lebih lanjut dan bersiap mengirim misi ke PLTN Chernobyl di Ukraina utara.

Langkah penarikan pasukan Rusia dari Chernobyl ini terjadi setelah beberapa hari sebelumnya Kremlin berjanji untuk mengendurkan serangnnya di Ukraina. Namun, langkah ini dianggap sebagai dalih mereka untuk melakukan reposisi dan pengelompokkan ulang pasukan, mempersiapkan kembali kekuatan mereka, dan pada akhirnya menerjunkan mereka kembali untuk serangan yang lebih dahsyat ke bagian timur Ukraina.

Sementara Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan penarikan pasukan Rusia dari utara adalah sebuah taktik militer dan bahwa Rusia sedang membangu serangan baru yang kuat di bagian tenggara Ukraina.

"Kami tahu niat mereka,'' kata Zelenskyy dalam postingan video Kamis (31/03) malam. "Kami tahu bahwa mereka bergerak menjauh dari area di mana kami memukul mundur mereka untuk fokus menyerang di tempat lainnya ... akan ada pertempuran di depan."

Dilansir Associated Press, pejabat Ukraina mengatakan bahwa perang masih berkecamuk di sekitar ibu kota Kyiv.

Rusia buka koridor kemanusiaan

Rusia mengatakan sebuah koridor kemanusiaan akan dibuka pada hari Jumat (01/04) untuk mengizinkan warga sipil keluar dari kota pelabuhan Mariupol yang terkepung.

"Angkatan bersenjata Rusia akan membuka kembali koridor kemanusiaan dari Mariupol ke Zaporizhzhia pada 1 April dari pukul 10 pagi (waktu setempat)," demikian kata Kementerian Pertahanan Rusia dikutip dari kantor berita AFP.

Keputusan ini diambil atas "permintaan pribadi dari Presiden Prancis (Emmanuel Macron) dan Kanselir Jerman (Olaf Scholz) ke Presiden Rusia Vladimir Putin,” lanjut pernyataan itu.

Kota Zaporizhzhia berjarak 220 kilometer ke barat laut dari kota Mariupol.

"Untuk menjamin keberhasilan operasi kemanusiaan ini, telah disarankan untuk dilakukan dengan partisipasi langsung dari perwakilan UNHCR dan Komite Internasional Palang Merah (ICRC)," tambah pernyataan itu.

ICRC mengatakan sebelumnya, pihaknya sedang melakukan persiapan untuk memfasilitasi jalan yang aman bagi warga sipil dari Mariupol.

Ukraina mengatakan telah mengirimkan 45 bus untuk mengevakuasi warga sipil dari Mariupol setelah Rusia mengumumkan mengurangi serangannya.

Kelompok-kelompok bantuan kemanusiaan mengatakan puluhan ribu warga sipil, terjebak di kota dengan sedikit makanan, air, atau obat-obatan, tetapi upaya sebelumnya untuk menyepakati koridor kemanusiaan telah gagal, meskipun ada tekanan internasional. Kedua pihak saling menuduh menghalangi evakuasi.

rap/ha (AP, AFP)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait