Rusia lanjutkan gempuran di Suriah. Barat nyatakan, serangan tidak ditujukan terhadap ISIS melainkan gerakan oposisi yang didukung AS. Iran nyatakan akan ikut menyerang, sementara Turki minta agar serangan dihentikan.
Iklan
Rusia kembali lancarkan serangan pemboman dari udara di kawasan Suriah hari Kamis. Dilaporkan sedikitnya sembilan warga sipil termasuk dua anak dan tewas dalam serangan di provinsi Idlib, di barat daya Suriah. Demikian keterangan kelompok yang memonitor situasi, Observatory for Human Rights.
Serangan udara itu menghantam distrik Jabal al Zawiya, di daerah yang dikontrol kelompok ekstrimis Suriah yang berafiliasi dengan Al Qaeda, serta kelompok-kelompok pemberontak lainnya. Demikian keterangan Observatory yang berpusat di Inggris.
Kini Rusia mengakui, bahwa mereka tidak hanya mengarahkan serangan terhadap Islamic State (ISIS), melainkan juga kelompok-kelompok teroris lainnya. Itu dinyatakan secara tidak langsung oleh Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov. Rusia juga menyatakan siap lancarkan serangan terhadap posisi ISIS di Irak.
Namun Barat menyatakan Rusia juga melancarkan serangan terhadap kelompok oposisi yang menentang Presiden Bashar al Assad. Sementara itu pemerintah Suriah menyatakan, serangan Rusia memang sudah direncanakan lama dan pemerintah legitim Suriah yang diwakili Assad yang mengajukan permintaan bantuan dari Rusia.
Walaupun sejumlah laporan menunjukkan bangunan dan warga sipil menjadi korban serangan Rusia, Presiden Vladimir Putin menampik tuduhan yang dilontarkan kelompok oposisi terbesar Suriah, bahwa serangan Rabu lalu di Homs mengakibatkan 36 warga sipil tewas. Ia menyebut laporan sebagai bagian dari "perang informasi". Menurutnya, laporan tentang korban sipil sudah keluar bahkan sebelum serangan dilancarkan.
Situasi tambah runyam
Jumat (02/10) Turki dan sekutu-sekutunya dalam aksi militer terhadap ISIS yang dipimpin AS, menyerukan Rusia untuk menghentikan serangan terhadap oposisi Suriah dan memfokuskan serangan terhadap ISIS.
Dalam pernyataan bersama dengan AS, Inggris, Perancis, Jerman dan negara-negara Teluk, Turki menyatakan, langkah Rusia menyebabkan "eskalasi lebih lanjut", dan hanya akan semakin mendorong maraknya ekstremisme
Langkah Rusia yang melancarkan serangan udara dan semakin meningkatnya keterlibatan Iran di Suriah bisa menjadi titik balik bagi konflik yang semakin banyak menarik dan melibatkan kekuatan militer dari berbagai negara. Kantor berita melaporkan ratusan tentara darat Iran telah berada di Suriah dan siap ikut terlibat dalam serangan darat yang mendukung pemerintahan Assad. Demikian keterangan pemerintah Libanon.
Apakah tidak ada satupun yang berdaya menghadapi langkah beruang merah Rusia? Sebuah karikatur menggambarkannya.
Sebuah karikatur lain menggambarkan posisi AS yang tidak jelas dalam konflik Suriah. Berada di pihak manakah AS?
Simak juga langkah Rusia di Suriah dalam galeri foto berikut.
Beruang Merah Menggebrak di Suriah
Lama bergeming, Rusia kini melibatkan diri dalam konflik Suriah. Negeri beruang merah itu melancarkan serangan udara dan memperkuat kehadiran armada lautnya di perairan Suriah. Semua demi menyelamakan Bashar al Assad.
Foto: picture-alliance/dpa
Dominasi di Langit
Rusia menabuh genderang perang dan mengusir angkatan udara Amerika Serikat dari kawasan udara Suriah. Satu jam menjelang serangan, atase militer Rusia di Baghdad menghubungi rekan sejawatnya di kedutaan AS buat menyampaikan peringatan tersebut. Belasan pesawat tempur jenis MiG-29 dan Su-34 kemudian diterbangkan buat menghancurkan beberapa target milik siapapun yang berperang dengan pasukan Assad.
Foto: picture-alliance/ZB/J. Büttner
Menarget Musuh Assad
Media awalnya sempat melaporkan, pesawat tempur Rusia bukan membidik ISIS, melainkan kelompok Free Syrian Army yang dikenal moderat. Namun beberapa jam kemudian, Moskow memastikan pihaknya juga melancarkan serangan terhadap kelompok fanatik Islam. Terkait tudingan AS, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengaku pihaknya "bertanggungjawab atas semua target serangan."
Foto: imago/ITAR-TASS
Petaka dari Udara
Pemantau asing melaporkan, angkatan udara Rusia melancarkan serangkaian serangan udara di tiga provinsi, termasuk Homs yang dikuasai Free Syrian Army. Foto ini diambil di distrik Talbisseh. Kelompok HAM mengabarkan sekitar 27 warga sipil tewas dalam serangan udara Rusia.
Foto: Getty Images/AFP/M. Taha
Teknologi Termutakhir
Kehadiran militer Rusia di Suriah sudah ada sejak tahun 1970an. Tapi baru kali ini Moskow menerjunkan langsung pasukannya dalam konflik bersenjata. Citra udara berikut menunjukkan kekuatan militer Rusia di pangkalan udara Lattakia. Rusia antara lain mengirimkan jet tempur, Su-30, yang berdaya jelajah 3000km. Beberapa meyakini Moskow juga menyiapkan pesawat tempur teranyar yang dimilikinya, Su-34
Foto: Reuters/www.Stratfor.com/Airbus Defense and Space
Angkatan Darat
Untuk mengamankan pangkalan militer di Lattakia, Moskow juga diyakini menerjunkan pasukan infanteri, sejumlah tank tempur tipe T-90, kendaraan angkut personel lapis baja BTR-80 dan peluru kendali anti serangan udara. Belum jelas apakah Rusia juga berniat menerjunkan angkatan daratnya dalam perang di Suriah.
Foto: picture-alliance/Russian Look
Raksasa Laut di Tartus
NATO mengkhawatirkan Rusia juga akan mengirimkan kapal induknya, Admiral Kuznetsov ke Suriah. Sejak pertama kali berlayar tahun 1995, negeri beruang merah itu telah berulangkali melabuhkan raksasa laut yang mampu mengangkut hingga 50 pesawat tempur itu di kota Tartus, sekitar 84 km dari Lattakia. Di kota pelabuhan Suriah itu Rusia memiliki pangkalan militer untuk armada lautnya.
Foto: picture alliance/dpa/Sana
Mengamankan Kepentingan
Pengamat meyakini, keterlibatan Rusia di Suriah adalah semata-mata demi mengamankan pengaruhnya di kawasan. Tanpa Suriah, Rusia antara lain akan kehilangan akses langsung ke Iran. Pelabuhan di Tartus, Suriah, misalnya merupakan satu-satunya pelabuhan laut dalam yang dikuasai Rusia di Laut Tengah. "Operasi militer ini punya batas waktu," kata Presiden Vladimir Putin.