1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
SosialEropa

Rute Balkan: Jalur Gemuk Pengungsi dan Pendatang Gelap

Dragan Maksimovic
6 September 2024

Kawasan perbatasan Serbia-Bosnia di Sungai Drina jadi jalur mengungsi yang ramai di Balkan. Ada penduduk setempat yang mendapatkan uang, ada juga pula yang membantu tanpa pamrih.

Sungai Drina
Sungai Drina di perbatasan Bosnia-Herzegovina dan SerbiaFoto: Dragan Maksimović/DW

Tiga pemuda baru saja keluar dari sungai, celana dan kaosnya masih basah. "Kami baru saja berenang,” kata salah satu dari mereka, yang memperkenalkan dirinya sebagai Aman Haruel dan mengatakan bahwa dia berusia 20 tahun. "Kami melihat tidak ada orang yang berdiri di seberang, lalu kami berangkat. Bahkan di beberapa tempat sungainya kering. Kami basah, tapi matahari bersinar dan kami akan segera kering lagi." Ketiganya tertawa.

Mereka datang dari Maroko dan merupakan pengungsi dalam perjalanan ke Eropa Barat. Mereka pertama kali datang ke Yunani melalui Turki, kemudian ke Serbia melalui Makedonia Utara. Hingga beberapa hari yang lalu mereka berada di pusat penerimaan dekat Beograd.

Di sini, di perbatasan Sungai Drina antara Serbia dan Bosnia-Herzegovina, mereka menunggu kesempatan bagus untuk menyeberang. "Tidak ada masalah, tidak ada masalah,” kata mereka hampir di setiap kalimat.

Tiga pengungsi dari Maroko berbicara dengan reporter DWFoto: Dragan Maksimović/DW

Namun, salah satu dari mereka mengalami luka lecet di kakinya saat menyeberangi sungai. Seorang anggota tim relawan Palang Merah Bosnia, yang kebetulan berada di lokasi, membalut lutut kanannya.

Perbatasan Sungai Drina dengan Serbia yang panjangnya sekitar 100 kilometer merupakan bagian dari jalur Balkan bagi para pengungsi. Puluhan orang datang ke Bosnia secara ilegal setiap hari melalui jalur ini dan hampir tidak ada yang menghentikan mereka.

Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

"Semuanya tampak terorganisir”

Nihad Suljic juga memperhatikan bahwa jumlah pengungsi di Drina meningkat tajam dalam beberapa bulan terakhir. Selain pekerjaan tetapnya di Kota Tuzla, Bosnia timur, pria berusia 34 tahun ini adalah aktivis hak asasi manusia dan membantu pengungsi yang terlantar.

"Dalam hal migrasi, Bosnia sekali lagi menjadi pusat perhatian,” kata Suljic kepada DW. "Tetapi tidak seperti pada tahun-tahun Corona dan sebelumnya, penyelundup manusia kini tampaknya terintegrasi sempurna ke dalam struktur tersebut.” Dulu, setelah melintasi perbatasan, pengungsi berjalan dalam kelompok kecil menuju pusat penerimaan atau langsung melanjutkan perjalanan menuju Kroasia. Sekarang, mereka hampir tidak terlihat lagi di jalanan. "Segala sesuatunya tampak terorganisir dengan sempurna,” kata Nihad.

Miroslav Radisic memiliki penginapan yang terletak hanya beberapa meter dari perbatasan Bosnia-Serbia di Sepak, sekitar 20 kilometer di utara kota kecil Zvornik di Bosnia. Radisic mengatakan bisnis dengan pengungsi sedang booming, semuanya terhubung dan semua orang di wilayah tersebut mengetahuinya.

Aktivis hak asasi Bosnia, Nihad SuljicFoto: Tina Xu /DW

Kekurangan personel, tidak ada penjagaan di perbatasan

Radisic berdiri di bawah jembatan yang melintasi Drina ke Serbia dan menjelaskan bagaimana para pengungsi melintasi perbatasan di bawah jembatan. "Mereka memanjat balok-balok baja di bawah jembatan dan turun dengan tali di sisi kami, yang tidak dijaga oleh siapa pun, bahkan orang-orang yang bertugas di perbatasan.” Ketika ditanya alasannya, Radisic mengatakan bahwa perbatasan hanya dapat dikontrol secara ketat jika polisi perbatasan memiliki personel yang cukup.

Saat ditanya DW, polisi perbatasan Bosnia-Herzegovina mengatakan bahwa mereka telah meningkatkan pengawasan di perbatasan dan lebih banyak polisi serta pasukan khusus yang bertugas.

"Petugas Polisi Perbatasan telah mencatat 5.477 orang melintasi atau mencoba melintasi perbatasan secara ilegal sejak awal tahun,” menurut pernyataan Polisi Perbatasan. "Ini biasanya melibatkan penyelundup manusia yang membawa orang melintasi Drina baik dengan mobil pribadi atau perahu.”

Ketiga pemuda Maroko itu tampaknya datang sendiri ke Bosnia, tanpa bantuan penyelundup manusia. Mereka mengatakan ingin melanjutkan perjalanan ke ibu kota Bosnia, Sarajevo, kemudian melintasi perbatasan hijau ke Kroasia dekat Bihac. Tujuan mereka adalah Jerman. "Kami tidak bisa hidup normal di Maroko,” begitu penjelasan mereka. Ketiganya lalu naik taksi menuju Kota Zvornik.

(hp/yf)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait