1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
EkonomiAsia

Saingi Airbus-Boeing, Rusia dan Cina Rilis Pesawat Penumpang

Andreas Spaeth
19 Januari 2022

Pasar pesawat penumpang yang lama dikuasai oleh Boeing dan Airbus akan diramaikan oleh dua pemain baru yang ambisius. Rusia memperkenalkan pesawat penumpang Irkut MC-21, Cina punya pesawat tipe C919.

Comac C919, pesawat penumpang buatan Cina
Comac C919, pesawat penumpang buatan Cina dalam penerbangan uji coba domestikFoto: AFP/Getty Images

Tanpa aksi marketing spektakuler, MC-21 dan C919 muncul untuk menantang Airbus dan Boeing yang sejak dulu menguasai pasar pesawat penumpang dunia. Terutama di segmen pesawat penumpang berbadan ramping, dominasi AS dan Eropa di bidang penerbangan komersial akan menghadapi pesaing potensial.

Setelah tertunda selama bertahun-tahun, Rusia kini memperkenalkan pesawat Irkut MC-21, sedanglan Cina ingin merebut pasar dengan tipe Comac C919. Rusia dan Cina memang sudah lama membuat pesawat sendiri, tetapi selama ini tampaknya tidak mampu menggoyahkan dominasi Boeing dan Airbus. Namun kini, situasinya mungkin akan berubah.

MC-21 telah mendapat sertifikasi untuk layanan penumpang pada Desember 2021 dan akan mulai terbang di Rusia tahun ini. Sedangkan Cina tadinya berencana merilis C919 awal tahun ini, tetapi tertunda karena pandemi COVID-19. Kedua pesawat ini akan memasuki segmen pasar pesawat yang paling laris dan menguntungkan. Khususnya MC-21 bakal menjadi pesaing serius baik bagi Boeing tipe 737 maupun Airbus tipe A320.

Pesawat buatan Rusia MC-21 terbang di Dubai Air Show, Desember 2021Foto: Marina Lystseva/TASS/dpa/picture alliance

Masih bergantung pada pemasok Barat

Namun, hambatan terbesar bagi Rusia saat ini adalah mereka masih bergantung pada pemasok mesin dari negara-negara Barat. Untuk menerobos pasar, Moskow berambisi memasarkan lebih dulu pesawatnya di negara-negara seperti seperti Iran, yang sekarang tidak mendapat suplai pesawat dan suku cadang dari AS dan Eropa karena ada sanksi ekonomi.

Di pameran dirgantara Dubai Air Show Desember lalu, Rusia sudah menghadirkan model MC-21-310, ketika itu belum disertifikasi, dengan mesin baru turbofan Aviadvigatel PD-14 buatan sendiri. Pada akhir Desember 2021, Rusia juga memperkenalkan tipe lainnya, MC-21-300, yang dilengkapi sayap komposit buatan Rusia dengan teknik infus vakum yang telah dipatenkan.

"Menurut perkiraan, dalam 20 tahun ke depan, di Rusia saja akan diperlukan lebih dari 800 pesawat baru dengan ukuran ini,” kata Yury Slyusar, Direktur United Aircraft Corporation, perusahaan induk dari produsen pesawat Irkut. "Setelah efektivitas pesawat di pasar domestik terbukti, kami akan merambah ke pasar internasional.”

Produsen Cina siap lebarkan sayap

Berbeda dengan Rusia, dari Cina sudah lama tidak ada berita tentang perkembangan industri pesawat komersial. Namun, tidak berarti di sana tidak ada perkembangan. Kebutuhan dalam negeri untuk pesawat penumpang di negara itu juga meningkat pesat. Itulah alasan utama Cina mengembangkan pesawat penumpang Comac C919 dengan kapasitas 156 hingga 168 penumpang.

"Pasar pesawat Cina sendiri memiliki potensial yang memungkinkan mereka untuk menjual lebih banyak pesawar, terlepas dari jet Airbus dan Boeing yang sekarang sudah terbang di negara itu," kata Nico Buchholz, yang cukup lama bekerja di departemen pembelian pesawat di maskapan Jerman, Lufthansa.

Dia mengatakan, keuntungan lain yang dimiliki Cina adalah kemampuannya membuat banyak pesawat dalam waktu relatif singkat. Cina sanggup membuat ratusan atau bahkan ribuan pesawat baru dengan standar kualitas tinggi, dan itu akan menjadi tantangan besar bagi yang lain, katanya.

"Karena Cina punya lebih banyak pengalaman dalam industri penerbangan dengan jumlah pesawat yang lebih banyak daripada Rusia, mereka lebih mungkin menjadi pesaing kuat Airbus dan Boeing,” jelas mantan direktur pembelian pesawat Lufthansa itu. Cina memang belajar dari Barat, karena banyak perusahaan Barat "seperti Airbus, sudah lama mendirikan jalur perakitan akhir mereka di Cina. Dan kualitasnya terkadang lebih baik daripada jet Airbus yang diproduksi di Hamburg," katanya.

Saat ini, Cina memang masih tertinggal dalam sertifikasi jet baru mereka, meskipun uji terbang pertama telah berhasil pada 5 Mei 2017. Tidak kurang dari enam pesawat siap melakukan program penerbangan uji coba yang diperlukan untuk sertifikasi. Namun, sampai Desember tahun lalu, baru 34 dari 276 penerbangan uji coba yang telah dilakukan.

(hp/ha)

 

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait