Sammer dan Warisan Dortmund yang Tergusur
11 April 2014Cibiran bernada muram belakangan banyak terlontar antara Matthias Sammer dan Borussia Dortmund. Terakhir direktur olahraga FC Bayern itu menuding klub lain di Bundesliga, termasuk juga BVB, "tidak berlatih cukup keras". Ucapannya itu sontak memicu perang kata-kata dengan Jürgen Klopp. Sang pelatih menepis balik bahwa Bayern "tidak akan kekurangan satu angka pun," tanpa keterlibatan Sammer.
Menjelang duel papan atas antara kedua klub, Sabtu (12/4), keduanya mencoba menahan diri. Namun terlihat jelas betapa pertikaian verbal antara dua figur itu menambah aroma permusuhan antara FC Bayern dan Borussia Dortmund.
Padahal Sammer adalah satu dari sedikit sosok yang pantas menyandang gelar legenda buat Borussia Dortmund. Bekas libero Jerman itu memenangkan segalanya ketika berkostum hitam kuning. Liga Champions Eropa, Bundesliga, Ballon D'or sebagai pemain terbaik di dunia dan gelar juara liga sebagai pelatih termuda di Jerman ketika membawa BVB ke puncak Bundesliga 2002 silam.
Berpaling dari Dortmund
Sammer pun tidak menutupi, "Dortmund adalah etape terpenting dalam hidup saya," tuturnya dalam sebuah wawancara sebelum bergabung dengan FC Bayern. Ia juga bukan tipikal pemain yang tidak loyal. Selama karir kepelatihannya yang singkat, Sammer cuma menungkangi Dortmund dan Stuttgart, dua klub yang pernah membesarkan namanya sebagai pemain. Mudah untuk berasumsi, Sammer dan Dortmund punya ikatan emosional.
Lantas kenapa Sammer berpaling hati? Kenapa sang legenda malah hijrah ke rival terbesar dan aktif melucuti klub yang pernah menjadi tautan hatinya itu (antara lain berpengaruh besar dalam pembelian Mario Götze).
Jawabannya barangkali terletak pada Gerd Niebaum dan sejuta sumpah serapah yang mengiringi kepergiannya dari Signal Iduna Park. Niebaum sejatinya adalah sosok di balik era keemasan Dortmund pada dekade 1990-an. Bersamanya sebagai presiden dan Michael Meier sebagai manajer, BVB menggondol tiga gelar Bundesliga (95,96,2002), Liga Champions Eropa (1997) dan Piala Interkontinental (1997).
Namun kesuksesan era Niebaum harus dibayar dengan harga mahal. Menyusul spekulasi pasar modal, pembangunan stadion baru dan gaji pemain yang setinggi langit, sang presiden membawa klubnya ke jurang kebangkrutan.
Warisan Niebaum yang menjadi cibiran
Hingga kini nama Niebaum masih tabu di Dortmund, seperti penyakit yang ingin diusir jauh-jauh. Tidak seorang pun dari manajemen klub saat itu yang bersedia angkat suara mengenai sepak terjang sang presiden, kecuali Matthias Sammer.
Sammer adalah teman dekat Niebaum. Beberapa tahun silam ia membela kebijakan sang presiden. "Saya malah ingin membangun patung buat Niebaum," tutur Sammer dalam sebuah wawancara. Keduanya memiliki sejumlah kesamaan, termasuk di antaranya ambisi membawa Dortmund ke kancah dunia, berapapun harga yang harus dibayar.
Barangkali sebab itu pula Sammer kerap melayangkan cibiran tajam ke arah manajemen Dortmund saat ini. Ia tidak bisa menerima, bahwa warisan era Niebaum, yang juga bisa diartikan sebagai warisannya sendiri, kini digunduli dan dianggap sebagai catatan tergelap dalam sejarah Dortmund.
Joachim Watzke, Michael Zorc dan Jürgen Klopp mewakili generasi baru triumvirat yang menggawangi BVB. Ketiganya dirayakan sebagai penyelamat dan sosok yang menghidupkan kembali Dortmund dari kematian. Tidak cuma itu, keberhasilan terbesar Watzke, Zorc dan Klopp adalah mampu mengawinkan prestasi olahraga dengan keuangan yang sehat. Bertolakbelakang dengan konsep Niebaum dan Sammer ketika masih di Dortmund.
Maka hubungan rumit antara Dortmund dan Sammer tidak akan membuat rivalitas kedua klub menjadi lebih mudah. Ketika Klopp mencibir Sammer tidak berperan dalam keberhasilan Bayern, Karl Heinz Rumenigge menjawab, "Bayern tidak akan berkata pahit tentang sosok yang sudah berbuat banyak untuk kami, walaupun dia kini bekerja untuk rival."
rzn/ab (sid,dpa,kicker,11freunde)