1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Bagaimana Pemerintah Kesulitan Bersihkan Sungai

23 Januari 2019

Pemerintah kerepotan membersihkan sungai-sungai di Jawa dari sampah plastik meski menganggarkan hingga Rp. 15 triliun per tahun. Pendidikan dan kesadaran dianggap jadi batu sandungan, seperti yang terjadi di Bali.

Kondisi timbunan sampah di Citarum
Kondisi timbunan sampah di CitarumFoto: Getty Images/E. Wray

Sekawanan bocah bermain di atas dermaga reyot yang terbuat dari kayu di tepi sungai Pisang Batu di Bekasi. Sementara di bawah mereka timbunan sampah berbau memenuhi badan sungai, menyebar sejauh mata memandang.

Hari-hari ini Pisang Batu menjadi medan terdepan dalam perang melawan sampah plastik yang dilancarkan pemerintah. Hingga 2025 Indonesia menetapkan sasaran ambisius, yakni mengurangi 70% sampah plastik. Namun meski telah menganggarkan hampir Rp. 15 triliun per tahun untuk misi tersebut, upaya pembersihan sungai-sungai di Indonesia berlangsung tertatih-tatih.

Baca juga: Bogor Mulai Diet Kantong Plastik Per 1 Desember

"Setiap kali hujan dan banjir, semua penduduk desa turun untuk mengumpulkan sampah dan membersihkan sungai," kata Marzuki, penduduk Tarumajaya yang merupakan salah satu desa di bantaran Pisang Batu. "Kami tidak pernah letih melakukannya. Tapi sampahnya datang terus," keluh pria tersebut.

Sungai tersebut hanya satu dari banyak sungai lain yang secara rutin memboyong sampah ke laut. Setiap tahun Indonesia membuang sekitar 3,2 juta ton limbah plastik, hampir separuhnya mendarat di samudera, klaim sebuah studi yang dipublikasikan jurnal Science pada 2015 silam. Dalam penelitian tersebut, Indonesia tercatat sebagai negara penyumbang polusi plastik di laut terbesar kedua di dunia setelah Cina.

"Walaupun kami sudah membawa armada sebanyak 25 truk sampah setiap hari tiga kali bolak-balik ke sana, realitanya tidak separuhnya yang sudah kami bersihkan," kata Suseno, Kepala Seksi Ketentraman Dan Ketertiban di Traumajaya.

Pendidikan dan kesadaran lingkungan menjadi tantangan terbesar dalam program pembersihan sungai di Indonesia. Ketika sungai-sungai di Jawa menghilang dalam timbunan sampah, upaya menghapus kebiasaan menggunakan plastik sekali pakai di supermarket besar di Bali malah memicu penolakan dari penduduk sendiri.

Baca juga: Bagaimana Singkong Bantu Perangi Sampah Plastik di Indonesia

"Saya melihat orang protes karena mereka tidak mendapat plastik seusai belanja," kata salah seorang konsumen yang berbelanja, Thomas Wibowo. "Kalau kita tiba-tiba dilarang menggunakan plastik, sebagai orang Indonesia kita pasti kaget." Meski demikian pemerintah setempat berniat memperluas larangan penggunaan plastik sekali pakai ke toko-toko yang lebih kecil.

Risiko polusi plastik terhadap kehidupan laut menjadi nyata November silam, saat seekor paus ditemukan tewas terdampar di pantai Pulau Kapota di Wakatobi, Sulawesi Tenggara, dengan perut berisikan 6kg sampah plastik. "Saya kira ini juga adalah isu global, tidak hanya masalah nasional saja," kata Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra, Walikota Denpasar.

"Saya melihat banyak penduduk yang menerima dan bahkan membantu gerakan ini, termasuk wisatawan. Mereka juga ingin membantu mengganti kantung lastik," imbuhnya.

rzn/hp (Reuters)

 

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait