Sandera Terakhir Abu Sayyaf Asal Indonesia Dibebaskan
22 Maret 2021
Empat nelayan Indonesia yang disandera Abu Sayyaf sejak setahun lalu akhirnya dibebaskan militer Filipina. Operasi penyelamatan diklaim menewaskan seorang komandan kelompok teror tersebut.
Iklan
Para sandera dibebaskan saat perahu yang mereka tumpangi terbalik. Pasukan penyelamat yang menerima sinyal permintaan bantuan mendapati perahu itu dikendalikan oleh Majan Sahidjuan, salah seorang pemimpin Abu Sayyaf, bersama seorang militan lain dan tiga orang sandera.
Pasca pembebasan ketiga sandera, pemerintah melanjutkan operasi untuk mencari sandra keempat, yakni seorang remaja berusia 15 tahun. Dia dibebaskan saat pasukan pemerintah memergoki kelompok Abu Sayyaf sebuah desa di pulau Kalupag, selatan Filipina.
Judha Nugraha, Kepala Direktorat Pelindungan Warga Negara Indonesia di Kementerian Luar Negeri, mengatakan pegawai konsulat jendral Indonesia di Davao City sudah menemui remaja itu dan mengabarkan kondisinya sudah membaik.
"Setelah penyelamatannya, maka semua warga negara Indonesia yang disandera Abu Sayyaf sudah dibebaskan," kata dia, sebelum menambahkan semua sandera akan diterbangkan ke Manila untuk menjalani perawatan, sebelum dipulangkan ke Indonesia.
Inilah Profil Abu Sayyaf
Kelompok Abu Sayyaf dikenal tanpa ampun memenggal sandera & musuhnya. Warga Indonesia tak luput jadi sasaran penculikan. Siapa dan bagaimana sepak terjang organisasi separatis di Filipina ini?
Foto: picture-alliance/dpa/L. Castillo
Melawan invasi Soviet di Afghanistan
Abu Sayyaf Group (ASG) didirikan sekitar tahun 1990 oleh Abdurajak Abubakar Janjalani, yang makin radikal setelah berpergian ke negara-negara Timur Tengah. Tahun 1988, Janjalani dilaporkan berjumpa Osama bin Laden di Pakistan dan berjuang bersama melawan invasi Soviet di Afghanistan. Setelah itu, Janjalani mulai mengembangkan misinya untuk mengubah Filipina selatan menjadi negara Islam.
Foto: AP
Merekrerut Eks MNLF
Setelah secara permanen kembali ke Filipina dari Timur Tengah, Janjalani merekrut anggota dari Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF) yang kecewa dengan organisasinya, untuk menjadi cikal bakal ASG. Eks-MNLF ini dikenal lebih radikal dalam ideologi mendirikan negara Islam independen daripada mantan organisasi induknya.
Foto: picture-alliance/AP Photo/N. Butlangan
Lokasi geografis & jumlah anggota
Abu Sayyaf dalam bahasa Arab berarti bapak ahli pedang. Kelompok separatis Abu Sayyaf terdiri milisi yang berbasis di sekitar kepulauan selatan Filipina, seperti Jolo dan Basilan. Menurut kantor berita Associated Press, jumlah pengikutnya hingga tahun 2015 sekitar 400 orang.
Militer dan WNA jadi sasaran
Sepanjang tahun 1990-an, ASG beralih menggunakan aksi kekerasan untuk mendapatkan pengakuan, antara lain terlibat dalam pemboman, penculikan, pembunuhan, dan serangan terhadap pemeluk Kristen dan orang asing. ASG juga membidik militer Filipina sebagai sasaran kekerasan.
Foto: Reuters
Janjalani tewas, ASG pun retak
Setelah pasukan polisi Filipina tewaskan Janjalani dalam baku tembak 1998, ASG retak. Satu faksi dipimpin saudaranya, Khadaffy Janjalani, faksi lain dipimpin Galib Andang. Ketika aliran dana Al Qaida berkurang, kelompok teror itu mencari uang lewat penculikan. Tahun 2000, ASG menculik 21 orang dari sebuah resor di Malaysia. Foto: Mereka berpose di kamp setelah membebaskan 3 sandera
Foto: picture-alliance/dpa
Jadi target operasi anti teror AS
Sebagai buntut dari serangan Al Qaida 11 September, 2001 di Amerika Serikat, ASG juga jadi target pasukan AS dan Angkatan Bersenjata Filipina (AFP) di bawah Operation Enduring Freedom. Galib Andang ditangkap tahun 2003.
Foto: AP
Konsolidasi dan serangan mematikan
ASG konsolidasi lagi & lakukan beberapa serangan besar di awal 2000-an. Termasuk serangan paling mematikan di Manila Bay yang menewaskan 116 orang tahun 2004. Terpidana terorisme Indonesia Umar Patek, pernah didapuk jadi anggota Majelis Syura Abu Sayyaf pada tahun 2005-2006. Kini ia menawarkan bantuan negosiasi guna bebaskan 10 sandera asal Indonesia.
Foto: AP
Penculikan dan pemenggalan
Sejak 2007 ASG sering mengancam untuk memenggal kepala sandera jika tak diberikan uang tebusan. Kebanyakan korban penculikan adalah warga Filipina, orang asing di Filipina selatan, termasuk wisatawan dan pekerja asing. Beberapa analis dan pejabat pemerintah menilai ASG lebih menyerupai geng kriminal daripada sebuah organisasi ideologis.
Foto: picture-alliance/dpa
Terkecil, tidak dianggap, tapi paling radikal
Lantaran tidak diajak bernegosiasi, ASG 2014 silam berusaha melemahkan putaran terakhir perundingan damai antara pemerintah dan separatis Filipina. Juli 2014, ASG menewaskan 21 Muslim yang merayakan akhir Ramadhan di Jolo, sebagai balasan atas dukungan mereka dalam proses perdamaian. Di tahun yang sama 2 warga Jerman diculik Abu Sayyaf. Operasi pembebasan dilakukan besar-besaran.
Foto: Reuters
Mendukung ISIS
Tahun 2014 sekelompok orang yang mengaku anggota ASG memublikasikan video untuk mendeklarasikan loyalitas terhadap ISIS. Para ulama dan pejabat percaya bahwa kesetiaan ASG kepada IS semata-mata untuk mempromosikan kepentingan sendiri. IS diyakini tidak memberikan dana atau dukungan material lain untuk ASG.
Foto: picture-alliance/dpa
Sandera Jerman dibebaskan
Bulan September 2014, ASG mengancam akan membunuh sandera Jerman, menuntut Jerman membayar tebusan dan menarik dukungannya kepada AS. Stefan Okonek dan Henrike Dielen ditangkap pada April 2014 ketika kapal pesiar mereka mengalami kerusakan di sekitar Pulau Palawan, Filipina. Dua sandera ini akhirnya dibebaskan 17 Oktober 2014 setelah para militan mendapat uang tebusan.
Foto: REUTERS/Armed Forces of the Philippines
Pembebasan warga Italia
Selain 10 sandera warga Indonesia, beberapa warga asing ikut menjadi korban penculikan dan ancaman pemenggalan tahun ini. Satu di antaranya,warga Italia, Rolando Del Torchio, yang dibebaskan April silam. Saat ini Abu Sayyaf dipimpin oleh Isnilon Hapilon, seorang warga Filipina yang kini jadi buronan Amerika.
Foto: picture-alliance/AP Photo/Armed Forces of the Philippines Western Mindanao Command via AP
12 foto1 | 12
"KJRI Davao melalui anggota TNI di Border Crossing Station Indonesia di Bongao, Tawi Tawi telah menemui dan memeriksa kondisi MK. Yang bersangkutan dalam keadaan baik dan sehat," terangnya. "Pemerintah Indonesia menyampaikan apresiasi atas kerja sama yang baik dengan pemerintah dan aparat keamanan Filipina," tutur Judha seperti dikutip dari keterangn pers Kemenlu RI, Minggu (21/3).
Sulu dikenal sebagai benteng terakhir Abu Sayyaf yang memperjuangkan kemerdekaan di selatan Mindanao. Belakangan kelompok ini dikabarkan mulai tersudutkan oleh operasi militer pemerintah. Awal Februari silam sebanyak empat anggota Abu Sayyaf menyerahkan diri, dan termasuk 100 bekas anggota lain yang telah lebih dulu membelot.
Pada bulan yang sama, aparat keamanan Filipina menangkap sembilan perempuan yang diduga mengemban misi bom bunuh diri. Beberapa di antaranya dikabarkan sebagai putri pemimpin Abu Sayyaf, Hatib Hajan Sawadjaan, yang pernah berbaiat kepada Islamic State.
Tahun lalu, Presiden Rodrigo Duterte memerintahkan pembentukan divisi infanteri khusus di kepulauan Sulu. Satuan elit tersebut bertugas memerangi kelompok Abu Sayyaf. Dalam operasinya, mereka antara lain dibantu milisi bersenjata bekas kelompok pemberontak muslim, Moro National Liberation Front (MNLF) yang sudah berdamai dengan pemerintah.
Saat itu pasukan pemerintah berhasil memaksa salah seorang komandan Abu Sayyaf untuk menyerahkan diri. Anduljihad "Edang” Susukan, membiarkan dirinya ditahan di selatan Davao City usai bernegosiasi dengan polisi. Dia dicari atas dugaan keterlibatan pada setidaknya 23 kasus pembunuhan dan lima kasus penculikan.
Penangkapannya sekaligus menandakan kemajuan bagi operasi militer pemerintah terhadap organisasi terror yang masuk dalam daftar hitam Amerika Serikat itu. Abu Sayyaf selama ini dikenal brutal dalam menculik wisatawan atau warga negara asing, dan memenggal kepala korban jika tuntutan uang tebusan tidak dipenuhi.