Menyapa penggemarnya di Jerman, kali ini Sandhy Sondoro hadir di Frankfurt am Main. Penyanyi Indonesia yang lama bermukim di Jerman ini bawakan beberapa lagu favorit, diantaranya: "Tak Pernah Padam."
Iklan
Menjadi bagian dari pengisi acara Asian Food Festival pertama di Frankfurt am Main, penyanyi kenamaan tanah air, Sandhy Sondoro, mencoba menggaet perhatian pengunjung.
Sondoro tampil dengan gitar akustik membawakan sembilan buah lagu dalam bahasa Indonesia, Inggris dan Jerman.
Meski ditonton banyak publik Jerman, Sondoro bawakan lagu-lagu terbaiknya dalam bahasa Indonesia, seperti: ”Diriku Untukmu," "Malam Biru" serta yang paling banyak diminta penonton Indonesia di acara itu: "Tak Pernah Padam." Ia tampil 16 September 2018, Minggu sore.
Musik Indonesia di Tepi Sungai Main, Frankfurt
Yang tampil di Uferfest, 28-30 Agustus 2015 antara lain: Dira Sugandi, Kua Etnika (Djaduk Ferianto), Dwiki Dharmawan & Friends, Barong dan Gandrung Banyuwangi, Bonita & the hus-BAND, Tiara, Sri Hanuraga, JFlow, DJ Cream.
Foto: DW/H. Pasuhuk
Kua Etnika
Kua Etnika garapan pemusik kondang Djaduk Ferianto menampilkan penggalian musik etnis dengan pendekatan modern.
Foto: DW/H. Pasuhuk
Kua Etnika
Hentakan musik Kua Etnika langsung membuat penonton riuh rendah.
Foto: DW/H. Pasuhuk
Kua Etnika
Koordinator Komite Nasional Frankfurt Book Fair (FBF) 2015 Slamet Rahadjo pun didaulat naik panggung.
Foto: DW/H. Pasuhuk
Bonita & The hus-BAND
BONITA & The hus-BAND, kuartet akustik dari Jakarta dengan musik bercorak folk dan soul.
Foto: DW/H. Pasuhuk
Bonita & the hus-BAND
Dan suara lantang vokalis Bonita yang tak terlupakan.
Foto: DW/H. Pasuhuk
Dira Sugandi
Yang membuat pejalan kaki menghentikan langkah, untuk mendengar suara jazz-nya.
Foto: DW/H. Pasuhuk
Dira Sugandi
Sering diajak tampil oleh Incognito, sering manggung di Java Jazz Festival, dan sekarang tampil di Frankfurt.
Foto: DW/H. Pasuhuk
Dwiki Dharmawan & Friends
Dwiki Dharmawan mengajak kawan-kawan Eropanya memainkan Jazz kolaborasi Indonesia dan Eropa.
Foto: DW/H. Pasuhuk
Dwiki Dharmawan & Friends
Kelincahan jari-jari Dwiki di atas tuts piano Steinway & Sons.
Foto: DW/H. Pasuhuk
Orkes Gandrung Banyuwangi
Kelompok Barong Osing dan Gandrung dari Banyuwangi menyedot perhatian penonton.
Foto: DW/H. Pasuhuk
Orkes Gandrung Banyuwangi
Para penari asal Banyuwangi mengajak penonton ikut bergoyang di atas panggung.
Foto: DW/H. Pasuhuk
JFlow beraksi
Komponis dan rapper JFlow membakar semangat penonton dengan gayanya yang enerjik.
Foto: DW/H. Pasuhuk
JFlow beraksi
Dan para penonton perempuan pun maju mendekat ke panggung.
Foto: DW/H. Pasuhuk
DJ Cream
DJ Cream melakukan solo performance yang memukau dan membuat penonton setengah tersihir.
Foto: Hendra Pasuhuk
DJ Cream
Kecekatan tangan dan kemampuan multitasking melayani beberapa mesin sekaligus.
Foto: Hendra Pasuhuk
Mian Tiara (vokal) dan Sri Hanuraga (piano)
Mian Tiara (vokal) dan Sri Hanuraga (piano) menampilkan musik syahdu dengan alunan yang membuai.
Foto: Hendra Pasuhuk
Mian Tiara
Memukau penonton yang terpaku di terang matahari sore.
Foto: Hendra Pasuhuk
Mian Tiara
Penguasaan teknik dan pembawaan lagu yang mempesona dan penuh penghayatan.
Foto: Hendra Pasuhuk
18 foto1 | 18
Selain dua lagu berbahasa Inggris, lagu "Berlin, ik lieb dir so sehr" adalah lagu berbahasa Jerman hasil karangannya yang juga ia bawakan. Jika diterjemahkan judulnya adalah "Saya Sangat Cinta Berlin.”
Lebih dari dua puluh tahun tinggal di Berlin, Sondoro mengaku Berlin banyak memberinya pelajaran hidup tentang disiplin dan kerja keras serta inspirasi bermusik. "Di sini terutama di Berlin kita bisa menjadi diri kita sendiri, lebih bebas, orang lain tidak suka mengurusi urusan orang lain," ujarnya.
Setelah album pertamanya diproduksi di Jerman, kehadirannya kali ini juga untuk mempromosikan album ketujuhnya. Sejumlah cd album terbaru diburu pengunjung festival yang sebagian adalah warga Jerman.
Pengunjung asal Indonesia yang antusias, Pujiarti, berujar: " Saya suka musiknya, dari dulu saya suka dia. Kebetulan saya lagi di sini, ya saya tonton."
Selain hubungan pertemanan, berjalan kaki dengan santai di Jerman adalah hal yang paling dirindukan setiap kali Sondoro pulang ke Indonesia.
(Geofani Anggasta/ap)
Festival Musik Rumah Dari Hamburg
Festival Musik Rumah menampilkan lebih 40 kelompok musik di puluhan kota dan lokasi. Partisipan dari Jerman adalah TOFFI Hamburg, yang manggung hari Minggu, 19 Agustus 2018.
Foto: DW/H. Pasuhuk
Membangun kebersamaan dengan musik
Gagasan Festival Musik Rumah 2018 muncul di Jakarta dengan motto: merayakan kebhinekaan, merawat kebersamaan. Gagasan ini segera bersambut di Hamburg, Jerman. Grup TOFFI Hamburg menggelar konser rumah pada hari Minggu, 19 Agustus 2018.
Foto: DW/H. Pasuhuk
Priskila Wowor
Acara dibuka dengan penampilan musisi muda yang lahir tahun 1990 di Bandung dan sekarang tinggal di Jerman. Dia menulis dan menyanyikan lagu-lagunya sendiri dan sedang menyiapkan rekaman perdananya.
Foto: DW/H. Pasuhuk
Berangkat dari gitar klasik
Priskila menulis lagu dalam berbagai bahasa (Indonesia, Inggris, Jerman). Dia belajar gitar klasik sejak usia 10 tahun. Pindah ke Jerman, dia melanjutkan karir sebagai penyanyi dan penulis lagu dengan genre pop/akustik.
Foto: DW/H. Pasuhuk
Lagu-lagu daerah Nusantara
TOFFI Hamburg menyajikan lagu-lagu daerah dari berbagai kawasan di Indonesia, dari Aceh sampai Maluku. Yang menarik, ada kelompok pemusik asal Suriah yang bergabung dan ikut memainkan melodi Indonesia.
Foto: DW/H. Pasuhuk
Dengan sitar dan rebana
Para pemusik asal Suriah ternyata senang mengiringi lagu-lagu Indonesia dengan penuh semangat.
Foto: DW/H. Pasuhuk
Berbagai bangsa
Anggota TOFFI Hamburg berasal dari berbagai daerah dan bangsa, termasuk orang Jerman seperti Gabriela, yang menyediakan rumah dan tamannya menjadi lokasi Konser Rumah
Foto: DW/H. Pasuhuk
Sajian khusus
Tidak ketinggalan, putra tuan rumah, Andre, juga menyumbangkan lagu yang memukau dengan iringan gitar.
Foto: DW/H. Pasuhuk
Menikmati musik pada hari cerah
Sebagian penonton Konser Rumah TOFFI Hamburg menikmati lagu-lagu Indonesia dari halaman belakang sambil menikmati udara cerah. (hp/rzn)