Iran memanfaatkan pencabutan sanksi pasca kesepakatan nuklir untuk membenahi perekonomiannya. Untuk itu Presiden Hassan Rouhani melawat ke Eropa buat menjalin kerjasama bisnis
Iklan
Terbebaskan dari sanksi ekonomi, Iran buru-buru menata ulang perekonomiannya dan menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar delapan persen per tahun. Untuk itu negeri para mullah tersebut membidik investor Eropa dan Asia.
Sepekan setelah Eropa dan Amerika Serikat mencabut embargo ekonomi, Presiden Hassan Rouhani membawa delegasi besar ke Eropa dalam misi menjalin kerjasama bisnis. Bersamanya adalah menteri energi, transportasi, industri dan kesehatan.
"Beberapa kontrak penting akan ditandatangani dalam perjalanan ini, termasuk dengan perusahaan otomotif Peugeot dan Renault," tutur Rouhani di Bandara Mehrabad sebelum bertolak dari Teheran. Kedua raksasa otomotif Eropa itu bukan satu-satunya.
Minggu (24/1/16) silam Menteri Transportasi Iran, Abbas Arkhoundi mengumumkan pihaknya akan menandatangani kontrak pembelian 114 pesawat Airbus selama perjalanan Rouhani di Eropa. "Kami harus memodernisasi armada udara dan juga membeli lokomotif," ujar sang presiden.
"Perjalanan ini dilakukan pada momen historis dan kita harus memanfaatkan atmosfer yang baik pasca kesepakatan nuklir untuk menggenjot pertumbuhan, pembangunan dan prespektif kerja buat kaum muda," imbuh Rouhani.
Awal januari silam Iran memenuhi komitmennya dalam kesepakatan nuklir dengan mengirimkan cadangan uranium yang telah diperkaya ke Rusia. Sesuai perjanjian, Eropa dan Amerika Serikat mencabut sanksi ekonomi dan membuka akses pemerintah di Teheran terhadap cadangan devisa di luar negeri sebesar lebih dari 100 milyar US Dollar.
Peluang investasi di Iran yang kini terbuka bebas turut mengundang investor Asia. Maskapai penerbangan murah terbesar Air Asia misalnya merencanakan membuka kembali rute penerbangan ke Teheran.
"Kami dulu terbang ke Teheran tapi terpaksa berhenti karena sanksi. Kini kami berencana buat kembali," ujar Presiden Direktur AirAsia, Benyamin bin Ismail. "Saya kira Iran akan menjadi pasar yang besar buat kami," imbuhnya.
Iran membutuhkan investasi luar negeri sebesar 30 hingga 50 milyar US Dollar per tahun untuk mencapai angka pertumbuhan sebesar delapan persen, ujar Rouhani. Untuk itu ia antara lain akan bertemu dengan Presiden Italia, Sergio Mattarella, Presiden Perancis Francois Hollande dan Paus Fransiskus di Vatikan.
Lini Masa Pertikaian Arab Saudi dan Iran
Bukan kali pertama Iran dan Arab Saudi bersitegang. Sepanjang sejarahnya, hubungan kedua negara acap mengalami pasang surut menyusul konflik politik atau agama. Inilah sejarah modern permusuhan dua ideologi dalam Islam
Foto: DW Montage
Damai berbayang kecurigaan
Hubungan Iran dan Arab Saudi baru tumbuh sejak kekuasaan Syah Reza Pahlevi dan Raja Khalid. Kedua negara sebelumnya sering direcoki rasa saling curiga, antara lain karena tindakan Riyadh menutup tempat-tempat ziarah kaum Syiah di Mekkah dan Madinah. Perseteruan yang awalnya berbasis agama itu berubah menjadi politis seiring dengan eskalasi konflik di Timur Tengah dan Revolusi Islam 1979.
Foto: picture alliance/AP Images
Pendekatan usai Revolusi Islam
Raja Khalid sempat melayangkan ucapan selamat kepada Ayatollah Khomeini atas keberhasilan Revolusi Islam 1979. Tapi hubungan kedua negara memburuk menyusul perang Iran-Irak dan kisruh Haji 1987. Puncaknya, Riyadh memutuskan hubungan pada 1987, ketika Khomeini mengecam penguasa Saudi sebagai "Wahabi yang tidak berperikemanusiaan, ibarat belati yang menusuk jantung kaum Muslim dari belakang."
Foto: Getty Images/Afp
Keberpihakan dalam Perang Iran-Irak 1980
Saat berkobar perang Iran-Irak, Arab Saudi sejak dini menyatakan dukungan terhadap rejim Saddam Hussein di Baghdad. Riyadh memberikan dana sumbangan sebesar 25 milyar US Dollar dan mendesak negara-negara Teluk lain untuk ikut mengisi pundi perang buat Irak. Demi menanggung biaya perang, Arab Saudi menggenjot produksi minyak yang kemudian mengakibatkan runtuhnya harga minyak di pasar dunia.
Foto: picture-alliance/dpa
Kisruh Haji 1987
Mengikuti ajakan Ayatollah Khomeini, jemaah Iran setiap tahun berdemonstrasi di Mekkah dan Madinah menentang Israel. Tradisi sejak 1981 itu tidak pernah diperkarakan, kecuali pada 1987, ketika polisi memblokade jalan menuju Masjid al-Haram. Akibat bentrokan, 402 jemaah Iran tewas dan 649 luka-luka. Setelah kedutaannya di Teheran diserbu massa, Riyadh memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran.
Foto: farhangnews
Kontroversi program nuklir Iran
Arab Saudi sejak awal menolak program nuklir Teheran. Sikap itu tidak berubah bahkan setelah tercapainya Perjanjian Nuklir di Vienna tahun 2015. Riyadh menilai kesepakatan tersebut "sangat berbahaya." Desakan kepada Iran untuk bekerja sama dengan pengawas nuklir PBB juga disampaikan Saudi pada awal 2023.
Foto: Irna
Pemberontakan Houthi di Yaman, 2004
Hubungan Iran dan Arab Saudi kembali menegang setelah kelompok Syiah Zaidiyah di Yaman mengobarkan pemberontakan. Riyadh menuding Teheran mengompori perang bersaudara dan mencampuri urusan dalam negeri Yaman dengan memasok senjata. Iran sebaliknya menuding Arab Saudi menghkhianati perannya sebagai mediator konflik dengan membombardir minoritas Houthi di utara Yaman.
Foto: picture alliance/Y. Arhab
Perang proksi di Suriah, 2011
Dukungan Iran atas rejim Bashar Assad di Suriah sejak lama dianggap duri dalam daging oleh Arab Saudi. Sejak 2011, Riyadh aktif memasok senjata buat oposisi Sunni di Suriah. Kerajaan di Riyadh juga menjadi yang pertama kali mengecam Assad seputar "tindakan represif pemerintahannya terhadap demonstrasi anti pemerintah," ujar Raja Abdullah saat itu.
Foto: picture-alliance/AP/Vadim Ghirda
Tragedi Mina 2015
Bencana memayungi ibadah Haji 2015 ketika lebih dari 400 jemaah Iran meninggal dunia di terowongan Mina akibat panik massa. Iran menuding pemerintah Arab Saudi ikut bertanggungjawab. Riyadh sebaliknya menyelipkan isu bahwa tragedi itu disebabkan jemaah haji Iran yang tak mau diatur. Kisruh memuncak saat pangeran Arab Saudi, Khalid bin Abdullah, mendesak agar Riyadh melarang masuk jemaah haji Iran.
Foto: picture-alliance/AP Photo
Eksekusi Mati Al-Nimr 2016
Sehari setelah pergantian tahun Arab Saudi mengeksekusi mati 46 terpidana, antara lain Syeikh Nimr al-Nimr, seorang ulama yang aktif membela hak-hak minoritas Syiah yang kerap mengalami represi dan diskriminasi di Arab Saudi. Al-Nimr didakwa terlibat dalam terorisme. Sebagai reaksi Pemimpin Spiritual Iran, Ayatollah Ali Khamenei melayangkan ancaman, bahwa Saudi akan mendapat "pembalasan tuhan."
Foto: picture alliance/dpa/Y. Arhab
Drama di Lebanon
Pada November 2017 Perdana Menteri Lebanon Saad Hariri mengumumkan pengunduran diri dari Riyadh, Arab Saudi, dan menyalahkan Iran terkait kebuntuan politik di Beirut. Langkah itu diyakini bagian dari manuver Arab Saudi untuk memprovokasi perang antara Iran dan Hizbullah dengan Israel. Saudi dan Iran berebut pengaruh di Lebanon pasca penarikan mundur pasukan Suriah 2005 silam.
Foto: picture-alliance/dpa/AP/Lebanese Official Government/D. Nohra
Narasi damai di awal 2023
Menyusul mediasi Cina, pemerintah Arab Saudi sepakat memulihkan hubungan dengan Ira pada Maret 2023. Kesepakatan tersebut disusul pembukaan kembali relasi dengan Suriah dan perundingan damai dengan pemberontak Houthi di Yaman. Sebelumnya, negara-negara Teluk juga sepakat mengakhiri perpecahan dengan Katar, sekutu dekat Iran di Teluk Persia.