Sarkozy dan Cameron Kunjungi Libya
15 September 2011Hari Rabu (14/09) ,160 anggota kepolisian Paris telah diberangkatkan ke Tripoli. Mereka tidak diperbolehkan membawa kartu identitas, kamera ataupun ponsel. Dikatakan beberapa polisi. Mereka berangkat ke Libya untuk menjaga keamanan Nicolas Sarkozy selama kunjungannya di sana, Kamis (15/09). Istana kepresidenan mengatakan, persiapan kunjungan presiden Perancis ini telah dilakukan sejak dua minggu lalu.
Perancis Paling Berjasa
Bukan satu kejutan besar bahwa Sarkozy mengunjungi Libya. Banyak pihak sudah memperkirakan, segera setelah jatuhnya Gaddafi, Sarkozy akan secepat mungkin mengunjungi Libya. Sarkozy menganggap, ialah pencetus aksi NATO menggusur Gaddafi. Tanpa Perancis, kemungkinan pemberontak Libya akan mandi darah dibantai pasukan Gaddafi.
"Kami telah menghindarkan tewasnya puluhan ribu jiwa. Dan saya tambahkan, ini hanya dalam hitungan jam, bukan hari. Dan hal ini tidak dapat dibantah," dikatakan Nicolas Sarkozy.
Sejak enam bulan lalu, orang-orang Sarkozy telah merajut kisah kepahlawanan orang nomor satu Perancis ini. Hanya karena Sarkozy berjasa membawa Perancis kembali ke NATO, misi ini dapat dijalankan. Dan di mata Sarkozy, tentara Amerika Serikat hanya memainkan peran kecil dalam membebaskan Libya dari rezim Gaddafi.
Dan aksi Perancis juga tidak menunggu hasil konferensi bagi Libya di Paris bulan Maret lalu. Pesawat tempur Perancis sudah diterbangkan menuju Libya sebelum konferensi ini digelar. "Bahkan sekarang, pesawat-pesawat kami mencegah serangan terhadap Benghazi," dikatakan Sarkozy kala itu.
Bertemu Dewan Transisi Nasional
Sekarang Sarkozy ingin menuai buah dari kebijakan politik luar negerinya ini. Bersama dengan Perdana Menteri Inggris David Cameron, ia direncanakan bertemu para pimpinan Dewan Transisi Nasional; Mustafa Abdul Jalil dan Mahmud Jibril. Setelah Tripoli, Sarkozy dan Cameron juga direncanakan akan mengunjungi Benghazi. Di kota pusat pemberontakan ini keduanya akan menyampaikan pidato bersama.
Diperkirakan tema pembicaraan dengan Dewan Transisi adalah masalah kerjasama. Memang sudah jelas, bahwa negara-negara yang terlibat dalam penggulingan Gaddafii mendapat prioritas dalam rekonstruksi Libya. Awal September lalu, media Perancis mempublikasiakan satu surat dari Dewan Transisi. Di atasnya tertulis, perusahaan-perusahaan Perancis dijanjikan 35 persen hak pertambangan minyak di Libya.
Salah satu pendamping Sarkozy dalam kiunjungannya di Libya adalah Bernard Henry Levy, jurnalis Perancis kondang yang dianggap sebagai corong Sarkozy. Henry Levy mengklaim, bahwa ialah yang pada bulan Februari lalu melaporkan dari Benghazi bahaya yang mengancam pemberontak Libya. Dan beberapa kali Henry Levy secara terbuka mengecam Jerman, karena tidak mau terlibat dalam misi militer di Libya.
Johannes Duchrow/Yuniman Farid
Editor: Dyan Kostermans