1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Sarkozy Ingin Tetap Memimpin di Uni Eropa

24 Oktober 2008

Pujian internasional terhadap kepemimpinannya dalam menangani krisis keuangan menambah semangat Presiden Prancis Nicolas Sarkozy. Kini ia tampaknya ingin tetap memegang sebuah peranan pemimpin di Uni Eropa.

Presiden Prancis Nicolas SarkozyFoto: AP

Juga bila kepresidenan bergilir Prancis di UE berakhir awal Januari tahun depan, Sarkozy mengharapkan masih dapat memainkan peran kunci. Secara nyata dia ingin memimpin kelompok negara pengguna mata uang Euro.

Presiden Prancis, Nicolas Sarkozy semakin menyenangi peranan bergilirnya sebagai pemimpin dewan Uni Eropa. Dengan Presiden Rusia, Dmitri Medvedev, Sarkozy setidaknya telah berhasil melakukan perundingan penarikan mundur pasukan Rusia dari Georgia. Setidaknya ia telah mengorganisir pertemuan puncak yang membuahi kebijakan paket penyelamatan bagi bank-bank yang kini disetujui di Jerman dan Prancis. Nicolas Sarkozy:

"Agar dapat menyelesaikan masalah pelik seperti pada isu Georgia dan Rusia atau krisis keuangan dan perekonomian, saya pikir tidaklah bijak untuk mengganti masa kepresidenan Uni Eropa setiap enam bulan sekali."

Tepat tanggal 31 Desember memang masa kepresidenan Prancis di UE berakhir. Kemudian Ceko dan setelahnya Swedia yang mendapat giliran memimpin. Di kedua negara tersebut, mata uang euro tidak dipergunakan. Namun bagi Presiden Prancis, Sarkozy sudah jelas bahwa krisis keuangan hanya dapat diatasi bila dalam penanganannya, negara-negara pengguna euro juga memainkan peranan penting:

"Ketika pekan lalu saya mengundang kelompok pengguna euro untuk melakukan perembukan di Paris, saya sebenarnya sangat heran setelah melihat bahwa pertemuan itu adalah yang pertama sejak digunakannya mata uang euro. Kita telah memberlakukan mata uang yang sama dan punya bank sentral, punya kebijakan moneter bersama, tapi kita tidak punya pemerintahan ekonomi Eropa yang sebenarnya layak dimiliki."

Sebuah pemerintahan ekonomi Eropa. Ini yang sudah lama diinginkan Sarkozy. Artinya, kelompok pengguna euro diinginkan punya lebih banyak pengaruh terhadap kebijakan politik. Sebagaimana Sarkozy melihat dunia ini, posisi tersebut terang-terang merupakan tugas yang ingin dipikulnya:

"Jika sebuah krisis mencapai taraf yang kita rasakan saat ini, maka hanya pertemuan para menteri keuangan saja tidak mencukupi. Bila itu berkaitan dengan jumlah uang yang sangat tinggi, para pemimpin pemerintah dan negara lah yang harus bertemu. Karena secara demokratis hanya mereka yang punya cukup wewenang untuk mengambil keputusan yang sangat serius."

Presiden Prancis, Nicolas Sarkozy tidak menyebutkan siapa pemimpin kelompok pengguna euro itu, namun jelas kelihatan siapa yang menurutnya paling mampu untuk tugas itu, yaitu: dirinya sendiri. Secara resmi Komisi UE tidak mau tahu mengenai ambisi semacam itu. Di Brussel hanya dikatakan bahwa jabatan pemimpin sudah ditetapkan akan diberikan kepada Jean-Claude Juncker dari Luxemburg. Juncker menjabat tidak hanya sebagai menteri keuangan negaranya, tetapi juga kepala pemerintah. Dengan begitu ia sedikitnya telah memenuhi satu tuntutan Sarkozy. Tapi, masih ada persyaratan kedua yang diajukan Sarkozy untuk menduduki jabatan puncak:

"Kita perlu Eropa dengan suara yang nyaring."

Dan suara Nicolas Sarkozy jelas-jelas lebih nyaring dari Jean-Claude Juncker. (cs)