Tanpa disadari ada mata yang memantau kondisi Bumi serta potensi bencana dari luar angkasa. Terra Sar-X, satelit radar kembar milik Jerman, dilengkapi dengan kemampuan yang tidak dimiliki oleh satelit optik.
Iklan
Satelit Kembar Monitor Potensi Bencana di Bumi
07:50
Satelit radar kembar yang mengorbit bumi dalam posisi terbang rapat, mengirimkan gelombang elektromagnetik ke Bumi dan mengukur pantulannya. Data ini kemudian digabungkan untuk menciptakan citra permukaan Bumi.
Prof. Alberto Moreira, Direktur Institut Gelombang Pendek dan Radar di DLR mengungkapkan keunggulan satelit monitoring milik Jerman itu: "Satelit ini bisa membuat citra permukaan Bumi dengan resolusi tinggi terlepas dari kondisi cuaca dan cahaya matahari."
Terra-SAR X mengorbit Bumi dan mengirimkan data ke kantor pusat Badan Antariksa Jerman, DLR. Baik Terra-SAR X, maupun satelit serupa Tandem X dikontrol dari sini. Dua satelit radar berarti juga data dalam jumlah besar dan citra yang sangat rinci
Data radar memungkinkan akurasi hingga beberapa meter. Citra ini menampilkan ibukota Jerman, Berlin. Jalur kereta di stasiun utama terlihat jelas di sini.
Satelit Dokumentasikan Bumi
Apakah secara alami atau bukan, yang jelas bumi kita berubah. Bagaimana tepatnya perubahan itu diamati oleh dua satelit: Tandem-X dan TerraSAR-X yang dalam empat tahun terakhir mengambil gambar 3D mengesankan.
Foto: DLR
Bagaikan lukisan
Inilah Gurun Atacama Chili jika dilihat dari pantauan satelit kembar TerraSAR-X dan Tandem-X. Di samping kawasan vulkanik, terdapat hamparan lahan garam Salar de Uyuni seluas 10.000 kilometer persegi dalam bentuk melingkar, bagai wajan berisi garam terbesar di dunia. Warna-warna biru tua ini menandai bagian terdalam dari dataran garam.
Foto: DLR
Teknologi tinggi
Kedua gambar ini adalah potongan sama yang terlihat dari Las Vegas. Gambar kiri diambil oleh Shuttle Radar Topografi Mission (SRTM) pada tahun 2000, yang memperlihatkan kemajuan teknologi satelit.
Foto: DLR
Dokumentasi alam
Rekaman yang diambil oleh TerraSAR-X pada tanggal 12 Maret 2011 ini menunjukkan dari ruang angkasa, berapa banyak pelabuhan kota Jepang dari Sendai yang hancur akibat gelombang tsunami. Wilayah berwarna magenta menunjukkan tingkat kerusakan dalam bentuk batu-batu dan tumpukan puing-puing, daerah biru melambankan area yang terkena banjir.
Foto: DLR
Padat penduduk
Bukan hanya siapapun di tengah yang terlihat, namun bahkan mereka yang berkilo-kilo meter di sekitarnya. Terlihat di sini megacity Istanbul yang luar biasa. Warna kuning merupakan daerah padat penduduk di pusat kota. Hanya sedikit hijau yang tersisa. Dan bahkan di Laut Marmara, kapal tidak luput dari radar TerraSAR-X.
Foto: DLR
Memahami es abadi
Rekaman di Queen Maud Lland ini membantu para ilmuwan untuk lebih memahami gunung es. Di sini Anda dapat melihat di bagian kiri bawah, seperti ada sebuah pulau kecil menghambat beting es yang mengalir. Gunung es A 62 ini sudah sejak September 2010, menyempit hingga tersisa residu 800 meter lebarnya yang menghubungkan dengan hamparan es.
Foto: DLR
Setelah meletus
Inilah penampakan kawasan vulkanik Puyehue-Cordón Caulle pada tanggal 6 Juli 2011, sebulan setelah gunungnya meletus. Di barat laut Puyehue Crater – yang terlihat hampir seperti danau ini, terlihat jelas merupakan bidang yang baru yang terbentuk dari lava. Melalui aliran lava – warna kebiruan dalam gambar ini langsung terhubung ke wilayah timur, dimana terjadi letusan kawah terbaru.
Foto: DLR
Misteri alam
Pancaran radar dari satelit TerraSAR-X menunjukkan pula salju dan es yang menutupi sungai MacKenzie di Kanada. Berdasarkan nuansa warnanya, peneliti dapat menarik kesimpulan tentang pembentukan es dan berbagai substrat.
Foto: DLR
7 foto1 | 7
"Dengan Tandem X kami menciptakan topografi baru Bumi yang 30 kali lipat lebih akurat ketimbang apa yang selama ini ada", tambah Prof. Alberto Moreira
Ujicoba di laboratorium termodern
Sistem radar buat satelit diujicoba di laboraturium kedap suara setinggi 10 meter ini. Ruang mampu meredam sisa gelombang pendek yang bisa mengganggu proses pengukuran. Ujicoba kali ini melibatkan antena radar selebar 3,8 meter dengan bobot 300 kilogram.
Antena ini bisa diputar hingga 0,03 derajat. Dengan cara ini ilmuwan ingin mengetahui kemampuan antena menangkap pantulan gelombang pendek. Cuma jika mereka menemukan gelombang mana yang ditangkap dan dengan cara apa oleh antena tersebut, ilmuwan bisa mengambil kesimpulan yang tepat.
Sebelum tes, antena dikalibrasi secara akurat dengan menggunakan gelombang ujicoba. Pendekatan yang akurat dan rinci diperlukan selama fase persiapan. Karena masih ada tantangan besar lain yang menunggu para ilmuwan selama mengembangkan satelit kembar tersebut.
Pesawat Terbesar di Dunia Luncurkan Satelit di Udara
Dengan rentang sayap sepanjang lapangan bola, Stratolaunch bakal mengemban misi paling spektakuler dalam sejarah penerbangan, yakni meluncurkan satelit dari udara.
Foto: Stratolaunch Systems Corp.
Burung Raksasa untuk Misi Antariksa
Sayapnya membentang sepanjang lapangan sepak bola dan digerakkan oleh enam mesin Boeing 747, Stratolaunch bukan jenis pesawat yang biasa dijumpai di bandar udara. Burung besi buatan salah satu pendiri Microsoft, Paul G. Allen, ini didesain untuk melakoni misi paling spektakuler dalam sejarah penerbangan, yakni meluncurkan roket antariksa dari udara.
Foto: Stratolaunch Systems Corp.
Kemudahan Akses Antariksa
Dikembangkan sejak 2011, gagasan membangun Stratolaunch dipicu oleh mahalnya ongkos peluncuran satelit yang hingga kini masih banyak bergantung pada roket sekali pakai. Selain itu meluncurkan roket antariksa dari darat juga banyak bergantung pada kondisi cuaca. Tidak heran jika jadwal peluncuran sering mengalami keterlambatan.
Foto: Stratolaunch Systems Corp.
Fleksibilitas Tanpa Batas
Berkat daya jelajahnya yang mencapai 3700 kilometer, Stratolaunch bisa meluncurkan roket dari berbagai lokasi di dunia. Dengan begitu proses peluncuran tidak perlu terganggu oleh cuaca buruk, lalu lintas di udara atau bahkan laut. Paul Allen sendiri menyebut produk buatannya itu "mampu mengurangi risiko keterlambatan atau pembatalan secara signifikan."
Foto: Stratolaunch Systems Corp.
Peluang Bisnis di Luar Angkasa
Waktu tunggu yang pendek, fleksibilitas tanpa batas dan kemampuan buat mengemban misi dalam jumlah besar per tahun dinilai bakal menekan ongkos peluncuran satelit. Paul Allen yakin dengan membuat platform roket yang juga menguntungkan untuk mengemban misi kecil, Stratolaunch akan membangkitkan minat pelaku usaha sedang dan menengah untuk memanfaatkan orbit rendah Bumi demi keperluan bisnis.
Foto: Stratolaunch Systems Corp.
Ke Antariksa dari Langit Bumi
Menurut desain misi yang dikembangkan buat Stratolaunch, pesawat akan membawa roket pada ketinggian 9.100 meter sebelum melakukan manuver semi parabolika untuk meluncurkan roket ke luar angkasa. Pada saat itu bobot Stratolaunch beserta roket mencapai 590.000 kg. Stratolaunch dijadwalkan menuntaskan semua uji kelayakan pada 2019.
Foto: Stratolaunch Systems Corp.
Mimpi Wisata di Orbit Rendah
Selain satelit dan logistik, Stratolaunch suatu saat nanti diharapkan juga bisa membawa manusia ke luar angkasa. Untuk lepas landas atau mendarat, pesawat ini membutuhkan landasan pacu sepanjang tiga setengah kilometer - hanya 500 meter lebih panjang ketimbang landasan pacu ketiga yang bakal dibangun di bandara Soekarno Hatta.
Foto: Stratolaunch Systems Corp.
Bukan yang Pertama, atau Terakhir
Platform peluncuran roket di udara bukan gagasan baru. Amerika pernah mengembangkan roket berawak X-15 pada dekade 1950 hingga 1960an yang diluncurkan dari pesawat pembom B-52. Pada 1990an Orbital Science Corp bahkan menggunakan pesawat penumpang Lockheed L-1011 TriStar untuk meluncurkan roket ke orbit rendah Bumi.
Foto: Stratolaunch Systems Corp.
7 foto1 | 7
Tandem X memberi banyak tantangan. Mulai dari formasi terbang dua satelit dengan kecepatan 7.500 meter per detik dengan jarak 120 meter antara keduanya. Ini adalah tantangan terbesar.yang untuk pertamakalinya dilakukan. Hingga sikronisasi jam pada dua satelit"
Citra tiga dimensi akurat
Keuntungan satelit kembar adalah kemampuan menyiasati bayangan gelombang radio di pegunungan atau gedung-gedung perkotaan. Tapi penerbangan paralel hampir mustahil karena dua orbit yang berbeda. Untuk itu lintasan terbang kedua satelit berbentuk asimetris.
Dr. Manfred Zink, pimpinan proyek Tandem X DLR menjelaskan: "Hasil finalnya, gerakan satelit pertama yang terbang memutari satelit kedua dengan pola yang mirip ulir DNA pada manusia."
Terbang tandem kedua satelit memungkinkan pembuatan citra tiga dimensi planet Bumi. Ada lapisan data yang berbeda buat setiap resolusi. Tapi apa fungsinya?
Ilmuwan dari seluruh dunia menggunakan data-data satelit itu, seperti di Pusat Penelitian Ilmu Kebumian di dekat Berlin. Misalnya ada peta yang menampilkan penurunan tanah di dekat Teheran akibat eksploitasi air.
Dr. Mahdi Motagh Surveyorpada German Research Center für Geo Sciences mengungakpkan: "Kami menggunakan data radar dari berbagai satelit untuk menilai ancaman pergerakan topografi secara alami dan buatan di berbagai negara. Contohnya di Chile, Amerika Selatan, dan juga di Asia Tengah seperti Kirgizstan atau Iran."
Menguak Misteri Tata Surya
Banyak rahasia Tata Surya hingga kini belum terungkap dan masih merupakan misteri. Beragam temuan astronomi mengungkap fakta menarik dari sistem tata surya, di mana Bumi berada.
Foto: picture-alliance/dpa
Galaksi Bima Sakti
Galaksi Bima Sakti diameternya sekitar 120.000 tahun cahaya. Tata Surya berada di pinggiran, sejarak 27.000 tahun cahaya dari pusat galaksi. Matahari sebagai pusat sistem planet hanyalah satu dari 400 milyar bintang di galaksi ini. Bintang tertua berumur 13,8 milyar tahun yang nyaris seumur dengan Dentuman Besar (Big Bang).
Foto: AP
Tata Surya
Tata Surya terdiri dari delapan planet besar dan sejumlah planet kecil serta obyek langit lainnya. Merkurius, Venus, Bumi dan Mars disebut planet dalam, sementara Yupiter, Saturnus, Uranus dan Neptunus disebut planet luar. Umur Tata Surya ditaksir sekitar 4,6 milyar tahun.
Foto: picture-alliance/dpa
Bumi: Planet Makhluk Hidup
Bumi adalah satu-satunya planet yang dihuni makhluk hidup di sistem Tata Surya. Posisinya yang ideal serta adanya atmosfir dan air dalam bentuk cair merupakan prasyarat penting bagi adanya kehidupan. Sejauh ini pencarian exo-planet mirip Bumi untuk melacak kehidupan lain di jagat raya belum membuahkan hasil.
Foto: picture-alliance/dpa
Venus: Planet Anomali
Venus dijuluki kembaran Bumi. Planet ini memiliki anomali, rotasinya berlawanan arah jarum jam, hingga Matahari terbit di barat dan terbenam di timur. Satu hari Venus lebih panjang dari satu tahunnya. Penyebabnya, rotasi Venus pada sumbunya setara 243 hari Bumi, lebih lambat ketimbang evolusinya mengelilingi Matahari yang 224 hari Bumi.
Foto: picture-alliance/dpa
Yupiter: Planet Terbesar
Massanya 318 kali Bumi dan memiliki 67 satelit. Empat yang terbesar adalah Ganymede, Calisto, Io dan Europa. Ganymede ukurannya lebih besar dari planet Merkurius. Yupiter juga terkenal memiliki bintik merah raksasa, yakni badai antisiklon bekecepatan 450 km/jam yang besarnya dua kali Bumi.
Foto: picture alliance/dpa
Saturnus: Planet Bercincin
Saturnus bukan satu-satunya planet bercincin di Tata Surya, tapi yang paling jelas kenampakannya. Cincin terdiri dari partikel es dan batuan mikro hingga seukuran rumah. Dari 62 satelitnya, dua yang terbesar adalah Titan, yang lebih besar dari planet Merkurius, dan Enceladus menunjukan aktivitas geologi dan memiliki atmosfir. Kedua satelit itu diselimuti lapisan es beku.
Foto: HO/AFP/Getty Images
Uranus dan Neptunus: Bertukar Posisi
Dua planet terluar, yaitu Uranus dan Neptunus, 3,8 milyar tahun lalu bertukar posisi akibat gravitasi Yupiter. Sebelumnya Uranus berada di bagian terluar dan Neptunus di dekat Saturnus. Untuk membuat rotasi seimbang, Neptunus terdesak ke bagian paling luar dan membuat garis lintasan elips baru rotasi Matahari.
Foto: NASA
Adakah Mahluk Cerdas Lain?
Bumi sejauh ini merupakan planet satu-satunya di jagad raya yang diketahui memiliki mahluk cerdas. Pencarian sesama mahluk cerdas di luar angkasa atau SETI, sejauh ini belum menunjukkan hasil konkrit. Potensinya amat banyak, trilyunan sistem tata surya lain menanti. Apakah teknologi Bumi masih ketinggalan dibanding mahluk cerdas lain?
Foto: picture-alliance/dpa
Kandidat Planet Baru
Pluto cukup lama diakui sebagai planet ke-9, namun statusnya tetap kontroversial. Kini muncul sedikitnya tiga kandidat yang bisa diakui sebagai planet baru di Tata Surya, yakni Ceres, Charon dan Xena. Di masa depan mungkin Tata Surya akan terdiri dari sistem 12 planet.
Foto: Max-Planck
9 foto1 | 9
Tidak cuma kota atau desa yang bisa disurvey menggunakan sinyal radar. Mahasiswa di Universitas Freiburg juga menggunakan data satelit buat menyurvey hutan. Mereka ingin tahu seberapa banyak kayu dan daun yang tumbuh di area tertentu.
Selama ini ilmuwan harus menjelajah hutan dengan perlengkapan laser. Metode itu bisa ditinggalkan - karena data dari luar angkasa juga sama akuratnya.
Data ini dibutuhkan untuk menghitung kapasitas penyimpanan karbondioksida hutan di Bumi. Selain penting buat perlindungan iklim, informasi itu juga berguna buat pemilik hutan untuk mengetahui seberapa cepat pertumbuhannya.
Mitigasi potensi ancaman bencana
Satelit radar juga terbukti berguna dalam kasus bencana alam. DLR memiliki pusat pengawasan krisis yang dapat menghimpun citra radar untuk area gempa bumi atau banjir.
Dr. Tobias Schneiderhan, pimpinan satellite-based crisis information, DLR, merinci keunggulan tekniknya: "Terutama untuk skenario banjir, saat areanya ditutupi awan, citra optik menjadi tidak berguna, karena kita cuma akan melihat permukaan awan saja. Untuk itu kita perlu data radar yang dengan panjang gelombangnya bisa menembus awan dan membuat citra permukaan Bumi. Untuk skenario semacam itu kami menggunakan data radar."
Kebakaran Hutan di Sumatra 2014
Sumatra dan Kalimantan kembali dilanda kebakaran hutan. Kabut asap tebal dari kawasan kebakaran setiap tahun membahayakan penduduk dan melumpuhkan lalu lintas darat dan penerbangan. Situasi sangat parah pada 2013/2014.
Foto: NASA/Goddard, Lynn Jenner
Asap Tebal Kepung Sumatra
Citra satelit NASA akhir Februari menunjukkan besarnya kebakaran hutan di Sumatra. Di Riau saja terlacak 330 titik api. Pesawat pemadam kebakaran terhambat aktifitasnya akibat jarak pandang amat buruk.
Foto: NASA/Goddard, Lynn Jenner
Langganan Kebakaran Hutan
Kebakaran hutan adalah fenomena lazim saat musim kemarau melanda Indonesia. Tapi kebakaran terbaru di Sumatra, diduga dilakukan sengaja oleh para pembakar hutan yang dibayar oleh pengusaha perkebunan besar kelapa sawit, dengan tujuan membuka lahan hutan.
Foto: picture-alliance/dpa
Warga Kenakan Masker Asap
Warga di sekitar lokasi kebakaran hutan, bahkan di kota besar yang cukup jauh dari titik api, terpaksa memakai masker karena gangguan asap makin hebat. Diperkirakan hingga 50.000 orang mengidap penyakit saluran pernafasan akut. Juga penerbangan terganggu akibat asap tebal.
Foto: Getty Images
Komoditas Menguntungkan
Kelapa sawit diolah untuk menghasilkan minyak sawit. Komoditas ini amat diminati industri karena multi fungsi dan harganya murah. Minyak sawit adalah bahan dasar pembuat margarine, sabun, shampo, biskuit, kue dan kosmetika. Juga digunakan sebagai bahan bakar ekologis bagi mobil-mobil terbaru berlabel hijau.
Foto: picture alliance/dpa
Hutan Tropis Terus Dibabat
Hutan tropis di Sumatra yang kaya keragaman hayati dengan 10.000 jenis tanaman, menciut dengan cepat akibat pembalakan hutan dalam beberapa dekade terakhir. Kepentingan ekonomi dengan bisnis kayu dan aksi pembukaan lahan besar-besaran untuk perkebunan besar, berbenturan dengan aksi pelestarian biodiversitas.
Foto: Getty Images
Habitat Harimau Rusak
Akibat pembalakan hutan besar-besaran, habitat khas untuk harimau Sumatra juga makin sempit dan binatang unik itu makin terancam kemusnahan. Jika laju pembabatan hutan tetap seperti saat ini, dalam waktu cepat harimau Sumatra juga akan punah.
Foto: picture-alliance/dpa
Gajah Terancam Musnah
Gajah Sumatra secara resmi sudah dilindungi oleh aturan pemerintah. Tapi organisasi lingkungan WWF melaporkan, dalam 30 tahun terakhir, populasinya juga terus menciut, dan ditaksir hanya tinggal 2.500 ekor. Penyebabnya: habitat gajah yang juga terus mengecil seiring makin maraknya pembalakan hutan.
Foto: WWF-Indonesien/picture alliance/dpa
Orang Utan Masih Aman
Kebakaran hutan terbaru di Sumatra, menurut WWF sejauh ini belum mengancam habitat orang utan. Pasalnya, kawasan hunian primata ini relatif jauh dari lokasi titik api aktual. Tapi jika tidak dilakukan langkah pencegahan, hanya tinggal masalah waktu, habitat orang utan juga akan terancam, dan monyet besar ini pelan-pelan musnah akibat aktivitas manusia.
Foto: picture alliance/dpa
8 foto1 | 8
Animasi ini menunjukkan dampak banjir di Jerman. Citra ini dibuat berdasarkan data radar dari satelit kembar DLR yang diterbangkan melewati area bencana. Sinyal kedua satelit dan peta yang ada bisa digabungkan buat menciptakan peta baru.
"Kita bisa lihat dengan jelas kota mana yang mengalami banjir, apakah perumahan juga tergenang, apakah ada mobil yang tenggelam, jalan mana yang masih bisa dipakai dan area mana yang tenggelam", imbuh Dr. Tobias Schneiderhan
Dengan data ini, bantuan darurat bisa disalurkan ke lokasi yang paling membutuhkan, di mana penduduk terkonsentrasi atau di mana wilayah yang aman. Informasi ini penting untuk efisiensi bantuan darurat. Bahkan DLR membuat peta bagi misi kemanusiaan Perserikatan Bangsa-bangsa.
Saat ini DLR merencanakan pengembangan dua satelit yang akan digunakan untuk menyurvey perubahan akibat gempa bumi, penebangan hutan dan penggurunan. Informasi tersebut dibutuhkan dalam situasi krisis dan bencana di masa depan.
(DWinovator)
Citra Bumi dari Satelit Sentinel
Citra Bumi dari ketinggian 700 km di ruang angkasa. Bagaikan kartu pos berwarna-warni, kontras dan berresolusi tinggi. Inilah foto-foto perdana yang dikirim satelit pemantau bumi Sentinel-2A yang dilucurkan 23 Juni 2015.
Foto: Copernicus data/ESA
Motif Kartu Pos dari Antariksa
Inilah "salam" perdana berupa snapshot Côte d'Azur yang diambil satelit Sentinel-2A dari ketinggian orbiter 700 km di atas Bumi. Di bagian atas adalah kota Menton dan di sebelah kiri bandar udara Nice.
Foto: Copernicus data/ESA
Italia Ditabur Cahaya Matahari
"Italy’s typical sunny weather" begitu judul foto yang dipublikasikan badan antariksa Eropa-ESA. Rekaman Foto daerah aliran sungai Po atau Pianura Padana ini menunjukkan kawasan sepanjang 400 km selebar antara 70 hingga 20 km dari pegunungan Alpina di utara hingga pesisir laut Adria di selatan.
Foto: Copernicus data/ESA
Foto Close-Up Inframerah
Ini citra close-up Pianura Padana, di mana sungai Po melintasi kota Tessin di Swiss dibuat dengan kamera inframerah pada satelit Sentinel. Foto semacam ini terutama memasok data bagi sektor pertanian dan kehutanan serta informasi adanya pencemaran lingkungan.
Foto: Copernicus data/ESA
Foto Milan dari Ruang Angkasa
Foto dengan kualitas bagus yang pertama dikirim Sentinel adalah citra kota Milan yang merupakan kota terbesar kedua di Italia. Foto dikirim tiga hari setelah peluncuran satelit pemantau Bumi itu. Ketika itu Eropa disaput awan dan hanya Italia yang bercuaca cerah.
Foto: Copernicus data/ESA
Birunya Laut Tengah
Kamera pada satelit Sentinel amat tajam dan memiliki resolusi tinggi. Foto sebuah perahu yang melayari kawasan Laut Tengah dari pelabuhan Civitavecchia di Italia menuju Barcelona, Spanyol yang diambil dari ketinggian 700 km terlihat masih cukup jelas dan kontras.
Foto: Copernicus data/ESA
Melihat yang Tidak Kasat Mata
Kamera pada satelit juga bisa melihat Spektrum warna yang tidak kasat mata. Inilah citra lembah Po di sekitar kota Milan yang menunjukkan gambaran jalur jalan bebas hambatan dan sungai Serio yang membelah kota hijau tersebut.