1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KesehatanAsia

Satgas IDI: AY.4.2 Lebih Menular dari Varian Delta Original

11 November 2021

Varian 'Delta Plus' atau AY.4.2 sudah ditemukan di Singapura dan Malaysia, dan disebut lebih ganas daripada varian Delta, yang diduga sempat menjadi biang kerok lonjakan COVID-19 Indonesia. Benarkah demikian?

Situasi corona di Indonesia
Foto: Detik/A. Pambudhy

Ketua Satgas COVID-19 IDI Prof Zubairi Djoerban menjabarkan sejumlah hal yang perlu diketahui dari AY.4.2. Di antaranya, mencakup kemampuan menular yang lebih tinggi dibanding induknya yakni varian Delta, serta berisiko menimbulkan rawat inap dan kematian.

Ia juga menyebut, diperlukan pengetatan pintu perbatasan untuk menghadapi risiko masuknya varian AY.4.2 ke Indonesia.

Berikut beberapa hal yang harus diketahui dari AY.4.2, dikutip detikcom dari akun Twitter Prof Zubairi @ProfesorZubairi, Kamis (11/11):

  • Lebih menular daripada induknya, Delta
  • Menyumbang banyak kasus baru di Inggris, amat sedikit di Amerika, dan Malaysia
  • Membawa risiko rawat inap dan kematian
  • Eropa harus khawatir. Indonesia tak perlu panik. Waspada
  • Perketat pintu perbatasan

Dalam kesempatan lainnya, juru bicara vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan, dr Siti Nadia Tarmizi, menyebut hingga kini varian Delta Plus atau AY.4.2 tak ditemukan di Indonesia. Pun begitu, RI waspada varian ini bakal memicu kembalinya gelombang COVID-19.

Mengingat, varian yang diduga menjadi pemicu lonjakan COVID-19 di Eropa ini sudah ditemukan di Singapura dan Malaysia. 

"Untuk varian Mu dan subvarian Delta AY.4.2 sampai saat ini belum ditemukan di Indonesia," ujar dr Nadia dalam diskusi daring, Rabu (10/11).

"Tapi kita tetap perlu waspada dengan mempertimbangkan subvarian Delta yang masih berpotensi memicu gelombang berikutnya di Indonesia," sambungnya.

WHO ingatkan mobilitas Jawa-Bali naik lagi seperti sebelum pandemi

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kembali melaporkan seluruh provinsi Indonesia berada di level 1 penularan COVID-19, artinya risiko transmisi corona sudah rendah. Namun, mobilitas terlihat kembali meningkat di seluruh provinsi Jawa dan Bali.

"Tren peningkatan mobilitas masyarakat terlihat di semua provinsi di Jawa dan Bali, khususnya di stasiun transit, ritel, dan rekreasi," beber WHO dalam laporan mingguan atau WHO Situation Report Indonesia, per 10 November 2021.

"Peningkatan yang mencolok dalam mobilitas masyarakat di ritel dan rekreasi diamati di Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan Banten, di mana tingkat mobilitas meningkat seperti sebelum pandemi," sambung WHO.

Menurut WHO, analisis tren atau peningkatan mobilitas ini bisa menjadi acuan pemerintah untuk menetapkan kebijakan strategi pengendalian COVID-19. Sebab, peningkatan mobilitas yang signifikan tentu bisa memicu angka penularan COVID-19 kembali tinggi. 

Data kasus harian terbaru COVID-19 di beberapa negara Asia tiap satu juta penduduk

Dalam grafik WHO, terlihat peningkatan signifikan mobilitas per Oktober 2021 di DKI Jakarta, jika dibandingkan dengan masa PPKM darurat di akhir Juli, kala mencapai puncak kasus COVID-19. Bahkan, tren peningkatan mobilitas sama tingginya dengan sebelum pandemi rentang 3 Januari hingga 6 Februari 2020.

Tren peningkatan juga terlihat dalam grafik mobilitas WHO di Bali, mobilitas sempat turun tajam di masa PPKM darurat, kini kembali tinggi per Oktober 2021. Bahkan, melampaui tren mobilitas di masa sebelum pandemi, Februari 2020 lalu.

"Analisis mobilitas dapat digunakan sebagai proxy untuk memantau mobilitas penduduk selama pelaksanaan kebijakan pembatasan pergerakan. Peningkatan mobilitas dapat menyebabkan peningkatan interaksi di antara orang-orang, yang dapat mempengaruhi penularan COVID-19," beber WHO. (pkp/ha)

 

Baca selengkapnya di: detiknews

Alert! WHO Ingatkan Mobilitas Jawa-Bali Naik Lagi Seperti Sebelum Pandemi

Satgas IDI Ungkap Fakta AY.4.2, Lebih Menular dari Varian Delta Original!

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait