Varian 'Delta Plus' atau AY.4.2 sudah ditemukan di Singapura dan Malaysia, dan disebut lebih ganas daripada varian Delta, yang diduga sempat menjadi biang kerok lonjakan COVID-19 Indonesia. Benarkah demikian?
Iklan
Ketua Satgas COVID-19 IDI Prof Zubairi Djoerban menjabarkan sejumlah hal yang perlu diketahui dari AY.4.2. Di antaranya, mencakup kemampuan menular yang lebih tinggi dibanding induknya yakni varian Delta, serta berisiko menimbulkan rawat inap dan kematian.
Ia juga menyebut, diperlukan pengetatan pintu perbatasan untuk menghadapi risiko masuknya varian AY.4.2 ke Indonesia.
Berikut beberapa hal yang harus diketahui dari AY.4.2, dikutip detikcom dari akun Twitter Prof Zubairi @ProfesorZubairi, Kamis (11/11):
Menyumbang banyak kasus baru di Inggris, amat sedikit di Amerika, dan Malaysia
Membawa risiko rawat inap dan kematian
Eropa harus khawatir. Indonesia tak perlu panik. Waspada
Perketat pintu perbatasan
Dalam kesempatan lainnya, juru bicara vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan, dr Siti Nadia Tarmizi, menyebut hingga kini varian Delta Plus atau AY.4.2 tak ditemukan di Indonesia. Pun begitu, RI waspada varian ini bakal memicu kembalinya gelombang COVID-19.
Mengingat, varian yang diduga menjadi pemicu lonjakan COVID-19 di Eropa ini sudah ditemukan di Singapura dan Malaysia.
Negara-negara ASEAN Berjuang Hadapi Gelombang Ketiga COVID-19
Gelombang ketiga virus corona varian Delta melanda beberapa negara di Asia Tenggara. Fasilitas kesehatan masyarakat yang tidak memadai membuat kawasan itu tidak mampu mengendalikan situasi.
Foto: Wisnu Agung Prasetyo/ZUMA/picture alliance
Gelombang ketiga melanda
Infeksi COVID-19 meningkat secara eksponensial di Asia Tenggara dalam beberapa bulan terakhir. Negara-negara seperti Laos, Thailand dan Vietnam telah berhasil mengurangi penyebaran virus pada 2020, tetapi saat ini mereka tengah berjuang mengatasi gelombang baru, seperti yang dihadapi Indonesia.
Foto: Agung Fatma Putra/ZUMA/picture alliance
Kekacauan dan kehancuran di Indonesia
Hingga Minggu (18/07), Indonesia telah melaporkan 73.582 kematian akibat COVID-19 dan lebih dari 2,8 juta kasus yang dikonfirmasi sejak awal pandemi. Pekan lalu, negara itu melampaui India dan Brasil dalam tingkat infeksi baru. Para ahli meyakini jumlah kasus sebenarnya bisa jauh lebih tinggi. Warga putus asa mencari tabung oksigen dan tempat tidur rumah sakit.
Foto: Timur Matahari/AFP/Getty Images
Virus corona varian Delta
Sistem perawatan kesehatan dan rumah sakit di Indonesia berjuang untuk mengimbangi masuknya pasien baru COVID-19. Dengan populasi sekitar 270 juta, negara itu sangat terpukul oleh wabah corona setelah perayaan Idul Fitri bulan Mei lalu, yang membuat jutaan orang melakukan perjalanan ke luar daerah. Kasus infeksi melonjak akibat varian Delta yang sangat menular.
Foto: Wisnu Agung Prasetyo/ZUMA/picture alliance
Kondisi yang memburuk
Pada tahun 2020, para pejabat Vietnam dipuji karena secara efisien sukses menahan penyebaran virus corona. Namun, ketika varian Delta merebak luas, jumlah infeksi di negara itu meningkat tajam. Pemerintah Vietnam saat ini menempatkan seluruh wilayah selatan dalam penguncian selama dua minggu, karena infeksi COVID-19 dikonfirmasi melebihi 3.000 kasus.
Foto: Luke Groves/AP/picture alliance
Kemarahan terhadap pihak berwenang
Pengunjuk rasa Thailand menyerukan Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha untuk mundur karena tidak mampu menangani pandemi COVID-19. Demonstrasi berlangsung ketika kerajaan mencatat rekor tingkat infeksi virus corona. Rumah sakit di seluruh negeri berada di bawah tekanan.
Sektor pariwisata Thailand juga terdampak parah oleh pandemi corona. Ketika Bangkok dan provinsi sekitarnya berjuang menghadapi lonjakan COVID-19, pemerintah justru mendorong rencana untuk membuka kembali pulau resor populer Phuket sebagai upaya menyelamatkan ekonomi.
Foto: Sirachai Arunrugstichai/Getty Images
Peluncuran vaksin yang lambat
Pemerintah Thailand lambat dalam pengadaan vaksin. Negara gajah putih itu mulai memvaksinasi tim medis pada Februari dan memulai kampanye vaksinasi massal pada Juni dengan suntikan AstraZeneca yang diproduksi secara lokal dan mengimpor dosis Sinovac buatan Cina. Upaya vaksinasi Thailand sejauh ini lambat dan tidak menentu.
Foto: Soe Zeya Tun/REUTERS
Putus asa mengharapkan bantuan
Masyarakat Malaysia tengah berjuang melawan COVID-19. Beberapa warga telah menemukan cara baru untuk meminta bantuan, yakni dengan mengibarkan bendera putih di luar rumah. Kampanye #benderaputih ramai dibicarakan di media sosial. Malaysia telah memberlakukan lockdown secara nasional sejak 1 Juni lalu untuk mengurangi lonjakan infeksi COVID-19.
Foto: Lim Huey Teng/REUTERS
COVID-19 dan kudeta
Kudeta militer menghambat akses masyarakat ke fasilitas perawatan kesehatan di Myanmar. Banyak dokter menolak bekerja di rumah sakit untuk menunjukkan perlawanan mereka terhadap junta. PBB telah memperingatkan Myanmar karena berpotensi menjadi "negara penyebar super", lantaran meningkatnya kasus infeksi dan vaksinasi yang lambat.
Foto: Santosh Krl/ZUMA/picture alliance
Impian mencapai herd immunity
Seperti negara-negara Asia Tenggara lainnya, Filipina mengalami pasokan vaksin yang terbatas dan peluncuran vaksin yang lambat. Pakar kesehatan mengatakan negara itu mungkin menjadi yang terakhir di kawasan Asia Tenggara mencapai kekebalan kelompok. Melihat kondisi saat ini, pihak berwenang mungkin membutuhkan waktu dua tahun atau lebih untuk memvaksinasi setidaknya 75% dari populasi. (ha/hp)
Foto: Dante Diosina Jr/AA/picture alliance
10 foto1 | 10
"Untuk varian Mu dan subvarian Delta AY.4.2 sampai saat ini belum ditemukan di Indonesia," ujar dr Nadia dalam diskusi daring, Rabu (10/11).
"Tapi kita tetap perlu waspada dengan mempertimbangkan subvarian Delta yang masih berpotensi memicu gelombang berikutnya di Indonesia," sambungnya.
Iklan
WHO ingatkan mobilitas Jawa-Bali naik lagi seperti sebelum pandemi
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kembali melaporkan seluruh provinsi Indonesia berada di level 1 penularan COVID-19, artinya risiko transmisi corona sudah rendah. Namun, mobilitas terlihat kembali meningkat di seluruh provinsi Jawa dan Bali.
"Tren peningkatan mobilitas masyarakat terlihat di semua provinsi di Jawa dan Bali, khususnya di stasiun transit, ritel, dan rekreasi," beber WHO dalam laporan mingguan atau WHO Situation Report Indonesia, per 10 November 2021.
"Peningkatan yang mencolok dalam mobilitas masyarakat di ritel dan rekreasi diamati di Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan Banten, di mana tingkat mobilitas meningkat seperti sebelum pandemi," sambung WHO.
Menurut WHO, analisis tren atau peningkatan mobilitas ini bisa menjadi acuan pemerintah untuk menetapkan kebijakan strategi pengendalian COVID-19. Sebab, peningkatan mobilitas yang signifikan tentu bisa memicu angka penularan COVID-19 kembali tinggi.
Dalam grafik WHO, terlihat peningkatan signifikan mobilitas per Oktober 2021 di DKI Jakarta, jika dibandingkan dengan masa PPKM darurat di akhir Juli, kala mencapai puncak kasus COVID-19. Bahkan, tren peningkatan mobilitas sama tingginya dengan sebelum pandemi rentang 3 Januari hingga 6 Februari 2020.
Tren peningkatan juga terlihat dalam grafik mobilitas WHO di Bali, mobilitas sempat turun tajam di masa PPKM darurat, kini kembali tinggi per Oktober 2021. Bahkan, melampaui tren mobilitas di masa sebelum pandemi, Februari 2020 lalu.
"Analisis mobilitas dapat digunakan sebagai proxy untuk memantau mobilitas penduduk selama pelaksanaan kebijakan pembatasan pergerakan. Peningkatan mobilitas dapat menyebabkan peningkatan interaksi di antara orang-orang, yang dapat mempengaruhi penularan COVID-19," beber WHO. (pkp/ha)